Reportase: 7th APETNA CONFERENCE Asia Pacific Enterostomal Therapy Nursing Association Pada 14 – 16 April 2017 di Bogor-Indonesia tepatnya di Institut Pertanian Bogor International Convention Center telah berlangsung pertemuan ke-7 perawat luka, ostoma dan inkontinensia se-Asia Pasifik. Sejak konferensi APETNA pertama pada tahun 2003 di Kuala Lumpur Malaysia, praktik perawatan luka, stoma, dan kontinensia di kawasan Asia Pasifik telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah World Council of Enterostomal Therapy (WCET) dan diakuinya program pendidikan perawat terapi enterostomal berkualitas (ETN) di beberapa wilayah. Pertemuan Pemantapan Pengembangan RS Rujukan Nasional Dan RS Vertikal Dalam Layanan Rujukan Nasional Silakan klik disini untuk melihat susunan acara dan mengunduh materi. Website untuk Mendukung Unit Rujukan di Rumah Sakit Pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2014 sebesar 88 Juta pengguna. Pengguna pada 2016 sebesar 132,7 juta, jumlah ini lebih dari 50% dari populasi penduduk di Indonesia. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa penyebaran informasi melalui internet sangat penting. Agar lebih fokus dan sesuai dengan pengguna internet yang ingin dituju, informasi tersebut dapat dikemas dalam media website. Tema Hari Kesehatan Dunia 2017 : Depresi Pada tahun ini (2017) WHO dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Sedunia mengusung tema khusus yaitu depresi (depressive disorder/clinical depression) suatu penyakit psikis yang ditandai dengan rasa sedih dan putus asa yang dialami di waktu-waktu tertentu, yang merupakan reaksi normal dalam menghadapi masalah, namun perasaaan ini akan menjadi sangat berbahaya pada tingkat akut jika berlangsung selama beberapa hari bahkan berminggu-minggu. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Reportase: Workshop Metode Baru Perencanaan SDM Rumah Sakit |
|
RS Rujukan Nasional |
Archive for 2017
Reportase: 7th APETNA CONFERENCE Asia Pacific Enterostomal Therapy Nursing Association
Reportase
7th APETNA CONFERENCE
Asia Pacific Enterostomal Therapy Nursing Association
Pada 14 – 16 April 2017 di Bogor-Indonesia tepatnya di Institut Pertanian Bogor International Convention Center telah berlangsung pertemuan ke-7 perawat luka, ostoma dan inkontinensia se-Asia Pasifik.
Sejak konferensi APETNA pertama pada tahun 2003 di Kuala Lumpur Malaysia, praktik perawatan luka, stoma, dan kontinensia di kawasan Asia Pasifik telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah World Council of Enterostomal Therapy (WCET) dan diakuinya program pendidikan perawat terapi enterostomal berkualitas (ETN) di beberapa wilayah.
Akibatnya kualitas perawatan dan pelayanan untuk pasien dengan luka, ostomy dan kontinensia menjadi semakin membaik. Hal ini disebabkan para perawat terapi enterostomal (ETNs) dan profesional kesehatan lainnya yang bekerja di bidang perawatan luka, stoma dan kontinensia selalu mencari peluang pengembangan profesional untuk memperbarui dan memperbaiki pengetahuan, keterampilan dan praktik. Menyimak perkembangan tersebut, penting untuk ETNs untuk berbagi hal-hal terbaru dalam evidence based practice.
Dengan menggabungkan pertemuan dua tahunan APETNA dengan pertemuan ilmiah Jiem-3 (Usaha Bersama Indonesia dan Malaysia) dan ISMWOC 3 (Pertemuan Ilmiah Indonesia perawat luka, ostoma dan kontinensia) diharapkan akan ada penyebaran pengetahuan antar ETNs se-Asia Pasifik. Mengingat keragaman budaya dan situasi politik yang berbeda antar negara Asia Pasifik, penting untuk mengembangkan saling pengertian tentang karakteristik yang unik dari masing-masing negara, yang dapat memungkinkan ETNs untuk mengembangkan perspektif yang lebih luas dalam meningkatkan kualitas praktik.
