Kuba, Keunikan dan Tantangannya
Global Learning 2018, The Equity Initiative 26 Mei – 2 Juni 2018 Bienvenido !! Welcome to La Habana, Cuba. Setidaknya kalimat tersebut yang menyambut kami di Kuba malam itu selain badai Alberto yang melanda beberapa negara di pesisir pantai Laut Karibia dan pantai timur Amerika Serikat. Setelah perjalanan yang panjang dari masing-masing negara kami selama +/- 26 jam penerbangan (tidak termasuk transit), tibalah kami di Jose Marti International Airport. Sebelumnya, Paris Charles De Gaulle International Airport menjadi titik temu kami dari berbagai negara di Asia. Selesai menunggu antrian imigrasi selama hampir 1 jam karena tidak banyaknya loket yang dibuka dan panjangnya antrian turis akhirnya kami berkendara menuju hotel tempat menginap. Selama 45 menit perjalanan dari bandara menuju hotel kami disuguhi pemandangan khas Havana dengan mobil-mobil antiknya. Mengunjungi Kuba merupakan suatu hal yang menantang, kami tidak hanya belajar mengenai ekonomi, politik, sosial, budaya, dan kesehatan, namun kami juga ditantang bersabar untuk berkomunikasi dengan keluarga dan kolega karena fasilitas telekomunikasi mobile terutama internet tidak semudah di negara kami. Webinar Keunggulan smart hospital salah satunya adalah adanya integrasi dari berbagai lini baik internal rumah sakit maupun ekosistem yang mendukung smart hospital, serta berkolaborasi secara efektif untuk menghasilkan pelayanan yang optimal. Integrasi yang baik perlu didukung adanya konektifitas antara hardware dan software. Di dalam industri rumah sakit banyak pengembangan teknologi dengan berbagai macam jenis software serta dengan berbagai macam bahasa pemrograman. Hal ini yang menjadi tantangan sekaligus hambatan bagi pengembangan smart hospital apabila tidak dikelola secara baik. Webinar ini akan akan diselenggarakan pada hari Jumat, 6 Juli 2018, pukul 09.00-11.00 WIB. Jurnal: Analisa Segmentasi Pasar Rumah Sakit X Anisa Ramadhani Kusumastiti (Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri) Nofita Dwi Harjayanti, Tita Hariyanti Memahami Segmentasi pasar sebuah rumah sakit sangat penting supaya dapat menentukan focus pemasaran. Dengan melakukan analisa segmentasi pasar, target pemasaran dapat dipahami. Tujuan penerapannya adalah lebih memusatkan perhatian pada pemasaran agar bisa menetapkan prioritas dalam melayani pasien secara optimal. Segmentasi pasar dilakukan dengan mengklasifikasikan pasien berdasarkan segmentasi geografis, identitas demografi, psikografis dan perilaku pasien dengan menggunakan formulir yang terdapat dalam bagian registrasi. Untuk memahami lebih dalam bagaimana proses analisa segmentasi pasar sebuah rumah sakit, silakan simak jurnal berikut. Permasalahan Limbah Rumah Sakit di Indonesia Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk cair, padat, maupun gas yang berbahaya karena dapat bersifat racun dan juga radioaktif. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan tumpukan limbah medis di rumah sakit seluruh Indonesia mencapai 8.000 ton. Hal itu dinilai karena pengolahan limbah medis yang belum memenuhi syarat. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
Jurnal Open Access: Sebuah Pendekatan untuk Menilai Keselamatan Pasien di Rumah Sakit di Negara Berpenghasilan Rendah |
|
Bahaya Rokok |
Hari Pertama Bekerja, RSUD Bulukumba Disesaki Pasien
BULUKUMBA – Hari pertama kerja usai libur Lebaran 2018, Rumah Sakit Umum Sulthan Dg Radja Bulukumba disesaki pasien.
Hal itu terlihat di hampir seluruh poli pelayanan pemeriksaan pasien rawat jalan, Kamis (21/6/2018).
