Reportase Investasi dan Keberlangsungan RS – RS Swasta di Era BPJS Sampai saat ini keterlibatan rumah sakit – rumah sakit swasta pada era BPJS yang dimulai 2014 meliputi 2 kategori yaitu rumah sakit swasta yang bekerja sama dengan BPJS maupun rumah sakit swasta yang tidak atau belum bersedia bekerja sama dengan BPJS. Kondisi tersebut menjadi topik menarik yang dibahas pada seminar Investasi dan Keberlangsungan Rumah Sakit – Rumah Sakit Swasta di Era BPJS dengan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D sebagai pembicara, dr. Hans Wijaya, MM sebagai pembahas dan praktisi di National Hospital Surabaya, serta Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, M. Kes, MAS sebagai moderator. Seminar tersebut diselenggarakan di Kantor Dinas Kesehatan Jawa Tengah dan diikuti secara online oleh peserta dari Magister Manajemen Rumah Sakit FK UGM serta berbagai titik online lainnya. Reportase Hospital Management Asia 2017 Manila, 23-24 Agustus 2017 Agenda Hospital Management Asia (HMA) 2017 diadakan di Manila, pada 23-24 Agustus lalu. Agenda ini masih banyak diikuti oleh peserta dari RS swasta dibandingkan dengan RS pemerintah. HMA ini penting karena membahas sejumlah perkembangan manajemen aktual seputar RS di seluruh Asia. HMA sendiri diselenggarakan bergantian dari kota besar satu ke kota besar lainnya. Simak selengkapnya di sini. Reportase Rakernas ARSADA 2017 ![]() Pembukaan Rakernas ARSADA dan Pameran Pada 23 Agustus 2017. telah dibuka secara resmi Rapat Kerja Nasional Asosiasi Rumah sakit Daerah (ARSADA) di Jakarta. Kegiatan ini dibuka oleh dr Sigit Prioutomo, MPH, mewakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. Pada sesi pleno 1, Menteri Kesehatan RI, menghimbau agar rumah sakit kembali menggalakakan upaya promotif dan preventif. Tim PKMK mengirim konsultan dan peneliti untuk merangkum poin yang disampaikan dalam kegiatan ini. Simak laporan selengkapnya di sini Distribusi dan Perluasan Pemanfaatan Rekam Medis Elektronik di Unit Mata di Seluruh Inggris ![]() Sumber foto: http://3.bp.blogspot.com/ Jurnal ini disusun oleh Shin Bin Lim, Humma Shahid dan dipublikasikan melalui http://bmjopen.bmj.com, tahun 2017 Catatan medis elektronik (EMR) secara perlahan meresapi praktik medis di Inggris. Ada insentif finansial yang signifikan untuk merangkul revolusi ini dan membantunya memberikan layanan kesehatan secara berkelanjutan, resep elektronik dan rujukan melalui surat elektronik. EMR juga memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan perubahan demografi populasi yang terus meningkat dimana jumlah pasien dengan kondisi medis kronis telah meningkat secara dramatis, di beberapa lokasi yang masing-masing memerlukan informasi pada saat perawatan. EMR dapat memfasilitasi penyimpanan, pengiriman, dan pengambilan data pasien dengan cepat, sehingga meningkatkan penyampaian informasi perawatan terpadu kepada pasien. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Reportase: Atribut Kepemimpinan Sebagai Dasar Sinergi Antara Pemimpin Klinik dengan Direktur RS Pendidikan dan Rujukan – Pertemuan 2: Pandangan Dekan dan Pimpinan AIPKI |
|
Memanfaatkan Teknologi Teleconference untuk Rumah Sakit |
Distribusi dan Perluasan Pemanfaatan Rekam Medis Elektronik di Unit Mata di Seluruh Inggris

Sumber foto: http://3.bp.blogspot.com/
Oleh: Sabran
Sumber Jurnal: http://bmjopen.bmj.com/content/bmjopen/7/5/e012682.full.pdf
Jurnal ini disusun oleh Shin Bin Lim, Humma Shahid dan dipublikasikan melalui http://bmjopen.bmj.com, tahun 2017
Catatan medis elektronik (EMR) secara perlahan meresapi praktik medis di Inggris. Ada insentif finansial yang signifikan untuk merangkul revolusi ini dan membantunya memberikan layanan kesehatan secara berkelanjutan, resep elektronik dan rujukan melalui surat elektronik. EMR juga memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan perubahan demografi populasi yang terus meningkat dimana jumlah pasien dengan kondisi medis kronis telah meningkat secara dramatis, di beberapa lokasi yang masing-masing memerlukan informasi pada saat perawatan. EMR dapat memfasilitasi penyimpanan, pengiriman, dan pengambilan data pasien dengan cepat, sehingga meningkatkan penyampaian informasi perawatan terpadu kepada pasien.