Tujuan umum dari konferensi ini untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien di luka, ostoma dan kontinensia di Asia Pasifik dengan tema konferensi: Create Enormous Opprtunity For Future Innovation.
Sedangkan tujuan khususnya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman se-Asia Pasifik, membahas dan merumuskan inovasi pedoman best practice guidelines se Asia Pasifik, memperkenalkan manfaat praktik perawat Enterostomal Therapy kepada masyarakat global, memperkenalkan teknologi terbaru dalam luka, ostoma dan kontinesia.
Pada hari pertama, pembukaan konferensi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI dan kemudian dilanjutkan dengan 2 pemateri yang diikuti dengan diskusi. Materi: Recognition and Management of Wound Infections dengan pemateri dari Singapore General Hospital, Ong Cho Eng. Beberapa hal yang dibahas dalam materinnya: penentuan topical therapy harus berdasarkan wound bed (warna dasar luka), apakah luka infeksi, luka epitel atau granulasi atau kah jaringan nekrotik. Dengan antimikrobia dressing nanocrystalin sebagai metode terkini digunakan untuk menejemen luka dengan dressing. Materi selanjutnya adalah Capturing The Essence of Wound Care Evaluation dengan pemateri: Saldy Yusuf,Ph.D, ETN. Dalam pembahasannya menyebutkan tingginya kasus Diabetic Foot Ulcer (DFO) di Indonesia membuat praktisi selalu berinovasi untuk mempercepat penyembuhan luka. Usaha tersebut dengan mengembangkan assesement toll yang lebih spesifik. Salah satunya dengan memanfaatkan thermal camera & infrared camera yang dapat di-download pada Appstore smartphone untuk mengidentifikasi sejauh mana proses inflamasi yang terjadi pada luka sebagai sebuah kemajuan proses penyembuhan luka.
Hari kedua peserta dibagi menjadi 3 kelompok sesuai tema workshop yang terdiri dari wound, stoma dan continence. Ketiga workshop tersebut membahas tentang temuan-temuan ter-update berdasar evidence based dari berbagai negara Asia Pacifik dalam kerangka promote healing, quality of life and cost effectiveness.
Pada workshop tentang wound terdapat pembicara dari Indonesia yang tergabung dalam sejumlah peneliti dari Universitas Hassanudin Makasar memaparkan tentang Hylocerus Polyrhizus yang berperan sebagai cytokines yang dapat meningkatkan proses penyembuhan luka pada fase proliferasi. Pembicara lain dari Australia, Prof. Kerylin Carville memaparkan tentang inovasi dalam peranostik luka. Dengan memanfaatkan teknologi informasi yang sekarang berkembang dalam adekuasi perasnostik luka sehingga didapatkan penanganan yang lebih akurat. Pembicara yang lain dari Taiwan, Malaysia dan Thailand.
Workshop tentang stoma menampilkan pembiacara dari Thailand, Wichitta Chaiyaruk yang memaparkan tentang pendekatan multi disiplin untuk penanganan peristoma skin care dan pencegahan iritasi setelah dilakukan illeustomy. Dengan menggunakan “dusting technic and organizing” secara efektif meningkatkan kulitas hidup pasien dengan ostomate. Pembicara lain pada workshop ini berasal dari Indonesia dan Malaysia.
Continence care workshop menampilkan pembicara dari Australia, Carmen George. Dalam paparannya tentang manajemen dermatitis yang terkait dengan inkontinensia. Paparan ini mengenai insiden dan prevalensi dermatitis pada inkontinesia berikut manajemen terkait inkontinensia. Pembicara lain berasal dari Singapore, Malaysia, Korea Selatan dan Thailand.
Pada hari terakhir konferensi beberapa pakar keperawatan menyampaikan paparannya. Prof. Budi Ana Keliat dari Indonesia, menyampaikan motivasi kepada peserta dengan pesan harus merasa bangga menjadi perawat luka, ostoma dan inkontinensia. Prof Rohani dari Malaysia memaparkan tentang komunikasi terapeutik yang efektif pada perawatan pasien dengan luka, ostoma dan inkontinensia sedangkan Susan Stelton dari Amerika Serikat menyampaikan praktik enterostomal therapy pada aera klinik di Amerika Serikat. Sesion berikutnya adalah berbagi pengalaman tentang perawatan luka, ostoma dan inkontinensia dari berbagai negara, beberapa keuntungan dan perkembangan di negara-negara peserta konferensi.
