Dokter Terlambat, Pasien RSUD Terlantar
SUKOHARJO – Sejumlah pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sukoharjo terlantar selama berjam-jam dan belum mendapatkan layanan, Senin (4/2/2013). Para pasien penyakit dalam itu mengantri sejak pagi dan baru dilayani sekitar pukul 11.00 WIB.
Pantauan Solopos.com di depan poliklinik penyakit dalam RSUD Sukoharjo, para pasien sudah berada di depan poliklinik tersebut sejak pagi. Setelah mendaftar dan mengambil nomor antrian, mereka duduk-duduk di depan poliklinik. Sedangkan beberapa pasien lain yang tak kebagian tempat duduk terpaksa harus berdiri di depan poliklinik itu.
Salah satu warga Dukuh Cebukan, Desa Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Warjono, mengaku sejak pukul 08.00 WIB tiba di RSUD. Ia mengantarkan istrinya yang sakit nyeri pada kaki.
“Sudah tiga jam lebih saya menunggu, tapi istri saya tidak dipanggil-panggil untuk pemeriksaan,” ujar Warjono saat ditemui wartawan di RSUD, Senin.
Hal serupa juga diungkapkan pasien lain, Harto. Ia juga sudah berjam-jam menunggu untuk diperiksa namun hingga pukul 11.30 WIB dia belum juga dilayani. Harto mengalami sakit maag dan baru kali ini dia periksa ke RSUD. “Seharusnya tidak begini pelayanannya. Kami sebagai pasien tidak perlu menunggu terlalu lama bahkan sampai tiga jam lebih belum juga dilayani,” papar Harto.
Sementara itu, saat dimintai konfirmasi, Direktur RSUD Sukoharjo, Gunadi, mengakui bahwa selama sebulan ini pasien penyakit dalam overload. Sebetulnya poliklinik tersebut akan dibagi menjadi dua agar memudahkan pelayanan. Namun hingga kini palayanan itu belum terwujud karena pihaknya masih kekurangan dokter penyakit dalam.
Gunadi mengatakan, saat ini pihaknya hanya memiliki tiga orang dokter ahli penyakit dalam. Sedangkan idealnya RSUD Sukoharjo memiliki empat orang dokter penyakit dalam. Tiga orang dokter itu pun, sambungnya, tidak bisa full melayani pasien karena satu dokter ada yang menempuh pendidikan lagi dan satu dokter lagi sedang menjalani pelatihan penanganan penyakit dalam di RSUD Moewardi, Solo.
“Satu orang dokter yang masuk itu pun tidak hanya melayani pasien di poliklinik penyakti dalam, tapi sebelumnya juga harus visit ke bangsal pasien yang mengalami penyakit dalam,” papar Gunadi.
Sumber: solopos.com
Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Rumah Sakit BLUD
——-Kupang-PKMK. Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM di lingkungan rumah sakit terutama pada bagian Akuntansi, PMPK FK UGM bekerjasama dengan AIPMNH mengadakan workshop “Penyusunan laporan keuangan rumah sakit BLUD”. Workshop ini diadakan di Hotel T-More, Kupang, Nusa Tenggara Timur selama tiga hari di mulai 28 Januari 2013 sampai dengan 30 Januari 2013. Workshop ini dihadiri oleh 12 peserta dari enam rumah sakit daerah di provinsi Nusa Tenggara Timur, antara lain RSUD Soe, RSUD Umbu Rara Meha Waingapu, RSUD Eka Pata Waikabubak, RSUD Kefamenanu, RSUD Atambua dan RSUD Lewoleba Lembata. Workshop ini menghadirkan narasumber yang sama dengan narasumber untuk pelatihan jarak jauh yang sudah dilaksanakan pada akhir tahun 2012 yang lalu, yakni Dr. Anastasia Susty Ambarriani M.Si., Akt. , Yos Hendra SE, MM, Akt. dan Barkah Prasetyo SE, Akt.
