Reportase Pertemuan Teknis Evaluasi Pola Rujukan di DIY
Salah satu bentuk kunjungan kerja Kementrian Kesehatan ke daerah ialah pertemuan teknis yang telah digelar pada 15-16 November 2017. Acara tersebut digelar di Yogyakarta dengan peserta seluruh RS di wilayah tersebut. Topik yang dibahas ialah Pengembangan Pola dan Pengembangan Pola Rujukan di Kab/Kota DIY. Salah satu tujuan pertemuan teknis ini untuk mengevaluasi sistem rujukan di DIY. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka memelihara kesehatan peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis, sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan efektif dan efisien. Tujuannya umtuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama (FKTP) memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Reportase 41st World Hospital Congress Taipei, 7-9 November International Hospital Federation (IHF) dan Taiwan Hospital Association menyelenggarakan 41st World Hospital Congress pada 7-9 November 2017 bertempat di Taipei International Convention Center (TICC). Kali ini, tema yang diangkat ialah patient-friendly and smarter healthcare, IHF mengajak insan perumahsakitan di dunia untuk mengantisipasi era baru dunia kesehatan, dimana implementasi pelayanan kesehatan akan bertumpu pada intelligent technology dan big data dalam rangka mencapai pelayanan kesehatan rumah sakit yang patient friendly dan mengedepankan patient safety. Kongres ini diikuti oleh kurang lebih 850 peserta dari 48 negara. Untuk lebih mengetahui agenda 41st World Hospital Congress dapat dilihat pada tautan berikut: http://worldhospitalcongress.o Manajemen Aset di Rumah Sakit yang Menerapkan PPK BLUD Pengelolaan aset tetap pada rumah sakit yang menerapkan PPK BLUD diatur pada Permendagri No. 61 Tahun 2007. Untuk lebih luasnya, peraturan tentang Barang Milik Daerah ada di Permendagri No. 19 Tahun 2016 tentang Barang Milik Daerah. Aset tetap merupakan bagian dari kegiatan operasional rumah sakit. Aset atau barang milik daerah yang digunakan oleh Badan Layanan Umum Daerah merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan untuk menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum Daerah yang bersangkutan. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
Diskusi Implikasi Penerapan PP 18/2016 dalam Pengelolaan RSD dan Beban Kerja Dinas Kesehatan |
|
Perubahan Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit |
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka memelihara kesehatan peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis, sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan efektif dan efisien.
Tujuannya umtuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama (FKTP) memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan ini bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal. Penyakit kronis yang dimaksud adalah diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi.
Prolanis merupakan kelanjutan dari skrining kesehatan. Jika hasil skrining riwayat kesehatan mengindikasikan peserta memiliki faktor resiko diabetes melitus tipe 2 atau hipertensi, peserta dapat turut serta dalam Prolanis.
Bagi pasien yang sudah menyandang penyakit kronis diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi, juga dipersilakan bergabung dalam Prolanis. Aktivitas Prolanis ini meliputi berbagai hal, antara lain konsultasi medis, edukasi, reminder melalui SMS Gateway, serta home visit.
Mari kita lihat penjelasannya satu per satu.
Konsultasi Medis. Melalui kegiatan ini, peserta Prolanis dapat membuat jadwal konsultasi yang disepakati bersama dengan fasilitas kesehatan pengelola.
Edukasi Kelompok Peserta Prolanis. Edukasi Klub resiko Tinggi/Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta Prolanis.
Reminder Melalui SMS Gateway. Ini merupakan bentuk kegiatan untuk memotivasi peserta supaya melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan pengelola. Melalui sms, peserta Prolanis akan mendapat pengingatan jadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan pengelola tersebut.
Home Visit. Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah peserta Prolanis untuk memberi informasi atau edukuasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarganya. Sasaran kegiatan ini meliputi peserta baru terdaftar, peserta tidak hadir terapi di dokter praktek perorangan/klinik/puskesmas 3 bulan berturut-turut, peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut, peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut, dan peserta pasca opname.
