Manajemen Keperawatan
![]() |
![]() |
Dr. Fitri Haryanti S.Kp., M.Kes |
aaaa
|
![]() |
|
|
![]() |
Manajemen Keperawatan
![]() |
![]() |
Dr. Fitri Haryanti S.Kp., M.Kes |
aaaa
|
![]() |
|
|
![]() |
Manajemen Rumah S —Home— Kelompok Kerja—-Aktivitas Mutu klinis—-Artikel
–
dr. Tjahjono Kunjoro, MPH., DrPH
Konsultan
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM
–
–
–
–
August 1996, Doctor of Public Health, School of Public Health University of Hawaii at Manoa, Honolulu, Hawaii, USA May 1989, Master of Public Health, School of Public Health, University of Hawaii at Manoa, Honolulu, Hawaii, USA Dec 1980, Dokter/medical doctor, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta |
JAKARTA – Kartu Jakarta Kesehatan atau KJS yang sudah diluncurkan, membuat peningkatan jumlah pasien di berbagai rumah sakit pemerintah. Seiring berjalannya waktu, peningkatan pasien juga dialami beberapa rumah sakit swasta, salah satunya di Rumah Sakit Haji, Jakarta Timur.
Menurut Dini, Kepala Humas Rumah Sakit Haji, peningkatan pasien memang terjadi cukup signifikan dari awal November khususnya setelah KJS diluncurkan. Selain itu, pasien Keluarga Miskin (GAKIN) juga cukup banyak. “Loket pendaftaran dengan kaca sampai harus dibongkar, karena peningkatan pasien yang ingin berobat dan saat ini mengalami peningkatan dua kali lipat dari biasanya,” kata Dini kepada Kompas.com saat ditemui di RS Haji, Senin (17/12/12).
Dirinya juga memaparkan, saat ini terjadi peningkatan biaya terhadap pasien Gakin dan KJS. Saat bulan Oktober biaya yang harus dikeluarkan untuk pasien Gakin sebesar Rp 900 juta. Untuk bulan November dan Desember sejak KJS diluncurkan belum terdapat data signifikan untuk pengeluaran biaya terhadap pasien KJS yang berobat.
Selain itu jumlah pasien yang berobat di RS Haji mencapai 1.200 orang dalam satu bulan. Terjadi peningkatan dua kali lipat dari biasanya, terlebih setelah masyarakat dapat menggunakan KJS dengan syarat yang cukup mudah. Dengan membawa KTP dan Kartu Keluarga DKI dapat berobat dengan gratis.
Dini mengatakan, tidak ada pembedaan pelayanan untuk pasien umum ataupun dengan KJS. Dalam beberapa waktu ke depan pihak rumah sakit merencanakan akan menambah ruangan, khususnya kelas III, agar dapat menampung jumlah pasien KJS yang kian meningkat.
Sumber: megapolitan.kompas.com
Calon peserta yang akan mengikuti kegiatan Performance Management and Leadership Training (PML) Tingkat RSUD Kabupaten/Kota berjumlah xx orang, yang dibagi dalam nangkatan sebagai berikut:
No |
Peserta |
Jumlah |
Jumlah(org) |
1 |
Peserta RSUD kab/kota |
10 orang x n RSUD kab/kota |
xx |
2 |
Peserta Provinsi | x orang | xx |
Total |
xx |
Kriteria calon peserta yang akan mengikuti kegiatan PML Tingkat RSUD Kabupaten/Kota adalah:
No |
Indikator Impact |
Satuan |
Target Realisasi |
|||
20.. |
20.. |
20.. |
20.. |
|||
1 |
Penurunan Jumlah kematian IBU, Bayi dan Balita serta kematian laiannya yang dirawat di RSUD Kab/Kota | % | – | – | – | xx |
2 |
Peningkatan Kualitas Pelayanan RSUD | % | – | – | – | xx |
3 |
Peningkatan Kepuasan masyarakat akan pelayanan kesehatan di RSUD | % | – | – | xx |
No |
Indikator Outcome | Satuan |
Target Realisasi |
|||
20.. |
20.. |
20.. |
20.. |
|||
1 |
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Pejabat Structural Tingkat RSUD dalam hal manajemen dan kepemimpinan di Provinsi NTT | orang | xx | xx | xx | xx |
2 |
Menurunnya jumlah kematian ibu & bayi di RSUD Kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
3 |
Tersedianya fasilitas pelayanan RSUD sebagai RSUD Rujukan persalinan dan Rujukan kesehatan lainnya | % | xx | xx | xx | xx |
4 |
Tersedianya dokter spesialis dasar di RSUD Kab/kota | Orang | xx | xx | xx | xx |
5 |
Tersedianya Protap Pelayanan di RSUD Kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
6 |
Meningkatnya kepatuhan tenaga medis terhadap standar pelayanan di RSUD kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
7 |
Tersusunnya uraian tugas yang jelas bagi staf rumah sakit | % | xx | xx | xx | xx |
8 |
Tersedianya data terolah untuk pengambilan keputusan | % | xx | xx | xx | xx |
9 |
Tersusunnya rencana kegiatan tahunan rumah sakit | % | xx | xx | xx | xx |
10 |
Terlaksananya Rencana pengembangan SDM kesehatan di RSUD Kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
11 |
Tersedianya instrumen dan jadual kegiatan supervisi dan bimbingan teknis di RSUD Kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
12 |
Tersedianya staf yang mampu melaksanakan supervisi dan bimbingan teknis di RSUD Kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
13 |
Tersediannya laporan hasil supervisi dan bimbingan teknis di RSUD Kab./Kota | % | xx | xx | xx | xx |