——-Kegiatan workshop untuk mendukung kegiatan yang diharapkan dari luaran PML yaitu mempersiapkan 11 RSUD di NTT menjadi BLUD. Sesuai amanah Undang-Undang No 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit pasal 7 dan pasal 20, maka seluruh rumah sakit pemerintah harus dijalankan dengan menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Sebagai BLUD, maka RSUD diharuskan menyusun laporan keuangan berbasiskan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Sesuai dengan amanat peraturan Permendagri No. 61 Tahun 2007, Pasal 116 dan Pasal 117 yang menjelaskan Akuntansi dan pertanggungjawaban BLUD untuk keuangan. ——-BLUD sebagai sebuah badan usaha dapat dikatakan telah dikelola secara baik bila telah memenuhi prinsip-prinsip independen, responsibel, transparan dan akuntabel. Guna diperolehnya laporan pertanggungjawaban yang memenuhi standar akuntansi keuangan yang lazim tersebut, diperlukan adanya suatu penelaahan (review) terhadap sistem informasi akuntansi yang ada agar selaras dengan tujuan dan pelaporan keuangan organisasi.
——-Pada workshop kali ini, antusiasme peserta terlihat dari diskusi yang aktif, baik antar peserta maupun dengan narasumber. Workshop diisi dengan konsep-konsep dasar disertai latihan penyusunan laporan keuangan yang memberikan pada peserta kesempatan untuk memahami secara praktek. Dikarenakan sudah terbiasa menggunakan standar akuntansi pemerintahan (SAP) dalam kegiatan rutinitas kerjanya, peserta sedikit mengalami kesulitan dalam latihan penyusunan laporan keuangan berbasis SAK, meskipun demikian mereka tampak bersemangat dalam berusaha memahami standar penyusunan laporan keuangan berbasis SAK. ——-Dalam workshop ini, peserta diminta untuk menyusun chart of account (COA) atau Kode Rekening masing-masing rumah sakit, dan latihan penyusunan laporan keuangan, yaitu neraca, laporan operasional dan laporan arus kas. Format workshop yang berbentuk diskusi dan pemaparan hasil latihan, diharapkan mampu memberikan kesan mendalam untuk peserta sehingga dapat selalu mengingat hal-hal yang tidak tepat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam workshop kali ini, sehingga tidak terulang pada saat ketika benar-benar menjalankannya nanti.
——-Harapan dari workshop ini, antara lain agar peserta dapat memahami sistem informasi akuntansi rumah sakit, peserta dapat memahami dan mampu untuk menyusun laporan keuangan berbasis SAK sesuai amanah Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Badan Layanan Umum Daerah. Workshop dengan materi yang sama selanjutnya akan diadakan pada 7-9 Januari 2013 di Maumere untuk lima rumah sakit daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya yang berlokasi di Pulau Flores. Workshop tersebut akan diikuti dari RSUD Ruteng, RSUD Bajawa, RSUD Larantuka, RSUD Ende dan RSUD TC Hillers Maumere.
|
———————————————– ———————————————– > Penyusunan Rencana Strategis untuk RS > Pelatihan Sistem Akuntansi Rumah Sakit berbasis SAK > Aplikasi Sistem Billing dan Rekam Medis Berbasis Open System
|
Laporan Kegiatan Sebelumnya: ——————– Sharing hasil kegiatan AIPMNH di Kupang ————————————————————– Liputan Seminar Harapan Direktur terhadap Perilaku Dokter Spesialis dan Dokter di RS Puri Indah dalam Konteks Sistem Kontrak Kerja Transferworkshop Beijing-Bericht Liputan Seminar Tahunan VI Pateint Safety Kongres XII PERSI |
|
Aktivitas Mutu Klinis —– Aktivitas Mutu Keperawatan —- Manajemen SDM —– Manajemen Keuangan —- Manajemen Fisik —– Hukum Kesehatan
Manajemen Teknologi Informasi —– Asuransi Kesehatan —– Manajemen Pemasaran —– Strategi, Struktur & Budaya Organisasi |
Beban Kerja Tinggi, Dokter Bahayakan Pasien
Beban kerja yang tinggi dan banyaknya pasien yang harus ditangani dokter bisa membahayakan pasien. Keterbatasan waktu juga membuat dokter tidak bisa leluasa berdiskusi dengan pasiennya.
Demikian menurut survei yang dilakukan di Amerika, meliputi 500 rumah sakit dan dokter yang menangani pasien. Hampir 40 persen responden mengatakan setidaknya sebulan sekali mereka menangani pasien lebih banyak dari yang bisa ditangani.