Persiapan pelaksanaan Prolanis
- Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:
-
Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau
-
Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)
-
- Menentukan target sasaran
- Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas berdasarkan distribusi target sasaran peserta
- Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola
- Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)
- Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta Prolanis
- Melakukan sosialisasi Prolanis kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)
- Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis
- Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis
- Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar Prolanis
- Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
- Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta Prolanis
- Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
- Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan
- Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
- Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola:
-
Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola.
-
Menganalisa data
-
- Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
- Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat.
Peserta Prolanis harus sudah mendapat penjelasan tentang program dan telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta.peserta Prolanis adalah peserta BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingkat Lanjutan. Peserta yang telah terdaftar dalam Prolanis harus dilakukan proses entri data dan pemberian flag peserta di dalam aplikasi kepesertaan. Demikian pula dengan Peserta yang keluar dari program. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer (P-Care).
Sumber Pustaka:
http://inacbg.blogspot.co.id/2015/01/prolanis-bpjs-kesehatan.html
http://www.bpjs-kesehatan.net/2016/02/penjaminan-dan-pelaksanaan-prolanis.html
RS Indriati dan DKK Pemkab Sukoharjo Jalin Kerjasama di Bidang Kesehatan
Sukoharjo : Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru Sukoharjo menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pemkab Sukoharjo Jawa Tengah dalam bidang pelayanan kesehatan.
Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan Memory of Understanding (MoU), oleh kedua belah pihak yakni dr. Imelda Tandyo selaku Direktur RS Indriati dan Dr Nasrudin selalu Kepala DKK Pemab Sukoharjo, Rabu (8/11/2017) di RS Indriati.
Diretur RS Indriati Sobo Baru Sukoharjo dr. Imelda Tandyo kepada wartawan mengakui jika MoU yang dilakukan di bidang pelayanan kesehatan, terutama dalam hal rujukan dan kasus-kasus sulit yang tidak bisa ditangani di tingkat Puskesmas.
“Ya, selama ini sebenarnya sudah terjalin kerjasama dengan sejumlah Puskesmas, namun belum secara resmi, sehingga dengan adanya bentuk kerjasama secara resmi, kerjasama yang sudah terjalin sebelumnya bisa lebih optimal dalam melayani kesehatan masyarakat terutama kasus-kasus sulit,” ungkap dr. Imelda Tandyo.
Sementara itu kepala DKK Pemkab Sukoharjo dr. Nasrudin berharap dengan adanya kerjasama bisa membantu pemenuhan program Standar Pelayanan Minimum Kesehatan Masyarakat.
Sebelumnya, DKK juga telah menjalin kerjasama dengan sejumlah rumah sakit swasta maupun milik pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Sukoharjo.
Beberapa rumah sakit swasta tersebut adalah RS Dokter Oen Solo Baru RS Kharimah Utama Kartosuro dan RS Nirmala Suri Sukoharjo serta Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ir Sukarno Sukoharjo.
“Kami berharap RS Indriati Solo Baru menjadi salah satu yang bisa menjadi rujukan untuk layanan kegawat dan kedaruratan,” pungkas dr.Nasrudin. (EP/WDA)
Sumber: rri.co.id
RS Premier Tolak Ungkap Penyakit Setya Novanto Meski Diminta JK
Pihak RS Premiere Jatinegara menanggapi pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla soal kejelasan penyakit Ketua DPR Setya Novanto. Pasalnya, banyak meme soal penyakit Setya Novanto yang berbuntut laporan ke polisi. Padahal bagi JK, penyakit Novanto belum jelas.
Kepala Humas Rumah Sakit Premier Jatinegara, Sukendar, usai rapat merespons komentar Jusuf Kalla, menyebut bahwa pihak rumah sakit belum bisa menjelaskan dan mengonfirmasi apa saja penyakit Setya Novanto selama dirawat sekitar 3 bulan lalu.
“Jadi intinya berdiskusi tentang tadi itu. Kita tak boleh membuka rahasia medis pasien kepada publik tanpa sepengetahuan pasien itu sendiri,” kata Sukendar di RS Premiere, Jakarta Timur, Rabu (8/11).
Bagi rumah sakit, membuka rekam medis pasien melanggar privasi pasien sekalipun diminta oleh kepala negara. Data bisa dibuka jika ada persetujuan dari pasien.