Salah satu contohnya pada unit Oftalmologi di Inggris yang sangat bervariasi dalam penerapan catatan medis elektronik. Ada kekurangan bukti untuk menunjukkan sejauh mana dan kemajuan adopsi EMR. Penelitian ini bertujuan menangkap gambaran dari penggunaan EMR dan sejauh mana digunakan di berbagai unit mata.
Hasil 77,6% (n = 104) unit oftalmologi NHS merespons. 45,3% (n = 48) unit saat ini menggunakan EMR dan 26,4% (n = 28) unit berencana menerapkan EMR dalam waktu 2 tahun. 70,8% unit dengan sistem EMR saat ini menggunakan Medisoft. 37,5% EMR digunakan oleh semua klinisi dan 27,0% oleh semua subspesialisas. Pada 56,3%, catatan klinis baru dimasukkan ke EMR hanya oleh klinisi. Semua perangkat pencitraan terhubung ke EMR di 28,3%. Pada 46,7%, EMR dapat diakses oleh pihak lainnya di dalam rumah sakit yang sama. 71,1% akan merekomendasikan EMR ke kolega.
EMR memiliki potensi untuk mengatasi keterbatasan transfer informasi pasien saat ini dan berbagi dalam unit Oftalmologi. Cukup baik jika melihat proporsi unit yang signifikan yang telah terlibat dengan EMR atau memiliki rencana untuk melakukannya dalam waktu dekat. Namun, sistem EMR yang berbeda dan kurangnya akses berarti pengoptimalan lebih lanjut dari sistem rekaman ini diperlukan untuk memungkinkan transfer data antar unit.
Alat Canggih di RSHD Samarinda Ini Digunakan Tanpa Operasi
Sebagai rumah sakit yang memiliki tempat istimewa dalam pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda tetap concern terhadap sisi pelayanan dan ketersediaan peralatan kesehatan.
Demi pelayanan kesehatan ini, RSHD Samarinda bahkan menyediakan dengan alat canggih, selain tenaga medis yang mumpuni yang juga diperlukan untuk pemeriksaan.
Di Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda, alat kesehatan canggih tersedia untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Satu di antaranya adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI).
MRI merupakan alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan magnet dan gelombang frekuensi radio.
Menurut Staf Ahli RSHD Samarinda, dr. H. Awang Joemani, alat MRI ini sejenis alat pencitraan atau semacam alat pemindai. Hasil dari alat ini dapat langsung digunakan sebagai acuan tindakan operatif.
“Alat itu (MRI) berfungsi sebagai pencitraan, alat pemindai. Hasilnya bisa langsung digunakan untuk tindakan operatif. Kita sudah tahu pasti di mana letak untuk melakukan pembukaan,” ujar dr. H Awang Joemani kepada KlikSamarinda beberapa waktu lalu.
Nah, alat kesehatan satu ini dimiliki oleh RSHD sejak 2011 silam biasa digunakan untuk memindai kepala atau otak. Awang menyebutkan alat ini memerlukan kondisi khusus.
“Alat canggih ini memerlukan perlakuan khusus. Misalnya, kamarnya khusus, temperatur, udara dan cahaya ada pengaturan khusus. Juga tenaga operatornya,” papar Awang.