Konferensi ditutup dengan penyampaian gagasan tentang bagaimana menciptakan kesempatan dan peluang yang terbesar dengan inovasi di masa mendatang bagi perawat luka, ostoma dan inkontonensia sesuai dengan thema konferensi berupa “Create Enormous Opportunity to Future Innovation”.
Reporter: Tri Yuni Rahmanto, MPH
Arsip Laporan Reportase 2017
Editor: Lilik Haryanto ([email protected])
Yogyakarta,
15-16 November 2017
Taipei,
7 – 9 November 2017
41st World Hospital Congress
Bogor,
14 – 16 April 2017
7th APETNA CONFERENCE: Asia Pacific Enterostomal Therapy Nursing Association
Jakarta,
10 – 11 April 2017
PERTEMUAN PEMANTAPAN PENGEMBANGAN RS RUJUKAN NASIONAL DAN RS VERTIKAL DALAM LAYANAN RUJUKAN NASIONAL
–
Contact Person:
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi:
Tri Yuni Rahmanto, SE, S.Kep, Ners.
Email : [email protected]
Phone : +62 812 276 433 2
Baru 90 Rumah Sakit Terakreditasi Pemerintah Dari 215 RS di Sumut
Medan – Wakil Ketua Komisi E DPRD Sumatera Utara mengaku prihatin masih minimnya Puskesmas di daerah ini terakreditasi oleh pemerintah. Bahkan Ahmadan juga mengatakan tidak hanya puskesmas, jumlah RS negeri maupun swasta di Sumut juga masih minim yang terakreditasi.
Menurut data yang diterima Ahmadan dari Dinas Kesehatan Sumut, baru 90 RS se-Sumut yang terakreditasi dari 215 RS yang ada. Jumlah tersebut harus terus didorong mengingat tahun 2019 semua RS dan Puskesmas harus terakreditasi agar bisa terus bermitra dengan BPJS untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
“Bayangkan, jika hanya 20 Puskesmas yang terakreditasi se-Sumut, padahal jumlah kabupaten/kota saja 33. Itu berarti jumlah puskesmas yang terakreditasi tidak ada satu unit per satu kabupaten/kota. Jumlah itu sangat disesalkan,” katanya menjawab wartawan di Medan, kemarin.
Polisi Partai Persatuan Pembangunan ini menegaskan, akreditasi penting bagi RS maupun Puskesmas karena menjadi tolak ukur pelayanan yang diberikan pada masyarakat. Ia mengultimatum agar seluruh puskesmas maupun RS segera mengurus akreditasi sebelum tahun 2019 agar RS bisa tetap bermitra dengan BPJS.
“Walaupun kita pesimis mengingat saat ini jumlahnya masih sangat sedikit, tapi tetap harus kita dorong itu,” tambahnya. (jamlun88)
Sumber: harian88.com
Riset Plasenta Temukan Cara Tangani Bayi Prematur
MELBOURNE — Hampir sepertiga dari bayi yang lahir sangat prematur mengembangkan kondisi paru-paru kronis yang dapat menyebabkan kematian dan penderitaan selama bertahun-tahun.
Tapi sebuah studi dari Universitas Monash dan Rumah Sakit Anak Monash di Melbourne, telah menemukan cara untuk mendeteksi kondisi ini pada saat kelahiran, yang dapat membantu dokter lebih baik mengelola dan mengobati penyakit ini. Seorang ibu dari bayi dengan kondisi yang melemahkan ini mengatakan temuan ini menawarkan harapan dan bisa mengubah kualitas hidup bayi yang sakit dan juga keluarganya.
Anak laki-laki kembar dari Sonya Georgievski lahir prematur pada saat berusia sekitar 13 pekan karena komplikasi.