“Kita menanggapi beredarnya berita dari wapres, tentang isi rekam medik. Untuk pasien, bahwasanya kami dari pihak RS, dan tim medis lainnya belum dapat membuka rahasia itu, bilamana tidak ada persetujuan dari pasien,” sambungnya.
Jadi, pasien siapapun baik yang sedang dirawat, masih dirawat dan pulang rawat kalau tanpa sepengetahuan pasien, kami tidak bisa membuka rahasia pasien itu kepada publik.
– Kepala Humas RS Premier, Sukendar.
Sebagai catatan, pada Selasa kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta tim dokter RS Premiere untuk menjelaskan penyakit Setya Novanto. Hal tersebut dikatakannya sebagai respon dari pelaporan meme Setnov. JK mengatakan alangkah baiknya jika pihak dokter menjelaskan apa penyakit Setya Novanto ke publik.
“Pokok di sini ialah sebenarnya kasus ini harus ada penjelasan dari dokter. Iya, itu yang paling pokok. Ya harus dokter menjelaskan bahwa dia memang sakit,” kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (7/11).
Sumber: kumparan.com
Pelatihan Aplikasi PPK BLUD Rumah Sakit Respira Bantul
Pelatihan Penyusunan RBA & Laporan Keuangan SAK oleh tim BLUD dari PT Syncore Indonesia yang diikuti oleh pegawai Rumah Sakit RESPIRA Bantul pada tanggal 06-07 November 2017 di Rumah Sakit RESPIRA Yogyakarta. Pelatihan ini dihadiri oleh 2 Orang Narasumber yaitu Bapak Andri Yandono SE,.MM & Ibu Putri Tami SE dari PT. Syncore Indonesia &. Pelatihan ini difokuskan agar semua peserta setelah selesai mengikuti pelatihan mampu menyusun RBA & Laporan Keuangan SAK sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya pelatihan ini diminta oleh Rumah Sakit RESPIRA Bantul untuk kemajuan BIMTEK, namun pada saat dilakukan praktek penyusunan RBA & Laporan Keuangan minat & antusias para peserta menjadi tinggi karena Aplikasi Software Keuangan BLUD PT Syncore Indonesia dapat membantu & merumuskan dengan tepat dan efektif bagaimana cara menyusun Laporan RBA sekaligus dapat menghasilkan Laporan Keuangan berbasis SAK.
Sesi pertama pemaparan materi mengenai pola pengelolaan keuangan BLUD yang disampaikan berisi paparan regulasi yang mengatur BLUD dan apa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh BLUD. Dilanjutkan sesi kedua, ketiga dan keempat yaitu sesi penyusunan RBA, Penerimaan dan Pengeluaran dengan menggunakan data real anggaran, BKU Penerimaan dan BKU Pengeluaran yang dimiliki oleh Rumah Sakit RESPIRA Bantul. Sesi terakhir yaitu sesi akuntansi adalah sesi konsolidasi data inputan penerimaan dan pengeluaran, saldo awal, stock opname dan jurnal penyesuaian yang diperlukan. Output dari pelatihan ini yaitu berupa Pelatihan & Ilmu yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit RESPIRA Bantul.
Uniknya Rumah Sakit RESPIRA Bantul saat ini telah menggunakan SIM RS yang sudah disinkronkan untuk penyusunan RBA. Pembenahan RBA yang ada pada Rumah Sakit RESPIRA Bantul sebenarnya sangat dianjurkan, karena pada dasarnya RBA BLUD berbasis Unit Pelayanan bukan Kegiatan. Rumah Sakit RESPIRA Bantul masih menggunakan RBA berbasis kegiatan, sehingga ketika penyusunan & mapping kode akun pada aplikasi menjadi fokus utama dalam pelatihan ini, karena sangat berpengaruh pada Laporan Keuangan.
Pelatihanpun telah selesai & ditutup oleh Ibu Putri Tami SE selaku Konsultan PT Syncore Indonesia.
Sumber: blud.co.id
Concurrent Session 4 International Hospital Federation 2017
Concurent Session 4
- Digital Health Care dan de-Humanized Hospital Care
Kemajuan teknologi digital telah diadopsi dengan cepat di rumah sakit. Hampir semua lini pelayanan rumah sakit, baik di area administrasi maupun area klinis, telah menggunakan teknologi digital.