Hampir seperempat dokter mengatakan beban kerja yang tinggi membuat mereka tidak bisa berdiskusi dengan pasiennya mengenai terapi yang harus diambil. Bahkan 22 persen menngatakan mereka terpaksa meminta pasiennya melakukan tes yang tidak perlu karena tidak punya waktu lama untuk memeriksa.
“Jika dokter hanya punya waktu pendek dan pasien mengeluh nyeri dada, misalnya, maka dokter akan menyuruh pasien melakukan tes tambahan, meresepkan aspirin dan menelepon dokter spesialis jantung. Semua karena tidak ada cukup waktu untuk mengevaluasi pasien secara penuh,” kata Dr.Henry Michtalik dari Johns Hopkins University School of Medicine.
Sejumlah kecil dokter (sekitar 5 persen) mengakui beban kerja yang tinggi itu menyebabkan efek samping berbahaya, seperti pasien harus ditransfer ke unit gawat darurat atau bahkan kematian.
Pihak rumah sakit disarankan untuk mengevaluasi jam kerja dokter dan menciptakan standar keamanan.
Sumber: health.kompas.com
Pengantar 4-9 Februari 2013
46.000 kunjungan rawat jalan keluhkan sakit mata
Jakarta-Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan bahwa berdasarkan catatan Sistem Informasi Rumah Sakit pada 2012, sebanyak 46 ribu kunjungan rawat jalan di Jakarta mengeluhkan masalah penyakit mata.
“Mereka juga mengeluhkan gangguan refraksi dan akomodasi mata,” jelas Nafsiah pada pembukaan Jakarta Eye Center @Kedoya, Sabtu.
Gangguan refraksi mata adalah kelainan pada bola mata yang menyebabkan mata menjadi minus, plus dan silinder.
Nafsiah juga menjelaskan bahwa penyakit mata merupakan satu dari 10 penyakit yang paling banyak menjadi keluhan pasien rawat jalan di Indonesia.
“Laporan menunjukkan di Indonesia kunjungan rawat jalan yang mengeluhkan penyakit mata mencapai lebih dari 10.446.000 kunjungan,” jelas Nafsiah.
Dari data kunjungan tersebut tercatat 1,72 persen atau sekitar 180.310 kunjungan mengeluhkan gangguan refraksi dan akomodasi mata.
“Masalah ini perlu mendapat perhatian, karena mengganggu produktifitas dan di kalangan anak ini mempengaruhi proses belajar yang akan berdampak pada masa depan mereka,” jelas Nafsiah.
Untuk mengatasi gangguan pengelihatan dan kebutaan, Nafsiah mengungkapkan bahwa Kemenkes memiliki komitmen untuk mewujudkan ‘Global Vision 2020’.
“Agar setiap warga Indonesia terpenuhi kebutuhannya untuk atasi masalah pengelihatan, serta dapat dilakukan tidakan promotif dan pencegahan,” imbuh Nafsiah.
Sumber: antaranews.com
10 Puskesmas di Garut Selatan Tanpa Dokter
GARUT – Dinas Kesehatan Kabupaten Garut segera mengajukan permohonan pengangkatan 27 dokter menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) kepada Kementerian Kesehatan. Para dokter tersebut di antaranya akan ditugaskan di sejumlah puskesmas di pelosok Kabupaten Garut.
Kepala Bidang Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Ade Rusiyana, mengatakan sebelumnya telah mengajukan permohonan tersebut pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tahun lalu. Namun Ade mengatakan belum mendapat respons positif.
“Tahun lalu, puskesmas yang tidak ada dokternya cuma satu. Sekarang bertambah jadi sepuluh. Kami membutuhkan lebih banyak dokter untuk penanganan kesehatan di daerah pelosok,” kata Ade, Sabtu (2/2/2013).
Dari 65 puskesmas di Kabupaten Garut, ujar Ade, sepuluh puskesmas di antaranya tidak memiliki dokter. Sepuluh puskesmas tanpa dokter tersebut umumnya berada di pelosok selatan Kabupaten Garut.
Surat yang akan diajukan pada Kementerian Kesehatan ini, ucapnya, sangat khusus karena ditujukan untuk pengangkatan dokter yang akan ditugaskan di daerah terpencil. Perjanjian pun akan dibuat dengan para dokter sehingga mereka terus mengabdikan diri di pelosok daerah.