“Dunia Anda seakan-akan berbalik. Anda pada dasarnya, seperti berada di kegelapan dan bertanya-tanya apa gerangan yang akan terjadi,” katanya.
Dan kondisinya semakin parah. Anak kembarnya mengembangkan Displasia Bronkopulmoner atau BPD, yakni kondisi paru-paru kronis yang mempengaruhi sekitar 55 persen dari bayi yang lahir prematur 15 pekan. Hal ini menyebabkan masalah pada pernapasan dan dapat menjalani rawat inap, kerentanan terhadap infeksi serta kebutuhan untuk oksigen di rumah.
Anak kembar laki-laki Georgievski ini sekarang berusia hampir tiga tahun tetapi salah satu dari anak kembarnya, Xavier, beresiko dirawat inap hanya karena flu, sementara Oliver kemungkinan mengembangkan asma.
Hipertensi pulmonal
Lebih dari 40 persen dari bayi dengan BPD juga dapat menderita apa yang dikenal sebagai Hipertensi Paru (PH) kronis atau tekanan darah tinggi di paru-paru. Komplikasi ini sangat meningkatkan risiko kematian dan kebutuhan untuk mendapatkan perawatan intensif.
Putri dari Michelle Matar, Shifra yang lahir ketika baru berusia 23 pekan memiliki komplikasi ini dan nyaris meregang nyawa. “Sepertinya saya sempat dipanggil hingga empat kali untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi dia terus beruntung [mampu terus bertahan hidup],” katanya.
“Saya bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan saya ketika itu. Hari-hari yang saya lalu, saya seperti melayang.”
“[Ini] hanya perasaan tidak berdaya ketika Anda sebagai seorang ibu dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi.”
Martar menuturkan anaknya Shifra menghabiskan waktu 13 bulan dengan dukungan oksigen di rumah sakit dan dua bulan dengan dukungan oksigen di rumah.
‘Mengurangi resiko kematian’
Profesor Arvind Sehgal, seorang konsultan neonatal di Rumah Sakit Anak Monash, merawat Shifra dan juga telah memimpin sebuah studi mengenai kondisi Hipertensi Paru yang dialaminya, yang menemukan cara yang dapat secara dramatis meningkatkan peluang dan kualitas hidup bayi dengan kondisi tersebut.
Cara-cara tersebut melibatkan pengujian plasenta dari 56 bayi prematur. “Studi ini memberikan petunjuk dari plasenta,” katanya.
“Begitu bayi lahir, kita mendapatkan petunjuk di kalangan bayi yang berisiko tinggi, mana yang salah satunya mungkin mengembangkan komplikasi ini nantinya.”
Profesor Sehgal mengatakan temuan ini telah mengubah kemampuan dokter untuk mengobati kondisi tersebut.
“Jadi, [kami] menggunakan informasi ini untuk mengubah strategi pengelolaan untuk mengurangi risiko, termasuk cara yang berbeda dalam mendukung ventilasi dan ada beberapa obat khusus yang dapat diberikan dan lebih efektif sedini mungkin,” katanya.
“Apa yang kita ingin capai adalah mengurangi risiko kematian dan jika dimungkinkan dapat mengurangi lamanya waktu tinggal di rumah sakit. Kemudian kita dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga dan juga menghemat uang dalam hal sumber daya perawatan kesehatan.”
Studi ini akan dipublikasikan secara internasional bulan depan.
Diterjemahkan pada pukul 13.35 WIB, 16/4/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
Sumber: republika.co.id
Pertengahan Tahun, Warga Bisa Akses Layanan Kesehatan Online
JAMBI- Pemerintah Kota Jambi dalam waktu dekat akan memiliki layanan kesehatan secara online. Layanan kesehatan tersebut akan bisa di akses secara gratis oleh masyarakat. Caranya, hanya dengan menekan Nomor 119, maka masyarakat akan langsung disambungkan ke pelayanan kesehatan. Nantinya, nomor inilah yang akan menghubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk nantinya diantarkan ambulance atau tenaga kesehatan ke si penelepon.