Sistem registrasi, billing, dan inventory, adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari teknologi digital. Demikian pula dengan pengaturan penggunaan tempat tidur, penjadwalan kamar operasi, pengelolaan antrian poliklinik, juga sudah bergantung pada teknologi digital.
Robotic surgery, pengaturan dosis obat infus, monitor ventilator, semuanya juga telah menggunakan teknologi digital. Dokter menjadi programmer utama dan mengendalikan seluruh kegiatan medis melalui peralatan antar-muka yang semakin canggih.
Demikian pula dengan asuhan keperawatan saat ini yang semakin dituntut untuk bebas kesalahan. Bantuan teknologi digital sangat dirasakan manfaatnya. Pengaturan jadwal shift, monitoring kondisi individual pasien beserta sistem alert-nya, serta dokumentasi asuhan keperawatan, saat ini juga sudah sangat terbantu dengan adanya teknologi digital. Data menunjukkan bahwa kejadian nursing error menurun secara signifikan dengan adanya dukungan teknologi digital.
Pada sektor pendukung pelayanan, teknologi digital telah banyak digunakan untuk memonitor kelayakan operasional peralatan medis, terutama yang sensitif dan rawan kerusakan, serta tinggi tingkat utilisasinya. Penggunaan sinyal RFID sudah banyak dipakai untuk memonitor keberadaan peralatan medis yang sifatnya fast moving. Bahkan penghitungan linen rumah sakit juga telah menggunakan bantuan teknologi.
Pasien di negara maju telah menggunakan smart card untuk berkomunikasi dengan rumah sakit. Pendaftaran sudah bisa dilakukan sebelum pasien sampai di rumah sakit, bahkan jadwal pemeriksaan sudah disepakati serta dicatat, jauh sebelum hari-H pemeriksaan.
Ketika sampai di rumah sakit, pasien telah diidentifikasi oleh mesin pencatat dan kamera monitor, serta diarahkan ke titik-titik pelayanan oleh mesin pendaftaran. Pasien rawat jalan hanya bertemu dengan dokter saat pemeriksaan, itupun wajah dokter lebih banyak melihat pada layar komputer. Pasien juga bertemu sebentar dengan petugas bagian laboratorium untuk proses pengambilan darah, selebihnya dilayani oleh teknologi digital. Pada bagian akhir proses pelayanan, ketika pasien harus mengambil obat, vending machine sudah siap menyambut dan memberikan penjelasan melalui robot pintar.
Pembayaran pasien, baik uang memiliki asuransi maupun yang membayar langsung, telah dilayani oleh mesin penerima pembayaran. Nota bukti pembayaran, pesan-pesan administrasi, serta petunjuk lainnya, langsung diberikan oleh robot pintar yang terintegrasi dengan mesin pembayar.
Siapakah pasien sebenarnya? Apakah pasien rumah sakit adalah ’sebuah barang” yang diproses dan “diolah” (seperti yang terjadi di pabrik)? Apakah pasien adalah pemain game yang saat berinteraksi dengan mesin-mesin dan software aplikasi?
Apakah pasien gembira dengan sistem “manless” service? Apakah pasien bahagia dilayani oleh mesin? Bukankah pasien adalah manusia yang mempunyai dimensi biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual?
Tantangan rumah sakit saat ini adalah menyeimbangkan penggunaan teknologi digital dengan humanizing the services. Kecepatan pelayanan oleh karena bantuan teknologi digital adalah sebuah kemajuan, namun jika pasien merasakan rendahnya sentuhan kemanusiaan, maka kemajuan tersebut tidak akan banyak artinya. Interaksi sosial antara pasien dengan rumah sakit terjadi pada semua titik pelayanan, ketika pasien berkomunikasi dengan petugas rumah sakit. Pasien merasakan adanya perhatian dan empati dari petugas rumah sakit, ketika mendapatkan penjelasan dan nasehat. Komunikasi yang sangat personal sangat diperlukan dalam proses penyembuhan pasien.
Apakah situasi ini telah disadari oleh manajemen rumah sakit? Bagaimana strategi untuk menyeimbangkan penerapan teknologi digital dengan sentuhan kemanusiaan dalam pelayanan kepada pasien? Evidence dan experience yang tersedia saat ini masih belum dapat menjawab pertanyaan tersebut.