Tercatat, satu unit MRI dimiliki rumah sakit ini mampu melayani hingga 10 pasien per hari. Seorang pasien membutuhkan waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam untuk sekali pemeriksaan. Hal ini bergantung pada kasus yang dialami sang pasien.
Alat ini digunakan tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif. Itulah keunggulan MRI dibanding CT Scan.
Keunggulan lainnya, karena tak menggunakan sinar X dan bahan radioaktif, MRI tidak memiliki efek negatif yang menghantui pasien.
Dampaknya jelas. RSHD Samarinda kerap jadi rujukan untuk rumah sakit lain yang tidak menggunakan MRI, bahkan dari luar Samarinda seperti Sangatta, Bontang, dan Tenggarong.
Selain MRI, rumah sakit yang beralamat di Jalan Dahlia No. 04 Samarinda ini memiliki alat USG empat dimensi dan fasilitas khusus untuk pasien penderita penyakit jantung. (Adv)
Sumber: kliksamarinda.com
Minim Alat, 37 Pasien Patah Tulang Belum Tertangani
JAYAPURA – Sebanyak 37 pasien pata tulang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, masih menunggu penanganan tim medis.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua drg Aloysius Giyai mendapatkan laporan dari tim Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) yang turun ke RSUD Jayapura, ada 37 pasien patah tulang di RSUD Jayapura, masih menunggu untuk dioperasi.
Laporan pertama, sebanyak 31 pasien namun setelah dicek kembali ternyata jumlah pasien patah tulang sebanyak 37 pasien. “Mungkin saja ada yang baru satu bulan, ada yang dua bulan, ada juga yang baru dua minggu menunggu untuk dioperasi. Parahnya lagi, ada pasien yang sudah menunggu sampai tiga bulan tetapi belum ditangani,” tutur Aloysius, seperti dilansir Antara, Minggu (20/08/2017).
Selaku Direktur Eksekutif UP2KP sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Papua, pihaknya meminta kepada seluruh jajaran RSUD Jayapura, segera mencari jalan keluar. Jika kasus tidak segera ditangani maka beban akan tambah berat dan gawat.
“Kalau memang RSUD Jayapura, alatnya terbatas yakni pen operasi kurang, saya kira kita harus merendah dan membangun komunikasi dengan rumah sakit lain,” jelas Alyosius.
Menurut dia, komunikasi bisa dibangun dengan RSUD Abepura, RS Marthen Indey, RS Dian Harapan, RS Angkatan Laut sehingga pasien-pasien itu bisa cepat ditangani. “Kalau komunikasi dengan RSUD Abepura, RSUD Abepura, RS Marthen Indey, RS Dian Harapan, RS Angkatan Laut mungkin ada pen operasi mungkin bisa digunakan, dengan demikian pasien-pasien itu bisa tertangani.”
Terkait itu, Aloysius menegaskan manajemen RSUD Jayapura segera menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebelumnya, Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) meminta manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura (RSUD) segera merealisasikan pemasangan pen karena 31 pasien patah tulang sudah berbulan-bulan menunggu hal itu.
“Kami minta kepada manajemen rumah sakit segera pasang pen/implant, karena 37 pasien patah tulang yang ada di ruang ortopedi RSUD Jayapura sudah lama menunggu untuk dilakukan tindakan operasi,” kata Kabid Penanganan Pengaduan UP2KP Kamelius Logo.
Sumber: netralnews.com
Terakreditasi, RSU Theotokos Segera Gandeng BPJS
Namorambe. Setelah dinyatakan lulus akreditasi, dengan predikat lulus perdana atau bintang satu, RSU Theotokos Namorambe segera menggandeng BPJS. Tujuannya agar masyarakat peserta BPJS bisa segera dilayani dengan baik.
“Kami sangat bersyukur atas kelulusan ini, kami juga akan menginplementasikan kelulusan ini dengan meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan meningkatkan mutu pelayanan,” ujar Direktur RSU Theotokos, dr Rahmat Suhita W Siregar didampingi Wadir Direktur, Rikson Sinaga, BSc kepada Analisa, Sabtu (19/8).