Pelaksana tugas (plt) Direktur RSUD Sulthan Dg Radja, dr H Abdur Rajab mengakui, poli pemeriksaan khusus bagi pasien rawat jalan memang ditutup sementara selama libur bersama hari raya Idul Fitri.
Meski begitu, ruangan dan kamar perawatan seperti UGD, ICU, Pavilium, Asoka, Melati, Mawar dan Seruni tetap dibuka seperti biasa, begitupun sarana pemeriksaan penunjang seperti Radiologi dan Laboratorium.
“Libur bagi petugas poli yang melayani pasien rawat jalan, dimaksudkan untuk menghormati hari raya Idul Fitri 1439 H, khususnya bagi petugas dan mulai Kamis (21/6) hari ini, seluruh poli pelayanan kembali dibuka,” jelas mantan Kapus Caile itu.
Dijelaskan, penetapan hari libur lebaran tersebut mengacu pada keputusan Presiden Republik Indonesia, dan adanya surat edaran Bupati Bulukumba demi untuk menghormati umat islam merayakan hari raya idul fitri.
Bagi petugas seperti dokter, bidan, perawat selama hari libur sudah dibuatkan jadwal atau shif jaga sehingga tidak mengganggu pelayanan di kamar perawatan.
Selama dalam lebaran dan libur panjang, managemen rumah sakit memang mengalihkan sementara pemeriksaan ke IGD, dimana IGD rumah sakit tetap buka 24 jam penuh.
“Selama libur lebaran untuk sementara pemeriksaan dialihkan di IGD RSUD, jika pasien datang dengan emergency maka akan diberikan perawatan lanjutan, namun jika tidak terlalu emergency hanya di observasi kemudian diberi obat dan sudah bisa pulang,” tutup dr Rajab.
Sumber: rakyatku.com
Rogoh Rp 600 Juta untuk Tambah Ambulans di RSUD Bangil
BANGIL – Jumlah ambulans RSUD Bangil bakal bertambah tahun ini. Sebab, rumah sakit pelat merah itu merencanakan untuk menambah jumlah ambulans tahun ini.
Humas RSUD Bangil Ghozali menyampaikan, jumlah ambulans yang saat ini dimiliki RSUD Bangil masih jauh dari ideal. Sebab, baru ada enam ambulans yang dimiliki. Padahal, idealnya butuh sekitar 10 ambulans.
Ambulans tersebut terbagi untuk jenazah dan rujukan. Saat ini, jumlah ambulans untuk jenazah baru empat unit. Sementara untuk rujukan, baru dua unit.
“Sehingga, ambulans yang kami miliki belum ideal. Khususnya, untuk rujukan, yang idealnya ada tiga unit tambahan,” jelas Ghozali.
Karena itulah, pihak manajemen RSUD Bangil berencana untuk melakukan penambahan ambulans. Hanya saja, tidak semuanya akan dibeli, sesuai kondisi ideal. Menurut Ghozali, hanya satu unit yang akan diadakan tahun ini. Satu-satunya pengadaan itu, berupa ambulans rujukan.
Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah rujukan RSUD Bangil ke Malang ataupun Surabaya. Untuk itu, perlu disikapi dengan penambahan ambulans. Karena jangan sampai, rujukan lambat dilakukan lantaran antrean ambulans. “Makanya, kebutuhan ambulans tambahan rujukan ini sangat urgen,” sampainya.
Ia menjelaskan, pihak manajemen telah menyiapkan anggaran untuk pengadaan ambulans rujukan tersebut. Nilainya, mencapai Rp 600 juta. Dana itu, tak hanya untuk pengadaan mobil ambulans, tetapi juga lengkap dengan peralatan di dalamnya.
“Sekarang masih proses membuat spesifikasi. Kami estimasikan triwulan ke tiga bisa dilakukan pengadaan,” tandas dia.