- Professionalisation of Healthcare Management
IHF telah mendirikan Management Special Interest Group, dengan tujuan “to progress global recognition of the healthcare management profession”. Sampai saat ini profesi healthcare manager masih belum banyak dikenal. Daftar profesi di berbagai negara, banyak yang tidak mencantumkan profesi ini. Ilmu kedokteran telah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu, namun manajemen rumah sakit masih sangat baru. Situasi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan manajemen rumah sakit.
Healthcare Management Special Interest Group (HM SIG) mempunyai misi untuk memperkenalkan profesi healthcare manager dan mengembangkan profesi ini untuk mendukung perkembangan manajemen rumah sakit. Misi berikutnya adalah untuk mengembangkan asosiasi profesi healthcare managers serta membangun jejaring profesi ini.
Rekognisi profesi healthcare manager hanya dapat dilakukan jika kinerja healthcare manager dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, diperlukan standar kompetensi healthcare manager yang disepakati pada tingkat global. Kompetensi memiliki hubungan erat dengan management practice, dan management practice adalah penentu pencaoaian kinerja rumah sakit.
Salah satu kompetensi yang dipandang perlu untuk segera diglobalkan adalah kompetensi leadership. Kompetensi leadership sangat diperlukan oleh manajer rumah sakit oleh karena tanpa kompetensi kepemimpinan, maka kinerja individu, kinerja tim, dan kinerja organisasi dipastikan tidak akan mencapai titik yang diharapkan.
Model kompetensi yang diacu adalah model yang sudah ditulis dalam buku “Leadership Competencies for Health Service Managers”. Dalam model kompetensi ini, kepemimpinan diperkaya dengan kemampuan komunikasi dan relationship management, profesionalisme dan corporate social respomsibility (CSR), pemahaman lingkungan organisasi rumah sakit, serta kemampuan entrepreneurship.
HM SIG telah mengembangkan tools untuk menilai kapasitas (kompetensi) kepemimpinan manajer rumah sakit. Terdapat 80 area kompetensi yang dinilai sendiri oleh para manajer. Hasil penilaian akan menunjukkan di area mana seorang manajer menonjol dan lemah, serta mengindikasikan tingkat kompetensi dibanding dengan peer group-nya.
Tools tes kompetensi ini bisa diperoleh di website (www.ihf-fih.org) dan jika menginginkan untuk melakukan tes kompetensi, tidak dipungut biaya apapun. Syaratnya sangat mudah, yaitu membuat akun seperti yang disarankan dalam petunjuk.
Indonesia diharapkan dapat terlibat aktif dalam pengembangan profesi healthcare manager, mengingat banyaknya rumah sakit dan besarnya tantangan dalam manajemen rumah sakit. Di Indonesia, profesi healthcare manager juga belum banyak dikenal. Salah satu kekuatan dari special interst group ini adalah bersatunya akademisi, peneliti, dan praktisi dalam satu wadah. HM-SIG berisi para akademisi dan peneliti dari berbagai universitas dan memiliki komunitas praktisi yang isinya adalah pada senior manajer di rumah sakit. Komposisi ini sangat cocok dengan kondisi di Indonesia, dimana akademisi dan praktisi manajemen rumah sakit telah sering berkolaborasi dalam berbagai kegiatan pengembangan manajemen rumah sakit.
Profesi healthcare manager sangat penting untuk dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan rumah sakit dan variasi kondisi rumah sakit membutuhkan kompetensi kepemimpinan yang memadai untuk menjawab tantangan yang semakin besar, baik dari sisi tuntutan pasien, regulasi, maupun pembiayan serta kompetisi global. Oleh sebab itu, ajakan agar ada perwakilan dalam HM SIG perlu disambut dengan langkah nyata.