Diterangkannya, pelaksanaan bimbingan dan ujian dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Jakarta sejak Maret – Juli 2017 di RSU Theotokos membuahkan hasil positif. Sehingga predikat terakreditasi itu dapat diraih.
Hasil kelulusan yang diperoleh itu, katanya, merupakan anugerah dan berkat melimpah bagi seluruh keluarga besar RSU Theotokos. Tidak itu saja, Rahmat menilai kelulusan ini juga menjadi cambuk penyemangat bagi seluruh karyawan dan manajemen untuk lebih giat bekerja dengan baik terlebih memberikan pelayanan dengan kasih.
Rikson Sinaga menambahkan, RSU Theotokos yang berdiri di Kecamatan Namorambe, Deli Serdang saat ini sudah berbenah untuk persiapan naik kelas ke tipe C. Karena itu, ia berharap, potensi rumah sakit yang bersebelahan dengan pemukiman penduduk, akan sangat strategis memberikan pelayanan kesehatan.
Pihak Yayasan Sahabat Iman Orthodox yang menaungi RSU Theotokos melalui Ketua Yayasan, Dr Parluhutan Manalu MM, kepada Analisa menyampaikan rasa syukur atas raihan akreditasi tersebut.
Sebagai upaya memberian pelayanan yang baik, khususnya di Kecamatan Namorambe, di RS itu tersedia sejumlah dokter spesialis. Mulai spesialis anak, spesialis kandungan, spesialis bedah, dan spesialias penyakit dalam. Bahkan tersedia juga sarana laboratorium dan dokter jaga 24 jam di UGD.
“Kami pastikan akan terus berbenah. Fasilitas kesehatan akan ditingkatkan, juga sarana dan prasarana seperti sistem informasi rumah sakit (SIRS), sarana ATM, hingga pengobatan murah. Semuanya demi kemudahan masyarakat,” ujarnya.
Ia berharap, setelah terakreditasi dan memiliki berbagai fasilitas kesehatan, RS itu bisa segera bekerja sama dengan BPJS.
Staf informasi tentang rumah sakit di BPJS Deli Serdang, Silvy, menyambut baik keberadaan dan raihan akreditasi RSU itu. Silvy juga meminta supaya permohonan pengajuan kerjasama segera disampaikan untuk diproses. (fra)
Sumber: analisadaily.com
Pasien BPJS tidak Bayar Apapun di RS
MARTAPURA — Ketidaktahuan masyarakat khususnya pengguna BPJS Kesehatan, membuat mereka tidak mengetahui hak yang seharusnya didapat ketika dirawat di Rumah Sakit (RSUD). Selain stok obat yang kosong hingga membuat pasien membeli obat sendiri di apotik, pelayanan rumah sakit juga seringkali tidak sesuai dengan hak yang didapat pasien BPJS Kesehatan.
Pertanyaan inilah yang banyak diajukan saat BPJS Kesehatan OKU Timur melakukan sosialisasi JKN – KIS di RM Siang Malam Martapura, Sabtu kemarin (19/8) yang diikuti anggota klub motor OKU Timur dan PWI OKU Timur.
Dalam sosialisasi tersebut, Jeffri salah seorang peserta mempertanyakan pelayanan pihak rumah sakit yang sering kehabisan obat dan cenderung membatasi waktu inap untuk pasien BPJS Kesehatan. “Ketika dirawat dikatakan obat kosong, bahkan infus pun pasien harus beli sendiri. Apakah benar obat tidak ditanggung BPJS,” tanya Jeffri ke pihak BPJS.
Atas pertanyaan Wella dari BPJS OKU Timur menerangkan bahwa pasien BPJS Kesehatan tidak diperkenankan untuk membeli obat sendiri. Sebab apapun jenis obatnya sudah tercover dalam BPJS. “Kalaupun pasien harus membeli obat sendiri karena stok sedang kosong, resep dan nota pembelian harus diberikan ke rumah sakit dan uang pasien dikembalikan. Kalau tidak pasien bisa simpan resep dan notanya dan bisa dibawa ke BPJS,” jelasnya.