Sumber: jawapos.com
PERMASALAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Barkah Wahyu Prasetyo dan Miftakhul Fauzi
Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk cair, padat, maupun gas yang berbahaya karena dapat bersifat racun dan juga radioaktif. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan tumpukan limbah medis di rumah sakit seluruh Indonesia mencapai 8.000 ton. Hal itu dinilai karena pengolahan limbah medis yang belum memenuhi syarat.
Rumah sakit-rumah sakit yang memiliki incenerator yang memenuhi syarat tentunya dapat mengelola limbah medis sendiri. Bagi rumah sakit-rumah sakit yang tidak memiliki incenerator telah melakukan upaya dalam menangani limbah medisnya, seperti melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola limbah medis. Akan tetapi dikutip dari halaman website Persi masih terjadi penemuan limbah medis di tempat pembuangan sampah umum, bahkan di jalanan di Cirebon Jawa Barat. Sampah yang berupa kantong infus hingga tabung berisi darah pun berserakan di jalanan dan menyita perhatian publik.
Fenomena gunung es pengelolaan limbah rumah sakit menyeruak di akhir rahun 2017. Hal ini dipicu ditemukannya limbah medis yang tercecer di TPA Kota Cirebon. Jejak limbah yang ditemukan dalam kasus ini menyeret 34 rumah sakit. Kejadian ini menyadarkan kepada khalayak ramai, bahwasanya limbah B3 rumah sakit belum dikelola secara tepat. Berdasarkan survey data persi kepada 95 rumah sakit yang dilakukan PERSI, fakta yang tak kalah mengejutkan adalah sebagian besar rumah sakit (hampir 70%) tidak memiliki pengelolaan limbah padat. Dari 30% yang memiliki alat pengolah limbah padat (incenerator) baru 55% yang memiliki izin. Hal ini menyadarkan bahwa sebagian besar limbah rumah sakit tidak tertangani dengan tepat.
Pengelolaan limbah yang tidak sesuai, sangat membahayakan bagi pasien, keluarga pasien, staf rumah sakit dan masyarakat sekitar. Potensi penyebaran berbagai penyakit semisal HIV, Hepatitis B, dan penyakit menular lainnya akan meningkat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya solusi bersama dari semua pihak. Salah satu solusi permasalahan jangka pendek yang telah dilakukan adalah melibatkan industri semen yang memiliki pembakaran tinggi dalam produksinya untuk dimanfaatkan sebagai pembakar limbah B3 rumah sakit. Kementrian lingkungan hidup telah menunjuk PT Indocement, PT Holcim, PT Semen Padang dan PT Cemindo untuk membantu pemusnahan limbah medis rumah sakit di Indonesia.
Pengelolaan limbah medis sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pada Pasal 3 disebutkan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan. Akan tetapi jika tidak mampu mengelola limbah B3, dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang telah mendapatkan izin dari pemerintah.
Dalam prakarsa pengelolaan limbah medis jangka panjang perlu difikirkan untuk membuat pusat-pusat pengelolaan limbah medis di seluruh wilayah indonesia, mengingat rumah sakit tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Sementara, pengelola limbah maupun pabrik semen saat ini banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa & Sumatera saja. Rumah sakit didorong dan dibantu untuk menyediakan pengelolaan limbah medis secara mandiri dan layak sesuai peraturan kementerian lingkungan hidup, serta perlu adanya pusat-pusat pengelolaan limbah di setiap provinsi di Indonesia.
Sumber:
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
- persi.or.id
Rumah Sakit Haji Diminta Tingkatkan Pelayanan
Medan,- Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Dr Ir HT Erry Nuradi MSi mengharapkan RSU Haji Medan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sebagai satu-satunya rumah sakit umum dibawah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang berstatus Badan Pelayanan Umum (BLU), Gubsu Erry Nuradi menyadari masih banyak yang perlu di benahi.