Reporter: Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, MAS
Reportase 41st World Hospital Congress
Taipei, 7-9 November
International Hospital Federation (IHF) dan Taiwan Hospital Association menyelenggarakan 41st World Hospital Congress pada 7-9 November 2017 bertempat di Taipei International Convention Center (TICC). Kali ini, tema yang diangkat ialah patient-friendly and smarter healthcare, IHF mengajak insan perumahsakitan di dunia untuk mengantisipasi era baru dunia kesehatan, dimana implementasi pelayanan kesehatan akan bertumpu pada intelligent technology dan big data dalam rangka mencapai pelayanan kesehatan rumah sakit yang patient friendly dan mengedepankan patient safety. Kongres ini diikuti oleh kurang lebih 850 peserta dari 48 negara. Untuk lebih mengetahui agenda 41st World Hospital Congress dapat dilihat pada tautan berikut: http://worldhospitalcongress.o
Moral of The Story International Hospital Federation 2017
International Hospital Forum (IHF) 2017 merupakan kongres ke-41 bagi insan perumahsakitan di dunia. Acara tersebut kali ini diselenggarakan di Taipei, Taiwan. Tema utamanya adalah patient friendly and smarter health care. IHF 2017 diikuti oleh lebih dari 1000 peserta dari 48 negara. Diagendakan 5 sesi utama dalam plenary session, 34 sesi konkuren, 8 free paper, 6 sesi kolaborasi, serta 200 sajian poster. Beberapa moral of the story yang tertangkap dalam serial seminar hari 1:
- Isu global tentang emisi perlu dipahami oleh komunitas rumah sakit dan dijadikan isu utama dalam manajemen rumah sakit. Buangan rumah sakit ternyata banyak yang menimbulkan polusi, namun belum ditangani dengan baik. Polusi yang ditimbulkan sangat serius dan membuat orang sehat menjadi sakit. Hal ini tidak sejalan dengan misi pelayanan rumah sakit. Isu lingkungan kurang banyak dibahas oleh karena tenggelam dan kalah bersaing dengan isu penerapan teknologi informasi di rumah sakit. Teknologi informasi diyakini akan menjadi pendorong pertumbuhan rumah sakit. Teknologi informasi mampu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, mendorong peningkatan kapasitas pelayanan, serta menjangkau area pelayanan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga akan menjadi gelombang besar yang mengubah wajah pelayanan rumah sakit. Rumah sakit dikhawatirkan akan kehilangan empati dalam melayani pasien. Interaksi antar manusia akan menurun drastis dan penggunaan teknologi akan memisahkan masing-masing profesi kembali menuju silo-silonya (departemen/bidangnya). Akhirnya yang terjadi adalah dehumanisasi pelayanan rumah sakit. Untuk itu perlu dikembangkan smart hospital, yang ekstensif dalam penggunaan teknologi tetapi intensif dalam membangun hubungan antar manusia serta sensitif terhadap isu lingkungan Ini sebabnya tema IHF kali ini adalah patient friendly and smarter health care.
- Teknologi digital telah mengubah secara drastis pelayanan rumah sakit kepada pasien dan semakin menguatkan pemahaman bahwa rumah sakit berada pada sebuah lingkungan industri, yang disebut sebagai health care industry. Rumah sakit jaringan yang bergabung menjadi satu di bawah satu bendera organisasi, disatukan secara kuat oleh teknologi. Rumah sakit mampu melipatgandakan kapasitas pelayanannya dengan bantuan teknologi. Jika dulu teknologi dipandang hanya sebagai pendukung pada area back office rumah sakit, maka saat ini teknologi telah menjadi ujung tombak dalam pelayanan rumah sakit kepada pasien. Contohnya adalah penggunaan wearable devices yang menjadikan pengambilan data pasien dapat dilakukan bahkan sebelum pasien masuk ke rumah sakit. Dokumentasi data pasien juga menjadi lebih mudah. Kesalahan medis dan kesalahan dalam pelayanan farmasi dapat diminimalkan dengan bantuan teknologi informasi. Adanya berbagai aplikasi kesehatan dan software manajemen, semakin mendorong perkembangan rumah sakit dari sisi manajerial. Manajemen informasi pelayanan dapat dilakukan dengan mudah karena semua kegiatan pelayanan dapat dimonitor dengan teknologi informasi. Masalah antrian dapat segera diatasi sebelum antrian terjadi. Penggunaan teknologi di rumah sakit bukan lagi impian melainkan telah menjadi kenyataan. Tantangannya adalah bagaimana rumah sakit menggunakan teknologi informasi tanpa kehilangan nilai serta misi pelayanan kepada pasien dan keluarganya.
