COVID-19 telah mempengaruhi kehidupan dan kesehatan lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia. Ini membanjiri sistem perawatan kesehatan banyak negara, dan, tentu saja, memengaruhi penyedia layanan kesehatan seperti perawat yang berjuang di garis depan untuk melindungi kehidupan semua orang yang terkena dampak.
Pentingnya Rumah Sakit Pemerintah Menguasai Akuntansi Manajemen
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwasanya rumah sakit publik yang dikelola pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diharuskan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLU/D). Pentingnya rumah sakit untuk menjadi BLU/D adalah menitikberatkan pada fleksibilitas pengelolaan keuangan untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat tanpa mengutamakan keuntungan dan menerapkan praktik bisnis yang sehat dengan menjalankan prinsip efisiensi dan produktivitas. Sejalan dengan itu, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah meng – cover 82% penduduk Indonesia. Hal ini mengartikan bahwasanya sebagian besar pasien yang ditangani rumah sakit pemerintah merupakan pasien dengan JKN.
Bed Occupancy Rates Rumah Sakit di Inggris Mencapai Tingkat yang Sangat Tinggi
Jumlah tempat tidur yang ditempati di rumah sakit di Inggris mendekati tingkat yang terlihat sebelum pandemi COVID-19, menurut data baru. NHS England memperingatkan bahwa untuk merawat pasien covid dan non-covid secara terpisah dan untuk memenuhi langkah – langkah pengendalian pencegahan infeksi yang ditingkatkan, kapasitas rumah sakit harus diatur dengan cara baru sebagai akibat dari pandemi.
Keselamatan Pasien – Perspektif Budaya
Nilai, norma, dan keyakinan bersama tentang relevansi keselamatan dalam perawatan kesehatan dapat dijelaskan dalam istilah budaya keselamatan pasien.
Konsep ini tumpang tindih dengan iklim keselamatan pasien, tetapi budaya mewakili nilai, norma, dan keyakinan yang mengakar, sedangkan iklim mengacu pada sikap dan manifestasi budaya yang lebih dangkal.
Perspektif tentang Penerimaan Vaksin COVID-19
Personil perawatan kesehatan telah diidentifikasi oleh ACIP sebagai kelompok prioritas untuk vaksinasi COVID-19. Kami melakukan survei pada November – Desember 2020 di dua rumah sakit akademik besar di Philadelphia untuk mengevaluasi niat karyawan rumah sakit untuk divaksinasi.
Tantangan dan Masalah Tentang Pengorganisasian Rumah Sakit untuk Menanggapi Pandemi COVID-19
Hingga 31 Maret 2020, Prancis telah mengumumkan 50.000 pasien serta 3500 kematian. Pandemi COVID-19 unik karena skalanya, kecepatan penyebarannya, kurangnya data ilmiah yang sudah ada sebelumnya, dan pentingnya liputan media.
Hal ini mendorong rumah sakit yang menangani kasus untuk menghadapi banyak tantangan baru yang terkait dengan wabah. Namun, ketahanan sistem kesehatan dalam menanggapi COVID-19 – termasuk di negara – negara berpenghasilan tinggi terbuka untuk dipertanyakan.
Menggunakan Sistem Triase yang Dimodifikasi untuk Meningkatkan Efektivitas Emergency Unit: Implementasi Lean yang Berhasil
Sebagian besar unit gawat darurat di rumah sakit pedesaan mempraktikkan sistem triase tingkat tunggal. Peneliti mengusulkan penambahan triase sekunder, sistem triase 2 tingkat yang dapat meningkatkan kemanjuran departemen. Ini adalah studi pra – pasca – intervensi pusat tunggal yang dilakukan di departemen distrik darurat.
Pemantauan Pasien Jarak Jauh dan Kenyamanan Optimal Pasien
Sumber : freepik.com
Pemantauan Pasien Jarak Jauh (Remote Patient Monitoring – RPM) dapat mengurangi kunjungan dan lama rawat di rumah sakit, meningkatkan retensi, dan kepatuhan pasien untuk mengikuti jadwal. COVID-19 berdampak pada peningkatan permintaan pemantauan pasien jarak jauh. Pemantauan Pasien Jarak Jauh merupakan teknologi yang memungkinkan pemantauan ketat terhadap pasien di luar klinik konvensional, dengan perjanjian konsultasi rutin untuk memperoleh hasil klinis yang lebih baik.
Mengukur Mutu Pelayanan RS pada Masa Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah membuka realita bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki banyak kerentanan. Meskipun sudah memiliki Hospital Disaster Plan dan bahkan melakukan exercise atau simulasi, ternyata RS masih tidak siap dan rentan terhadap kejadian non alam. Situasi ini dapat berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien COVID-19 maupun non COVID-19. Selain ketidaksiapan sistem di RS secara keseluruhan, RS juga mengalami perubahan situasi dimana jumlah kunjungan pasien non COVID-19 menurun drastis, sedangkan pasien COVID-19 meningkat jumlahnya. Dampaknya, RS harus mengatur ulang sumber dayanya, agar idle capacity pada area pelayanan non COVID-19 dapat dimanfaatkan untuk mengisi kekurangan – kekurangan yang terjadi pada area pelayanan untuk pasien COVID-19. Mobilisasi sumber daya ini berdampak pada peningkatkan kebutuhan spesifik untuk menyelenggarakan layanan COVID-19 dalam kapasitas lebih besar, antara lain kebutuhan SDM khusus, alkes, APD, hingga sarpras berupa ruang perawatan yang harus didesain khusus menggunakan tekanan negatif. Semua ini menimbulkan konsekuensi finansial yang tidak mudah untuk dipenuhi, terutama jika RS mengandalkan pendapatan dari pasien non COVID-19 yang jumlahnya justru menurun secara signifikan. Keseluruhan situasi ini dapat mempengaruhi kemampuan rumah sakit untuk menghadirkan pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien.
Komplikasi di Rumah Sakit terkait COVID-19
Akibat pandemi COVID-19 terus berlanjut secara global, tantangan yang muncul adalah peralihan dari infeksi akut ke beban konsekuensi jangka panjang akibat penyakit tersebut. Meskipun terminologi konsensus belum tercapai, tahap pasca-akut COVID-19 sebagian besar didefinisikan sebagai 3 atau 4 minggu setelah timbulnya gejala, dan COVID-19 yang lama atau kronis didefinisikan sebagai gejala dan kelainan yang menetap atau muncul lebih dari 12 minggu. Sebagian besar penelitian berfokus pada COVID-19 akut dan sub akut, meskipun panduan berbasis bukti untuk pengelolaan COVID-19 yang lama masih terbatas. Memahami secara komprehensif efek kesehatan COVID-19 dari tahap akut hingga kronis menjadi hal penting, bukan hanya untuk persiapan gelombang pandemi lebih lanjut, melainkan juga untuk menilai beban sistem perawatan kesehatan akibat konsekuensi COVID-19. Artikel ini dipublikasikan pada Juli 2021 di jurnal The Lancet.