Diantaranya penambahan dokter spesialis dan sub spesialis yang masih kurang. “Demikian juga bangunan dan peralatan yang masih perlu di benahi,’’ ujar Gubsu Erry dalam sambutan diacara Buka Puasa Bersama jajaran RSU Haji Medan, Rabu (6/6/2018).
Erry berpesan kepada seluruh pegawai, dokter dan tenaga kesehatan yang ada di RSU Haji Medan agar bekerja dengan baik, melayani dengan baik, agar RSU haji Medan menjadi lebih besar di masa masa yang akan datang.
” Seluruh pejabat maupun staf diharapkan tetap kompak saling mendukung bergandengan tangan membangun rumah sakit milik masyarakat Sumatera Utara ini. Jangan membuat pengelompokan PNS maupun Non PNS. Semua harus bekerja sama dan menjadi team work,” ujarnya.
Erry juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjuang mengembangkan RS Haji Medan. “Pesan kami agar seluruh pejabat tetap kompak saling mendukung bergandengan tangan membangun RS milik masyarakat Sumatera Utara. Saya harap bisa menjadi teladan dan kepercayaan masyarakat luas,” katanya.
Sementara itu, Pelaksana Direktur RS Haji Medan dr Diah Retno W Ningtyas MH mengucapkan terima kasih kepada Gubsu Erry Nuradi, karena hadir dalam acara buka puasa ini. Menurut Diah, RS Haji Medan banyak mengalami kemajuan, sejak dikelola oleh Pemprovsu.
Sumber: dnaberita.com
RSUD Smart Optimistis Pertahankan Akreditasi Paripurna
PAMEKASAN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr H Slamet Martodirdjo (Smart) menggelar bimbingan akreditasi SNARS edisi I Kamis (7/6). Kegiatan yang digelar selama tiga hari tersebut dalam rangka menyambut penilaian akreditasi tiga tahunan.
”Selama tiga hari kami melaksanakan bimbingan akreditasi SNARS. Setiap tiga tahun rumah sakit ini melakukan akreditasi sesuai dengan amanah undang-undang rumah sakit,” kata dr Mazhar, ketua tim akreditasi.
Pria yang juga menjabat sebagai Wadir Medik tersebut menjelaskan, ada tiga sasaran dalam penilaian akreditasi. Yaitu paramedis, keperawatan, dan manajemen. Pihaknya berkomitmen untuk mempertahankan akreditas paripurna yang diraih sejak 2016 itu.
”Kami juga berkomitmen rumah sakit ini segera dijadikan rumah sakit pendidikan. Kami sudah bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang,” harapnya.
(mr/sin/han/bas/JPR)
Sumber: jawapos.com
RS Mata Primasana Sediakan Layanan BPJS untuk Retina
JAKARTA — RS Mata Primasana Tanjung Priok resmi menjalin kerjasama dengan BPJS untuk menyediakan layanan kesehatan mata, khususnya terkait masalah retina. Kerjasama ini diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan mata masyarakat.
“Memang angka rujukan untuk retina ke RSCM cukup tinggi, jadi kami sendiri di Jakarta Utara membtuhkan satu rumah sakit yang dapat melayani,” terang Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan Cabang Jakarta Utara Gregorius Virgianto saat ditemui di RS Mata Primasana Tanjung Priok, Jakarta.
Salah satu masalah terkait retina yang cukup banyak ditemukan adalah ablasio retina regmatogen. Ablasio retina regmatogen merupakan kondisi emergensi di mana struktur neurosensori retina terlepas dari struktur penunjang di bawahnya. Pasien harus ditangani dalam satu pekan untuk menghindari risiko kebutaan.
Selama ini yang menjadi masalah, biaya prosedur operasi retina cukup tinggi sehingga tidak semua pasien mampu menjangkaunya. Di sisi lain, selama ini hanya ada satu rumah sakit rujukan nasional untuk operasi retina dengan BPJS, yaitu RSCM.