- Pasien saat ini bukan lagi “pasien”, melainkan “consumer”, namun bukan “consumer” dari 1 rumah sakit, tetapi “consumer” dari sistem kesehatan. Rumah sakit menghadapi perubahan yang dramatis dari sisi demografi masyarakat, pola patologi penyakit, sistem pembiayaan, dan teknologi kedokteran. Menghadapi perubahan ini, rumah sakit tidak bisa sendirian. Tidak cukup sumber daya satu rumah sakit untuk mengakomodasi perubahan tersebut. Rumah sakit perlu membangun network agar memiliki sumber daya yang memadai serta kapasitas pelayanan yang lebih besar, yang lebih sesuai dengan beban penyakit masyarakat. Membangun jejaring pelayanan rumah sakit adalah kebutuhan masa depan. Penggunaan sumber daya secara bersama-sama akan menjadi jawaban atas isu kelangkaan sumber daya yang terjadi di banyak negara. Pembiayaan kesehatan yang semakin besar di beberapa negara diyakini tidak akan sustain karena efektivitasnya rendah serta tidak memberikan dampak yang signifikan untuk peningkatan status kesehatan sebuah negara. Upaya untuk menyatukan cost efficiency dengan mutu pelayanan kesehatan serta kepuasan pasien sudah mulai diragukan. Beberapa data dari Eropa telah membuktikan bahwa negara dengan biaya pelayanan rendah menuai mutu pelayanan yang rendah walaupun kepuasan pasien meningkat.
Sebaliknya, negara yang mengedepankan mutu pelayan akan mengeluarkan biaya yang besar dan kepuasan pasien yang tidak seperti yang diharapkan oleh karena meningkatnya waktu tunggu. Membangun jejaring secara vertikal dan horisontal adalah upaya untuk menempatkan semua sumber daya kesehatan dalam satu sistem. Jejaring vertikal adalah jejaring kelas pelayanan rumah sakit, mulai dari pelayanan dasar sampai ke pelayanan tertinggi. Jejaring horisontal adalah menyatukan rumah sakit dengan sub sistem kesehatan lainnya seperti pembiayaan kesehatan, regulasi, dan sistem informasi. Jika jejaring ini berhasil dibangun, maka rumah sakit tidak akan sendirian dalam menghadapi perubahan demografi, pola patologi penyakit, serta cepatnya perubahan teknologi kedokteran. Masing-masing rumah sakit akan fokus pada tingkat penyakit tertentu dan tidak perlu mengeluarkan sumber daya untuk pelayanan yang tidak banyak dijalankan. Kerja sama dalam upaya menangani pasien antar rumah sakit dapat dijalankan dengan mudah oleh karena menggunakan platform pelayanan yang sama. Pembiayaan kesehatan, regulasi, dan sistem informasi menjadi lebih kuat mengikat rumah sakit sebagai satu sistem yang terintegrasi. Sharing data dan informasi sangat memudahkan pelayanan di rumah sakit. Sharing pembiayaan antar kelas rumah sakit akan menjadikan keuangan rumah sakit lebih kuat untuk mendanai pelayanan. Membangun jejaring ini bukan hal yang sulit, jika pengelola rumah sakit dan pengelola sub sistem kesehatan lainnya memiliki komitmen untuk bekerja melayani pasien.
Reporter: Dr. Andreasta Meliala
Concurrent Session 2 International Hospital Federation 2017
Concurrent Session 2:
The hospital: a responsible and integrated enterprise by University Hospitals of Geneva
Dalam concurrent session kedua ini, University Hospital of Geneva menjelaskan mengapa tanggung jawab sosial, ekonomi, dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian spesifik dari rumah sakit. Seperti yang telah diketahui, bahwa sebuah organisasi mengenal istilah corporate social responsibility, dimana konsep tersebut menjelaskan bahwa suatu organisasi memiliki tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya(konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan) dalam segala aspek operasional organisasi yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Rumah sakit, sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan, secara umum diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya dalam memajukan status ekonomi dan sosial semua pihak terkait (internal dan eksternal), berikut turut andil dalam pelestarian lingkungan. Konsep ini yang coba diusung oleh University Hospital of Geneva di Swiss sebagai rumah sakit Pendidikan, dimana saat ini program tersebut menjadi percontohan nasional dalam pengembangan social responsibilities.