Menurut Walikota Jambi SY Fasha bahwa layanan kesehatan secara online 119 ini akan sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Khususnya bagi pasien gawat darurat.
“Nomor ini akan terhubungan ke seluruh puskesmas atau rumah sakit. Sehingga masyarakat bisa dengan lebih mudah dan cepat mendapatkan pelayanan medis,” ujarnya.
Hanya saja menurut Fasha, pihaknya akan mengkoordinasikan layanan 119 ini kepada Dinas Kominfo Kota Jambi. Ini karena dalam waktu dekat, Dinas Kominfo juga akan melaunching layanan 112 yang terintegrasi keseluruh bidang. Mulai dari kesehatan, kebakaran dan nomor darurat lainnya.
“Nanti kita juga akan koordinasikan apakah nanti 119 ini masuk ke dalam 112 yang juga akan di kelola oleh Kominfo. Sehingga tidak tumpang tindih,” tuturnya.
(Ali)
Sumber: kenali.co
Kemendagri Akan Kerja Sama dengan Rumah Sakit Guna Identifikasi Pasien dengan KTP el
Dengan memanfaatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektronik saat ini, Kementerian Dalam Negeri ( Kemendagri) berencana bekerja sama dengan rumah sakit yang ada di seluruh Indonesia. Hal ini guna mempermudah mengidentifikasi pasien yang masuk rumah sakit.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan pihaknya akan melakukan kerja sama tersebut pada tahun ini.
“Tahun ini akan kami selesaikan kerjasama dengan seluruh rumah sakit,” ujar Tjahjo di Hotel Intercontinental, Kabupaten Bandung, Kamis .
Dalam kunjungan kerja ke Kota Bandung tersebut, Tjahjo berharap nantinya penduduk Jawa Barat misalnya jika berobat ke Kalimantan tidak perlu lagi untuk melakukan pengecekan darah jika masuk rumah sakit.
“Tinggal lihat nomor induknya, bisa ketahuan pasien pernah sakit apa, minum obat apa. Ada data semuanya dan rumah sakit terakses dengan data yang ada,” kata Tjahjo.
Terkait pemanfaatan penggunaan KTP el, sebelumnya Kemendagri juga sudah bekerja sama dengan beberapa lembaga perbankan, kepolisian, BNN, perpajakan, asuransi dan lainnya.
“Nanti kepala daerah juga akan kami kasih data KTP el. Kepala daerah tinggal pencet kalau mau tahu data soal RT padat penduduk dan lainnya. Data ini penting untuk perencanaan pembangunan,” ujar Tjahjo.
Kemendagri juga tmenargetkan pendistribusian blanko KTP el rampung pada akhir November 2017. Kemendagri telah menandatangani pengadaan blanko KTP el pada minggu ketiga Maret 2017.
“Yang belum blanko KTP el tapi sudah perekaman, blankonya bisa diberikan tahun ini. Kami sudah tender dan cetaknya bertahap . Mulai akhir Maret kami serahkan ke DKI, April ke daerah, November sudah terdistribusi semuanya,” ujar Tjahjo.
Tjahjo mengatakan, sebanyak 178.207.350 jiwa tercatat sebagai penduduk yang wajib memiliki KTP el dari total penduduk 257.912.349 jiwa.Dari total tersebut, sudah mencapai 96,54 persen atau sebanyak 172.046.898 jiwa yang telah melakukan perekaman data KTP el.
“Yang belum melakukan perekaman itu persentasenya 3,46 persen atau berjumlah 6.160.452 jiwa. Alasannya macam-macam. Soal perekaman itu harus ada peran aktif masyarakat,” ujar Tjahjo.
Galery Foto Pertemuan Pemantapan Pengembangan RS Rujukan Nasional Dan RS Vertikal Dalam Layanan Rujukan Nasional
[widgetkit id=33831]
RSSA Malang Berencana Gunakan Sistem Online untuk Permudah Pelayanan
Malang – Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang berencana menggunakan sistem online untuk melayani masyarakat. Sistem online diharapkan mampu menekan antrean panjang pasien karena mengetaui pasti jadwal pemeriksaan kesehatan.