“Antrian di RSCM setahu saya sampai tiga bulan untuk penanganan retina, waiting list-nya cukup panjang,” ungkap Gregorius.
Gregorius berharap jalinan kerjasama dengan RS Mata Primasana Tanjung Priok ini dapat membantu mengurai antrian operasi retina yang ada di RSCM saat ini. Kerjasama ini juga dinilai dapat mempermudah proses merujuk pasien yang berasal dari puskesmas atau rumah sakit tipe D untuk mendapatkan layanan operasi retina.
Gregorius mengatakan proses merujuk pasien dari puskesmas atau rumah sakit tipe D langsung ke rumah sakit tipe A seperti RSCM cukup sulit. Proses merujuk pasien ke RS Mata Primasana Tanjung Priok dinilai lebih mudah karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe C.
“Jadi dengan adanya rumah sakit ini, saya berharap bisa mengurai antrian di sana (RSCM) dan meningkatkan pelayanan untuk kesehatan mata, khususnya retina,” jelas Gregorius.
Direktur RS Mata Primasana Tanjung Priok dr Cosmos O Mangunsong SpM berharap kehadiran RS Mata Primasana dapat semakin mempermudah masyarakat untuk mendapatkan akses layanan kesehatan mata yang mumpuni. Cosmos menegaskan pasien BPJS Kesehatan akan dilayani dengan teknologi kedokteran terkini dan mutakhir seperti halnya di rumah sakit swasta.
Beberapa fasilitas terkini yang dimiliki RS Mata Primasana Tanjung Priok adalah Teknologi Foto Fundus Retina dan Scan Retina dengan Optical Coherrent Tommography (OCT).”Kita tidak boleh membeda-bedakan layanan BPJS dan layanan biasa, harus sama,” terang Cosmos.
Cakupan layanan pengobatan gratis yang diberikan BPJS Kesehatan antara lain berobat jalan, rawat inap dan operasi. RS Mata Primasana Tanjung Priok juga menerapkan konsep One Stop Service sehingga pasien yang mengalami gangguan kesehatan mata bisa mendapatkan pelayanan di satu tempat tanpa harus mendapat rujukan ke rumah sakit lain.
“Kami di sini hadur dengan bantuan kerjasama dari JEC Eye Hospital untuk bisa mengakomodir kebutuhan layanan kesehatan retina di masyarakat yang nantinya akan disupport penuh BPJS Kesehatan,” jelas Cosmos.
RS Mata Primasana Tanjung Priok juga tidak hanya memberikan layanan kesehatan BPJS untuk masalah retina saja. Pasien juga bisa mendapatkan akses layanan kesehatan BPJS untuk masalah kesehatan mata lain, contohnya katarak.
Sumber: republika.co.id
Plt Direktur RSUD Yowari ajak masyarakat jaga kebersihan dan fasilitas rumah sakit
Sentani – Pelaksana tugas harian (Plt) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari Kabupaten Jayapura, dr. Petrollena Marcia Risamasu, mengajak masyarakat yang berkunjung ke rumah sakit tersebut membantu menjaga kebersihan lingkungan dan fasilitas yang ada, agar tercipta kenyamanan bagi semua.
“Terkait sampah bekas pakai pasien dan keluarga pasien, itu memang sudah kami sediakan tong sampah. Kalau dilihat di setiap sudut itu sudah ada tong sampah ukuran besar. Namun kesadaran membuang sampah di tempatnya itu yang belum ada,” katanya, saat ditemui Jubi di ruang kerjanya, Rabu (6/6/2018).
Petrollena mengatakan sampah yang berceceran di samping tong itu seperti kertas, tisue, diapers, dan sampah lainnya, adalah bukti bahwa pengunjung rumah sakit belum memiliki kesadaran membuang sampat pada tempatnya.
“Saya ingin mengajak masyarakat yang berkunjung untuk taat menjaga kebersihan dan fasilitas yang ada di sini. Jangan kita saling baku tolak, saling menyalahkan, tetapi dengan kesadaran yang tinggi sehingga ketika dia menggunakan dia juga merasa nyaman,” katanya.