Diterangkan Wella, pasien BPJS Kesehatan juga tidak boleh dibatasi waktu rawat inap di rumah sakit. Pasien berhak mendapatkan perawatan sampai pasien benar-benar merasa sembuh. “Jadi satu hari atau satu minggu dirawat tetap dicover BPJS. Intinya saat dirawat pasien BPJS Kesehatan tidak dikenakan biaya apapun, baik kelas I, II maupun kelas III,” tegasnya.
Sementara mengenai seringkali adanya penolakan rumah sakit terhadap pasien BPJS yang akan dirawat dengan alasan kamar penuh, pasien BPJS bisa mendatangi petugas BPJS yang ada di rumah sakit atau menghubungi kantor BPJS terdekat. “Jika memang kamar penuh, petugas kita yang ada di rumah sakit akan memastikan kebenarannya. Jika ada penolakan silahkan hubungi petugas kita atau menghubungi call center BPJS terdekat,” ungkapnya.(Rel)
Sumber: sumateradeadline.co.id
Pembenahan Cepat Bikin RSU Parapat Langsung Terakreditasi
Rumah Sakit Umum (RSU) Parapat terus bergerak cepat guna mendapatkan status akreditasi. Pembenahan pun dilakukan guna membuat rumah sakit ini terus melayani masyarakat maupun wisatawan di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Direktur RSUD Parapat Edwin Simanjuntak mengatakan bila pihaknya terus melakukan pembenahan, khususnya dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kesiapan kami menuju akreditasi, di mana langkah pertama dari sisi SDM agar wisatawan yang datang dengan cepat ditangani, selain itu dari sisi bahasa juga akan dibenahi. Sehingga wisatawan mancanegara datang untuk berobat bisa dipahami oleh para pegawai rumah sakit,” ucapnya di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (20/8).
Diakuinya, untuk kesiapan pegawai rumah sakit maka pihaknya akan menggandeng RS. Vita Insani di Siantar guna memberikan ilmu pengetahuan kepada para pegawai rumah sakit perihal kesehatan.
Meskipun rumah sakit ini telah beroperasi selama 24 jam, baginya kebutuhan di rumah sakit harus ditambah. Apalagi, rumah sakit ini sangat dekat dengan lokasi wisata Danau Toba di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
“Dari sisi kebutuhan obat terus dipasok setiap bulannya sehingga pada saat wisatawan maupun masyarakat datang untuk berobat juga bisa teratasi dengan baik,” lanjutnya.
Selain itu, pembenahan juga akan dilakukan dari sisi penambahan alat rumah sakit. Hingga kini, kebutuhan di rumah sakit pun juga ikut dibenahi.
“Untuk kebutuhan rumah sakit di Parapat maka sudah kita ajukan di APBD, otomatis di tahun depan rumah sakit ini siap mendapatkan akreditasi serta pelayanan yang cepat dalam menangani pasien yang kebanyakan adalah wisatawan,” urainya.
Untuk RSU Parapat, jumlah pegawainya mencapai 90 orang, sejauh ini pasien yang datang ke rumah sakit masih bersifat keluhan yang sifatnya standart seperti sakit kepala, demam, hingga diare.
Bupati Simalungun JR Saragih mengatakan bila percepatan yang dilakukan oleh RSU Parapat adalah hal yang mutlak mengingat rumah sakit tersebut berada di kawasan pariwisata Danau Toba di Parapat, Kabupaten Simalungun.