“Pasien menjadi tahu jam berapa harus ketemu dokter, biaya yang harus dibayar, dan kebutuhan pelayanan lainnya,” kata Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf.
Sistem online yang terintegrasi dengan seluruh rumah sakit di Jawa Timur juga bisa digunakan untuk mempermudah mendeteksi pasien rujukan. Saat ini, sistem pelayanan digital tersebut telah diujicoba di RS dr Sutomo Surabaya
“Bisa diketahui riwayat penyakitnya, obat yang diminum apa, serta penanganan yang harus diberikan seperti apa. Karena RSSA sebagai rumah sakit penyangga di wilayah Jatim Selatan,” ucap pria yang akrab disapa Gus Ipul.
Wakil Direktur Pelayanan Medis Keperawatan RSSA Malang, Hanief Noersjahdu menyebut, pihaknya sedang menjalin komunikasibdengan sejumlah pihak untuk merealisasikan pelayanan sistem online.
“Sudah ada pertemuan dan kesepakatan dengan seljumlah rumah sakit untuk menerapkan sistem rujukan dan online ini,” tandasnya. (luc/ted)
Sumber: beritajatim.com
Private Wing RS Pirngadi Ditawarkan 2018
Medan. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan Edwin Effendi memperkirakan, investasi bagi pengembangan fasilitas gedung private wing, baru dapat ditawarkan kepada investor tahun 2018 mendatang.
Hal itu, sebut dia, karena sejauh ini masih harus menunggu proses konsultasi pembangunanannya terlebih dahulu selesai, yakni yang tengah dilakukan bersama pihak Jepang sebagai konsultan. “Kalau sudah siap konsultan ini baru ditawarkan investasinya. Karena semua harus disiapkan, seperti untuk sosialisasi yang sekarang sedang dimatangkan, kajiannya, serta dukungan dari walikota,” ungkapnya kepada wartawan, Selasa (11/4).
Jika hal tersebut telah selesai, ujar Edwin, maka penawaran kepada pihak investor baru akan dilakukan. Sementara proses pendatangan investor itu jelas dia, akan dilakukan langsung oleh tim Bapenas dibawah Kementerian Keuangan. “Sebab, ini merupakan kerjasama pemerintah dengan badan usaha. Sedangkan pola yang dilakukan adalah pola sharing,” jelasnya.
Saat ini, Edwin memang belum mengatakan apakah sudah ada pihak yang telah tertarik untuk menjadi investor pada fasilitas layanan gedung private wing tersebut. Tetapi, ia mengakui investasi ini nantinya akan terbuka bagi pihak siapa saja. “Termasuk jika ada negara luar yang ingin menjadi investor. Sifatnya ini memang terbuka,” sebutnya.
Sedangkan proses konsultasi yang dilakukan, terang Edwin, antara lain berupa pembangunan fisik, kelengkapan peralatan, serta sejumlah layanan kesehatan pendukung. Semua kondisi itu dikaji bagaimana meningkatkan kualitas dan bisa menjawab kebutuhan rumah sakit ini untuk kedepannya. “Referensinya dari rumah sakit yang ada di Jepang. Namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan disini,” ucapnya.
Selain itu, dengan adanya private wing, maka pengembangan bagi rumah sakit milik Pemko Medan ini dapat lebih dimaksimalkan. Hal ini juga dapat menjawab bagi persaingan yang terjadi dalam dunia kesehatan. “Kedepannya, Pirngadi juga dapat mengarah kepada standar layanan internasional. Tetapi lebih dahulu harus menjadi rumah sakit bertipe A,” imbuhnya.
Begitupun, dokter yang ada pada layanan eksklusif ini akan disesuaikan dengan tuntutan pelayanan yang tersedia. Sebab, sebagai layanan khusus, kenyamanan bagi pasien sangat perlu dikedepankan. “Untuk dokter co-ass, bisa saja, tetapi hanya disesuaikan dengan tuntutan layanan. Begitu juga dengan layanan BPJS, di private wing nanti juga tetap tersedia,” pungkasnya. (rozie winata)
Sumber: medanbisnisdaily.com