Petronela menjelaskan di satu sisi RSUD ini memiliki petugas kebersihan. Namun diakuinya, pihak rumah sakit belum bisa memberikan layanan optimal tekait kebersihan. Untuk itu ia berharap ada kerjasama masyarakat yang berkunjung agar kebersihan di RSUD ini terjaga dengan baik.
“Untuk mengerjakan semua di dalam RSUD ini tidak bisa langsung dalam sekejap tapi proses itu harus terjadi perlahan-lahan dan penyadaran ke masyarakat harus ada,” ucapnya.
Untuk menerapkan itu ia memulai dari setiap pegawai di RSUD Yowari, terutama dalam kenyamanan pelayanan pasien di rumah sakit ini.
“Kadang-kadang itu mereka ganas sama pelayanan jadi seenaknya saja buang sampah. Sengaja buang sampah untuk melampiaskan kekesalannya lewat situ, mungkin saja seperti itu. Untuk itu masyarakat juga perlu sadar karena tidak bisa langsung secara serta merta dilakukan,” ucap Petronela.
Kepala petugas kebersihan RSUD Yowari, Dominggus Beam Wenda, ketika dihubungi Jubi, mengatakan soal menjaga kebersihan di lingkungan rumah sakit, pihaknya sudah selalu mengingatkan namun tidak dihiraukan oleh keluarga pasien.
“Saya selalu kasih tahu pengunjung untuk tidak boleh buang sampah sembarang. Saya sudah beli megaphone untuk umumkan itu kepada pengunjung di setiap ruangan agar penjaga pasien keluar dan cleaning serviceyang mengerjakan ruangan di dalam,” ucapnya.
Ia mengatakan sebenarnya yang membuat sampah bertumpuk di area rumah sakit ini bukan pasien melainkan pengunjung atau mereka yang menjaga pasien.
“Yang membuat rumah sakit kotor itu keluarga pasien yang dari jauh-jauh. Mereka makan dan tidur pun di rumah sakit. Ludah pinang dan sampah lainnya dibuang di sembarang tempat, walau sudah diberitahu namun masih saja dilakukan,” kata Beam Wenda. (*)
Sumber: tabloidjubi.com
RSUD IA Moeis Samarinda Naik Kelas, Pasien Rujukan Tak Perlu Berobat ke Balikpapan atau Kukar
SAMARINDA – Paling lama tahun 2019 mendatang, RSUD IA Moeis Samarinda sudah harus naik kelas dari tipe C menjadi tipe B.
Pemprov Kaltim berharap agar rumah sakit milik Pemkot Samarinda bisa menjadi rumah sakit rujukan pasien di regional Kaltim.
Direktur RSUD IA Moeis Andi M Idris di Balaikota Samarinda, Jalan Kesuma Bangsa, Rabu (6/6/2018) mengakui bahwa masih sangat banyak yang perlu dibenahi, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan fisik dan kelengkapan sarana dan prasarana.
Karena usia bangunan sudah cukup tua, seluruh bangunan RSUD IA Moeis akan direhab total.
“Rumah sakit ini kan sudah 20 tahun. Jadi perlu rehab total, perluasan juga,” ujarnya.
Untuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih harus dilengkapi dan ditambah, pihak RSUD IA Moeis akan bekerjasama dengan RSUD AW Syahranie Samarinda.
“Sebagian kita datangkan dari sana, RSUD AW Syahranie,” ujarnya.
Andi juga memastikan bahwa kenaikan kelas ini akan memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi masyarakat.
Seperti diketahui, kata dia, rumah sakit rujukan tipe B masih hanya ada, antara lain RSUD Kanudjoso di Kota Balikpapan dan RSUD Parikesit di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Dengan sistem pengobatan berjenjang yang berlaku saat ini, pasien di Kota Samarinda tak bisa langsung berobat ke rumah sakit tipe A RSUD AW Syahranie yang ada di Kota Samarinda.