“Tentunya rumah sakit di Parapat harus memiliki standart yang professional sehingga status di rumah sakit tersebut sudah berada di golongan atas. Wisatawan yang datang pun juga dengan cepat ditangani bila ada yang sakit,” pungkasnya.[rgu]
Sumber: rmolsumut.com
Investasi dan Keberlangsungan RS-RS Swasta dalam era BPJS
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah menyelenggarakan
Diskusi dalam bentuk Webinar
Investasi dan Keberlangsungan
RS-RS Swasta dalam era BPJS
Pada Sabtu, 26 Agustus 2017, pukul 10.00 – 12.00 Wib
Di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah,
Jalan Piere Tendean, Sekayu, Semarang
Pengantar
Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019, ada tiga pilar program Indonesia Sehat, yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan JKN. RS Swasta sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan adalah salah satu aktor yang memiliki peran besar dalam implementasi JKN. Hingga Februari 2017, dari total 2.013 Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, 873 adalah rumah sakit swasta (termasuk RS BUMN/BUMD). Namun ada juga RS swasta yang mengambil posisi untuk tidak bekerjasama dengan BPJS
Dalam UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pasal 4 menyebutkan BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip:
- kegotongroyongan;
- nirlaba;
- keterbukaan;
- kehati-hatian;
- akuntabilitas;
- portabilitas;
- kepesertaan bersifat wajib;
- dana amanat; dan
- hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
BPJS dalam era JKN sudah beroperasi selama 4 tahun dan saat ini mengalami defisit yang meningkat dari tahun ke tahun. Dalam pelaksanaannya, peran serta RS – RS Swasta merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Dalam konteks keterlibatan RS – RS Swasta ada berbagai tipe RS Swasta:
- RS – RS Swasta yang tidak/belum bersedia melakukan kerjasama dengan BPJS;
- RS – RS Swasta yang berbasis keagamaan;
- RS – RS Swasta berbentuk jaringan.
- RS – RS Swasta yang soliter.
Dalam situasi BPJS yang defisit ini, perusahaan konsultan internasional Ernst & Young (E&Y) menerbitkan laporan yang mengejutkan (terlampir). Intinya E&Y menganjurkan bahwa saat ini adalah saat tepat untuk melakukan investasi dalam usaha RS di Indonesia. Secara hukum, investasi dibidang RS ini juga sudah dibuka luas untuk investor asing. Ada sebuah kontradiksi yang perlu dibahas dalam diskusi: mengapa dalam era BPJS yang terjadi kesulitan pembiayaan, E&Y menyarankan untuk melakukan investasi.
Tujuan:
Dalam situasi ini, diskusi ini membahas mengenai:
- Situasi dan posisi RS – RS Swasta yang berbeda-beda dalam bekerjasama dengan BPJS;
- Ringkasan Laporan Ernst & Young.
- Prospek investasi RS di Indonesia.
Tempat, Waktu dan Tanggal Pelaksanaan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Agustus 2017
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Jalan Piere Tendean, Sekayu, Semarang
Link Webinar: https://attendee.gotowebinar.com/register/6691255416973043715
Webinar ID: 900-995-435
Target Peserta
Diharapkan para pesertanya adalah:
- Direktur Utama RS – RS Swasta dan RS – RS Nirlaba
- Direksi RS – RS Swasta dan RS – RS Nirlaba
- Dewas Pengawas RS – RS Swasta dan RS – RS Nirlaba
- Para Investor di RS Swasta
- Pimpinan dan Kepala Cabang BPJS Kesehatan
- Dosen dan peneliti manajemen rumah sakit
- Mahasiswa pascasarjana manajemen rumah sakit
Pembicara: Prof Laksono Trisnantoro MSc. PhD
Pembahas: Hans Wijaya MM, National Hospital, Surabaya
Agenda Acara
Waktu | Durasi | Materi | Pembicara |
10.00-10.05 | 5’ | Pembukaan oleh perwakilan dari Dinkes Jawa Tengah | Moderator |
10.05-10.25 | 20” |
Paparan oleh pembicara |
Laksono Trisnantoro |
10.25-10.45 | 20” |
Tanggapan oleh pembahas |
Hans Wijaya |
10.45-11.50 | 65” | Diskusi | Moderator |
11.50-12.00 | 10’ | Penutupan | Moderator |
Diakhiri dengan makan siang bersama
Informasi dan Pendaftaran
Maria Lelyana (Ibu Lely)
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
Phone: 0274 – 549425
Hp: 081 329 760 006
Email: [email protected]
RSUD Kota Salatiga Percontohan Promosi Kesehatan
SIDOMUKTI – Manajemen RSUD Kota Salatiga membuat terobosan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai kesehatan. Salah satunya dengan meluncurkan program TV edukasi. Televisi itu dipasang di 178 titik di lingkungan rumah sakit itu, khususnya di poliklinik eksekutif dan bangsal. Televisi itu menayangkan konten kesehatan kepada pasien, pengunjung maupun penunggu pasien agar lebih memahami tentang kesehatan.