Tanpa kehadiran dokter di puskesmas, menurut Ade, pelayanan kesehatan sangat terhambat. Bidan desa atau perawat di puskesmas tanpa dokter tersebut, ujar Ade, memiliki kewenangan terbatas. Akibatnya, kata Ade, pelayanan kesehatan di puskesmas tanpa dokter ini sangat terbatas.
“Ujungnya mereka dirujuk ke puskesmas lain atau rumah sakit. Padahal jarak tempuhnya cukup jauh. Seharusnya jemput bola ke sana untuk melayani masyarakat di daerah terpencil,” kata Ade.
Selain untuk pelayanan kesehatan, kata Ade, pemerataan tenaga dokter sampai pelosok Kabupaten Garut ini ditujukan untuk mempersiapkan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2014.
Menurut Ade, Kabupaten Garut pun masih kekurangan sejumlah tenaga kesehatan untuk dipekerjakan di instansi kesehatan pemerintah lainnya seperti rumah sakit dan kantor dinas. Ade mengatakan baru terdapat 27 dokter berstatus pegawai tidak tetap (PTT) dan 85 dokter berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Garut.
Dikatakan Ade, puluhan dokter berstatus PTT tersebut bertugas di sejumlah puskesmas di kawasan selatan Kabupaten Garut yang kesadaran masyarakat terhadap kesehatan masih rendah. “Sangat disayangkan dan beresiko jika sejumlah puskesmas tersebut tidak dikepalai dokter hanya karena masa kontrak dokternya habis,” kata Ade.
Pemerintah Kabupaten Garut, menurut Ade, belum bisa melakukan penerimaan PNS baru karena masih terkekang moratorium pembatasan jumlah PNS dari pemerintah pusat. Pengajuan dokter-dokter PTT menjadi PNS, ujar Ade, menjadi satu-satunya cara meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di Kabupaten Garut.
Sumber: tribunnews.com
Tujuh Rumah Sakit di Banten Berpredikat Merah
Serang: HASIL penilaian Program Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) Tahun 2012 oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Banten menyebutkan tujuh Rumah Sakit (RS) di Banten berkategori merah atau di bawah standar dalam pengelolaan lingkungan.
Kepala BLHD Provinsi Banten Karimil Fatah di Serang, Kamis, mengatakan dari 99 perusahaan di Banten yang dinilai ikut berperan dalam melindungi dan mengelola lingkungan, sebanyak 30 perusahaan masuk dalam kategori merah, 60 perusahaan masuk kategori biru dan sembilan perusahaan berkategori hijau.
“Sejauh ini di Banten tidak ada perusahaan yang masuk kategori hitam,” kata Karimil.
Ia mengatakan dari 30 perusahaan yang masuk kategori merah, tujuh di antaranya adalah Rumah. Tujuh Rumah Sakit yang masuk kategori merah dalam pengelolaan lingkungan tersebut adalah RSUD Berkah Pandeglang, RSUD Adijarmo Kabupaten Lebak, RS Krakatau Medika Kota Cilegon, RSUD Cilegon, RS Mayapada Tangerang, RS Qodr Islamic Village Tangerang, dan RSUD Kabupaten Serang.
“Kami akan memanggil perusahaan yang berkategori merah ini dengan melibatkan BLHD kabupaten/kota,” kata Karimil Fatah.
Ia mengatakan umumnya ke-tujuh RS berkategori merah tersebut karena masih di bawah standar atau kurang memadai dalam pengelolaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Selain itu, di Rumah Sakit tersebut masih terkendala persoalan SDM dan anggaran.
“Seharusnya untuk Rumah Sakit itu Propernya biru, bukan merah. Kami sudah layangkan surat ke masing-masing Pemerintah kabupaten/kota, tahun ini Propernya harus biru,” kata karimil Fatah.
Sementara berdasarkan data BLHD Banten, sembilan perusahaan yang berkategori hijau yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper (Pabrik Kertas) Kota Tangerang Selatan, PT Blue Scope Steel Indonesia (Pelapisan logam) di Cilegon, PT Bayer Material Sciene Indonesia (Petrokimia) Kota Cilegon, PT Chandra Asri Petrochemical (Petrokimia) Cilegon.