14 |
Tersusunnya instrumen evaluasi dan jadual rencana evaluasi kegiatan di rumah sakit | % | xx | xx | xx | xx |
15 |
Terlaksananya kegiatan evaluasi dan laporan hasil evaluasidi rumah sakit | % | xx | xx | xx | xx |
16 |
Adanya Feed Back hasil evaluasi | % | xx | xx | xx | xx |
No |
Indikator Output |
Satuan |
Target Realisasi |
|||
20.. |
20.. |
20.. |
20.. |
|||
1 |
Terlatihnya fasilitator PML RSUD Mitra |
orang |
xx |
xx |
xx |
xx |
2 |
Terlatihnya MOT dan Pendamping lokal |
orang |
xx |
xx |
xx |
xx |
3 |
Terlatihnya Pejabat structural tingkat RSUD kab/kotadi Provinsi NTT dalam hal manajemen dan kepemimpinan. |
orang |
xx |
xx |
xx |
xx |
4 |
Terlatihnya Tim PML Dinkes Prov. NTT dalam hal manajemen dan kepemimpinan. |
orang |
xx |
xx |
xx |
xx |
A. Dinas Kesehatan Provinsi
Input/dukungan yang dibutuhkan dari Dinas Kesehatan Provinsi adalah:
Menentukan kriteria dan jumlah peserta yang akan mengikuti kegiatan Pelatihan Performance Management And Leadership.
B. Pemberi Dana (misalnya Pemerintah Pusat atau Pihak Asing)
Input/dukungan yang dibutuhkan dari Pemberi Dana adalah:
C. Lembaga Konsultan Pelaksana Kegiatan
Input/dukungan yang dibutuhkan dari Konsultan Pelaksana dan Konsorsium adalah :
A. Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan Performance management and Leadership ini adalah meningkatkan kinerja pemimpin/manajer kesehatan pada RSUD Kabupaten/Kota.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan Pelatihan Performance management and Leadership Tingkat RSUDini adalah:
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program pembangunan kesehatan adalah faktor kepemimpinan dan manajemen pada setiap tatanan organisasi kesehatan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah bahkan sampai tingkat puskesmas. Fungsi manajemen pembangunan kesehatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik, apabila pada setiap tatanan organisasi kesehatan dinahkodai oleh seorang pimpinan/manajer yang memahami dan mampu melaksanakan tupoksi sebagai pemimpin yang baik.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan dan manajemen yang professional, seorang pimpinan/manajer harus dapat menunjukan kinerja berbasis kompetensi serta memiliki komitmen yang kuat yang didukung oleh etika dan moral yang baik. Pemimpin/manajer kesehatan harus mempunyai kemampuan dalam menggerakan sumber daya kesehatan yang terbatas, baik dalam hal jumlah maupun mutu, agar dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Sebelum Otonomi Daerah dilaksanakan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang diangkat sebagai Pegawai Tidak Tetap sebelum melaksanakan tugas terlebih dahulu dilatih melaui Pelatihan Pra Tugas yang membekali mereka dengan kompetensi teknis dan manajerial. Hal ini sangat membantu para dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memahami tugas pokok dan fungsi organisasi. Sejak era otonomi tidak pernah ada pelatihan yang membekali petugas kesehatan mengenai tugas pokok dan fungsi organisasi sebelum melaksanakan tugas. Disamping itu pelatihan yang berkaitan dengan manajemen dan kepemimpinan juga belum pernah dilaksanakan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja kepemimpinan dan manajemen dalam bidang kesehatan.
Dampak dari rendahnya kinerja pemimpin/manajer kesehatan di berbagai provinsi menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat dengan indikator masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagai contoh AKI di Provinsi NTT sebesar 306/100.000 masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI Nasional sebesar 228/100.000 dan AKB juga masih sangat tinggi yaitu sebesar 57/1000 kelahiran dibandingkan dengan AKB Nasional yaitu 34/1000 kelahiran (SDKI 2007). Beberapa daerah di Jawa bahkan mengalami kenaikan AKB/AKI. Dalam rangka akselerasi penurunan AKI dan AKB tersebut maka pemerintah sudah mengembangkan program PONEK dan PONED. Implementasi dari program tersebut akan mencapai hasil yang optimal apabila didukung dengan manajmen dan kepemimpinan yang baik, khususnya dizankes yang melaksanakan PONEK dan PONED tersebut.
Sehubungan dengan itu maka perlu adanya upaya yang dapat meningkatkan performa manajemen dan kepemimpinan dalam bidang kesehatan melalui “Pelatihan Performance Management and LeadershipBagi Pejabat Struktural Tingkat RSUD Kabupaten/Kota”.Diharapkan dengan terlaksananyakegiatan ini makaseorang pejabat struktural dapat memahami dan mampu melaksanakan tupoksi dalam melaksanakan kepemimpinan dan manajemen dengan baik. Dampak dari implementasi kegiatan ini adalah peningkatan kinerja RSUD Kabupaten/kota yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerah yang bersangkutan.