Selama ini, pasien rujukan selalu kelimpungan jika harus dirujuk ke rumah sakit tipe B yang posisinya ada di luar Kota Samarinda.
“Jadi kalau ada tipe B di sini, pasien nggak perlu jauh-jauh ke luar kota. Selama ini, pasien rujukan ke rumah sakit tipe B harus dilarikan ke Tenggarong, ke Balikpapan,” katanya. (*)
Sumber: tribunnews.com
Edisi Minggu ini: 12 – 18 Juni 2018
Website ini akan aktif kembali pada Kamis, 21 Juni 2018. Permasalahan Limbah Rumah Sakit di Indonesia Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk cair, padat, maupun gas yang berbahaya karena dapat bersifat racun dan juga radioaktif. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan tumpukan limbah medis di rumah sakit seluruh Indonesia mencapai 8.000 ton. Hal itu dinilai karena pengolahan limbah medis yang belum memenuhi syarat. Jurnal Open Access: Sebuah Pendekatan untuk Menilai Keselamatan Pasien di Rumah Sakit di Negara Berpenghasilan Rendah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hingga 1 dari 10 pasien dirugikan oleh insiden buruk di rumah sakit yang tidak terkait langsung dengan perawatan klinis mereka dengan biaya untuk ekonomi kesehatan sekitar $ 6 miliar per tahun. Tingkat dan biaya kerusakan dianggap lebih besar di rumah sakit di negara berkembang. Bukti menunjukkan bahwa hingga satu dari empat operasi katarak di negara berpenghasilan rendah menghasilkan ketajaman visual yang buruk (dibandingkan dengan kurang dari 1% dari operasi di negara berpenghasilan tinggi . Terdapat banyak faktor terjadinya hal ini selain karena adanya praktik keselamatan pasien yang buruk, misalnya; kurangnya protokol, komunikasi staf-pasien yang buruk atau kontrol infeksi yang buruk, dianggap sebagai bagian dari akar penyebab [4] dan perlu ditangani secara sistematis untuk memaksimalkan jumlah pasien yang mencapai hasil klinis yang optimal. Penelitian ini dilakukan di Uganda untuk mengetahui aspek non-teknis dari praktik keselamatan pasien menggunakan observasi non-partisipan di berbagai area klinis. Bahaya Rokok Tembakau yang merupakan salah satu komposisi dari rokok termasuk dalam produk pertanian yang berasal dari hasil bumi dan tergolong dalam komoditas perkebunan. Tembakau merupakan salah satu bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau memiliki kandungan nikotin tertinggi dibandingkan dengan tumbuhan lainnya. Akan tetapi tembakau tidak mengandung tropan alkaloida yang beracun bagi manusia. Survei Online Jejaring Rujukan Medik RS Rujukan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan (Dit PKR) Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FKKMK UGM menyelenggarakan survei online jejaring rujukan medik untuk RS Rujukan. Pada 6 bulan pertama di tahun 2018, RS-RS Rujukan telah melaksanakan pengembangan Webinar untuk rujukan dengan berbagai topik dan program yang menarik. Animo tenaga kesehatan di daerah dalam mengikuti webinar sangat tinggi. Dit PKR Kemenkes RI menggandeng PKMK FKKMK UGM untuk mengembangkan kelompok-kelompok berbasis spesialisasi di RS Rujukan Regional. Secara praktis akan ada kelompok-kelompok untuk pelayanan kesehatan anak, pelayanan bedah, penyakit dalam, mata dan sebagainya. Anggota kelompok ini adalah para spesialis, dokter umum, perawat, bidan serta tenaga kesehatan lain. Bagi anda pembaca web yang merupakan bagian tim di salah satu RS Rujukan, silakan mengisi surveinya. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
Webinar Bridging System: Tantangan dan Hambatan Penerapan Smart Hospital |