Direktur RSUD Salatiga, dokter Agus Sunaryo mengatakan, televisi itu merupakan proyek percontohan promosi kesehatan rumah sakit dari Kementerian Kesehatan.
Di Jateng, RSUD Salatiga merupakan satu-satunya yang dijadikan percontohan ini. “RSUD Salatiga termasuk tipe B pendidikan, sehingga dipercaya Kementerian Kesehatan sebagai percontohan untuk promosi kesehatan rumah sakit. Selain itu, semangat membangun, sumber daya, komitmen anggaran, dan kemampuan serta kemauan para personel RSUD Salatiga yang tinggi sehingga dipercaya oleh Kementerian Kesehatan,” terangnya.
Kasubag Pemasaran dan Humas RSUD Salatiga, Renny Novita Sari mengatakan, publikasi melalui TV edukasi yang menayangkan konten kesehatan merupakan inovasi baru kepada pasien, pengunjung maupun penunggu pasien untuk lebih paham tentang dunia kesehatan.
Implementasi Kepmenkes
Inovasi ini, menurutnya, merupakan implementasi dari Kepmenkes Nomor 004 Tahun 2012 mengenai petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit. “Rumah sakit harus mampu memberi dan penyediaan fasilitas kesehatan dan memberi pelayanan kesehatan perorangan melalui paripurna dengan promotif, preventif, kreatif dan rehabilitatif berdasarkan UU No 44 Tahun 2009,” jelasnya.
Menurut dia, tujuan implementasi TV edukasi di RSUD Salatiga ini jangka panjang adalah memberi pencerahan dan dan pendidikan (edukasi) kepada masyarakat luas mengenai kesehatan. Kemudian, manajemen RSUD juga menjaring kiat para dokter, karyawan, dan semua pihak pelaku kesehatan di RSUD untuk bersama-sama memberikan pendidikan kesehatan melalui TV edukasi. Karena itu, kata dia, akan tercipta kepedulian masyarakat terhadap kesehatan setelah memahami pesan di TV edukasi ini, sehingga terjadi peningkatan kesehatan fisik, mental, dan sosial di masyarakat. (H32-22)
Sumber: suaramerdeka.com
Antisipasi Pemadaman Listrik, RSUD Siapkan 4 Unit Genset
TARAKAN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan tidak khawatir lagi jika terjadi pemadaman listrik. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kini pihak rumah sakit telah mengantisipasi dengan menyiapkan 4 unit mesin genset (Generator Set) dengan kapasitas daya 1200 kWh.
Kasubag Administrasi Umum RSUD Tarakan, Dony Kesuma mengatakan, dengan adanya mesin genset ini, pelayanan rumah sakit, tetap berjalan lancar meski terjadi pemadaman listrik. Dony mengaku, persiapan mesin ini sudah dilakukan sejak 2016. Sebab, pelayanan rumah sakit menyangkut masalah nyawa pasien.
“Tidak ada lagi penundaan operasi akibat pemadaman listrik,” katanya.
Bahkan kata dia, alat-alat medis yang dipakai di rumah sakit umum Tarakan juga tidak akan mudah rusak jika terjadi penurunan tegangan listrik. Karena sudah dilengkapi alat penampung daya listrik.
Namun kata dia, pihaknya harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli bahan bakar, berupa solar sekitar 5 ton untuk 4 unit mesin genset itu. “Untuk antisipasi terjadi lagi pemadaman listrik, kami menyetok solar 5 ton,” pungkasnya. (*/pai/har)
Sumber: prokal.co