Kemudian PT Nippon Shokubai Indonesia (Petrokimia) Cilegon, PT Adis Dinension Footwer (sepatu) Kabupaten Tangerang, PT Pratama Abadi Industri (Sepatu) di Tangerang Selatan, PT Pertamina Reg II Terminal BBM Tanjung Gerem, Cilegon, dan PT Indonesia Toray Synthetics (Tekstil) Kota Tangerang.[*]
Sumber: indonesiarayanews.com
RSUD Bari diprogramkan jadi rumah sakit berkelas
Palembang-Rumah Sakit Umum Daerah Bari Palembang diprogramkan ditingkatkan kualitasnya menjadi rumah sakit berkelas memiliki fasilitas sama dengan hotel bintang, sehingga siapapun yang ingin berobat merasa lebih nyaman dan menyenangkan bukan malah cenderung anti.
Anggota DPRD Kota setempat Agus Tridasa, di Palembang, Kamis mengatakan pihaknya menargetkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bari tersebut dibangun dengan fasilitas layanan seperti hotel bintang lima.
Dengan demikian sangat realistis kalau dianggarkan dana sebesar Rp8,8 miliar untuk menjadikan rumah sakit tersebut sesuai dengan target, katanya.
Menurut dia, pihaknya menyetujui anggaran penyediaan berbagai fasilitas pendukung dan “landscape” sebesar Rp8,8 miliar.
Dana tersebut mesti dimanfaatkan secara optimal guna merealisasikan tersedianya rumah sakit memiliki fasilitas dan layanan berkelas hotel bintang lima dengan tarif yang murah.
Ia mengatakan, pemantauan terhadap pelaksanaan proyek di RSUD Bari tersebut akan dilakukan intensif.
Hal itu, untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan ketika proyek dilaksanakan, sehingga target terealisasi tepat sasaran.
Dia menjelaskan, saat ini RSUD Bari memang telah tertata secara baik, tetapi kalau diprosentasekan baru sekitar 70 persen dari target.
Karena itu, pihaknya akan terus mendorong agar rumah sakit yang kini statusnya badan layanan umum daerah selesai.
Direktur RSUD Bari, Makkiani menambahkan pihaknya menargetkan pelaksanaan “landscape”, seperti perbaikan taman dan pengaturan bangunan serta penyediaan sarana parkir dan pembangunan jalan selesai pertengahan tahun.
Proyek senilai RP8,8 miliar tersebut bukan hanya sekedar membangun taman, tetapi juga melaksanakan berbagai pekerjaan yang sampai kini masih tertunda termasuk ruangan VIP dan drainase.
Selain itu, Makkiani menambahkan pihaknya juga akan menambah 24 tempat tidur khusus bersalin.
Penambahan tempat tidur pasien bersalin tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan pelayanan yang kini semakin banyak melahirkan di rumah sakit itu, terutama peserta program jaminan persalinan.
Ia mengatakan, sebanyak 265 tempat tidur yang ada kini mereka optimalkan, tetapi tetap harus dilakukan penambahan.
Penambahan satu tempat tidur saja tentunya sangat berpengaruh dengan operasional yang mereka lakukan baik dari biaya maupun tenaga medis.(Nila)
Sumber: sumsel.antaranews.com
Rumah sakit di China sediakan ruang khusus untuk bercinta
Rumah sakit ini menyediakan kamar untuk bercinta. asiaone.com ©2013 Merdeka.com
Rumah Sakit Songziniao di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, membuat ruangan bercinta khusus suami istri dengan harapan bisa cepat mempunyai keturunan. Tempat mewah ini menjamin seks yang berkualitas.
Situs asiaone.com melaporkan, Rabu (30/1), ruangan ini cukup luas dan ditata sedemikian rupa agar menimbulkan rasa nyaman sekaligus bergairah. Penerangan warna merah remang, televisi layar datar menampilkan tayangan-tayangan seksi, boneka tanpa busana, alat bantu seks, juga furnitur yang memungkinkan Anda dan pasangan melakukan semua gaya bercinta, serta pajangan berbentuk alat kelamin maupun patung erotis.
Jika Anda masih gagal menciptakan seks berkualitas dengan suasana tadi, rumah sakit ini menyediakan layanan konsultasi dengan ahli seks untu menerangkan apa yang menjadi kesalahan saat bercinta. Konsultan seks ini juga akan memberikan nasihat mengenai posisi-posisi terbaik agar cepat memiliki anak.
Para pasangan ingin menggunakan ruangan ini harus membayar Rp 1,36 juta semalam.
Sumber: merdeka.com