University Hospital of Geneva telah mengembangkan visi 5 tahun terkait dengan social responsibilities ini hingga tahun 2020, dengan berfokus pada 4 hal: Responsibilities kepada pasien, karyawan, lingkungan, dan masyarakat secara umum. Dari keempat fokus tersebut, University Hospital of Geneva sangat mengedepankan pada social responsibilities rumah sakit terhadap lingkungan, dimana rumah sakit dapat dikatakan menjadi salah satu “polutan” bagi lingkungan (dalam hal penghasil limbah, dan sebagainya).
Pengembangan social responsibilities secara tunggal oleh satu rumah sakit tidak akan cukup untuk memberikan dampak bagi masyarakat. Best practices, inovasi, dan strong partnership menjadi kunci agar pengembangan social responsibilities di rumah sakit dapat berkembang secara masif dan berdampak luas bagi masyarakat. Selain itu, komitmen seluruh pemangku kepentingan di bidang kesehatan juga perlu dibentuk sebagai landasan awal implementasi dari social responsibilities.
Reporter: dr. Haryo Bismantara, MPH
Plenary 2 International Hospital Federation 2017
Plenary 2:
Transforming Healthcare through Information Technology (Dr Tony KO Pat-sing – Hong Kong Hospital Authority)
Gambar 2. Suasana Plenary 2 41st World Hospital Congress di TICC
The Hong Kong Hospital Authority (HA) memiliki tanggung jawab untuk mengelola rumah sakit umum di Hong Kong sejak Desember 1991. HA saat ini mengelola lebih dari 74.000 tenaga kesehatan, 42 rumah sakit, 47 klinik rawat jalan spesialistik dan 73 klinik rawat jalan umum dengan total 27.000 tempat tidur.
Meskipun terkesan sulit untuk menggantikan determinasi dan keterampilan dari sumber daya medis, teknologi informasi (TI) memainkan peran penting dalam pengembangan sistem kesehatan modern. HA telah membentuk tim TI khusus untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan klinis dan administratif. Solusi berbasis TI telah diterapkan di semua rumah sakit dan institusi di Hong Kong, memberi manfaat bagi semua pasien dan staf publik dengan berbasis pada tujuan utama untuk memperbaiki layanan medis masyarakat.
Clinical Management System (CMS) yang dikembangkan HA, bersama-sama dengan sistem TI lainnya, telah meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses-proses klinis pada pasien rawat jalan maupun rawat inap, mencakup proses pendaftaran, rekam medis, uji diagnostik dan patologi, teknologi filmless, peresepan obat, pemulangan pasien, hingga penyelesaian tagihan pelayanan kesehatan. Kelancaran operasional layanan HA saat ini sangat bergantung pada fungsi sistem TI yang mendukung operasional dapat diselenggarakan lebih efektif dan efisien.
CMS telah dikembangkan dalam tiga tahapan sejak 1990-an. Aspek pemanfaatan teknologi dan pengalaman dalam mengembangkan CMS juga memungkinkan HA untuk membantu mewujudkan visi pemerintah Hong Kong dalam membangun platform tersentralisir rekam medis pasien antara fasilitas kesehatan umum dan swasta.
Berbagai kemungkinkan dalam memajukan layanan kesehatan secara progresif di Hong Kong telah diringankan dengan implementasi teknologi yang mutakhir, pemanfaatan jaringan internet, serta pemanfaatan perangkat mobile. Implementasi teknologi dan aplikasi seluler di Hong Kong terbukti dapat meningkatkan kepuasan pasien di fasilitas kesehatan. Selain itu, perkembangan TI di HA selama seperempat abad terakhir telah membantu mengubah proses pelayanan kesehatan menjadi lebih aman dan lebih efisien. Di masa depan, HA akan terus memanfaatkan TI untuk pengembangan lanskap kesehatan yang lebih patient friendly dan smart pada layanan publik di Hong Kong.
Reporter: dr. Haryo Bismantara, MPH