manajemenrumahsakit.net :: TANJUNG REDEB
Archive for 2015
Keberadaan RS Belum Merata
manajemenrumahsakit.net :: Medan. Keberadaan rumah sakit (RS) di daerah ini belum merata dan masih terkonsentrasi di Kota Medan. Sehingga, menyulitkan masyarakat di luar kota untuk mendapatkan pelayanan RS yang memadai. Juga mengganggu program pemerataan dokter di Sumatera Utara (Sumut).
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan Ramlan Sitompul, kondisi di Kota Medan saat ini sudah miris. Lantaran semakin banyak rumah sakit yang berdiri di inti kota, sedang daerah di luar inti kota masih kekurangan rumah sakit, terutama rumah sakit tipe B.
“Seharusnya Dinas Kesehatan terlebih dahulu memetakan jumlah rumah sakit dan kebutuhan dokternya, baru kemudian memberikan izin berdiri rumah sakit. Tapi sekarang kita lihat banyak rumah sakit yang berdiri berdekatan di inti kota, seperti RS Malayahati, berdekatan dengan RS Siloam atau RS Columbia Asia Medan,” ujar Ramlan, Selasa (4/8).
Selain memetakan rumah sakit dan dokter, lanjutnya, Dinkes juga memetakan penyakit sehingga bisa menentukan dimana kebutuhan dokter spesialis yang paling banyak. “Minimnya rumah sakit ini juga membuat langkah pemerataan dokter terganggu,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan, Irma Suryani menuturkan melihat dari jumlah penduduk, jumlah rumah sakit di Kota Medan memang sudah surplus atau berlebih. Sekira 77 rumah sakit yang ada di Kota Medan, menurutnya sudah bisa melayani warga. Karena itu ke depan, diharapkan tidak ada lagi penambahan rumah sakit.
“Untuk izin rumah sakit tipe B, pengurusannya langsung ke Dinkes Sumut dan Kemenkes (kementerian Kesehatan). Karena itu, ada rumah sakit yang berdiri berdekatan. Tapi kita harap tak terjadi lagi ke depan (keberadaan rumah sakit berdekatan),” jelasnya.
Irma berharap, setiap rumah sakit yang ada meningkatkan kualitas layanannya. Sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. (prawira)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Teknologi Rumah Sakit Di Daerah Perlu Ditingkatkan
manajemenrumahsakit.net :: Chairman Lippo Group Mochtar Riady mengatakan perlunya meningkatkan teknologi rumah sakit di kabupaten tertinggal agar masyarakat di daerah tersebut mendapatkan layanan kesehatan yang setara dengan rumah sakit di kota besar.
‘Beberapa rumah sakit di kabupaten masih kekurangan peralatan pendukung pemeriksaan kesehatan dan tenaga dokter,’ kata Mochtar yang juga pendiri rumah sakit Siloam dan Mochtar Riyadi Institute di Karawaci, Tangerang, Selasa.
Mochtar dalam sambutannya pada acara Halalbihalal Lippo Group mengatakan saat ini peralatan canggih dalam dunia kedokteran termasuk tenaga dokter yang hebat-hebat masih terpusat di kota-kota besar saja.
Dia mengatakan perlunya kebijakan dari pemerintah agar dapat memperkecil kesenjangan layanan kesehatan terutama di daerah-daerah kabupaten tertinggal.
Mochtar mengatakan masih banyak rumah sakit di daerah belumdilengkapi peralatan seperti ultra sono grafi, x ray, dan MRI sehingga pasien seringkali harus dirujuk ke rumah sakit lainagar dapat diperiksa lebih lanjut.
Lippo sendiri, kata Mochtar, saat ini terus melakukan riset dan penelitian di bidang genom (sel) dan DNA agar dapat dimanfaatkan dalam dunia kesehatan.
‘Kemajuan teknologi kedokteran di luar negeri sudah demikian pesat termasuk di bidang sel, sehingga kita perlu ikut mendalami agar tidak tertinggal dengan berbagai penemuan di bidang tersebut,’ ujar Mochtar.
Ia mengatakan, kemajuan di bidang digital memungkinkan untuk mendiagnosis suatu penyakit melalui perangkat komputer, termasuk memberikan pengobatan secara tepat.(ant/rd)
Sumber: ciputranews.com
Resistensi Antibiotik Bisa Tewaskan 130 Ribu Warga Indonesia
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta
Sambut HUT ke-70 RI, Sungai Musi akan Dihiasi Rumah Rakit
manajemenrumahsakit.net :: Palembang –
Pelayanan RSUD Abdul Rivai Semakin Dikeluhkan
manajemenrumahsakit.net :: TANJUNG REDEB – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai dinilai tidak mampu memberikan pelayanan yang baik sesuai harapan masyarakat Berau. Hal tersebut diungkapkan sejumlah warga saat berbincang bersama media ini.
Teuku Amiruddin Gumay, warga Jl Pulau Kakaban RT 29 Kelurahan Tanjung Redeb mengatakan pelayanan RSUD memang tidak memuaskan. Contohnya, saat saudaranya dirawat beberapa waktu yang lalu, dia menemukan banyak sekali kekurangan dalam hal pelayanan.
“Kekurangan itu antara lain pelayanan yang kurang baik utamanya bagi pemegang Askes, birokrasi yang berbelit-belit utamanya untuk pasien rujukan, tidak tersedianya genzet yang memadai, distribusi air bersih ke masing-masing ruangan sering terjadi kekosongan, sanitasi sangat buruk, sehingga air limbah sering tergenang yang menimbulkan bau tak sedap dan menjadi sarang nyamuk serta tidak ada pengolahan limbah rumah sakit,” ungkap Amiruddin.
Begitupula Agus Salim warga Jl Pulau Panjang RT 5 Kelurahan Gunung Panjang mengatakan, buruknya pelayanan RSUD sudah menjadi keluhan masyarakat sejak lama.
“Saran kami kepada Pemkab sederhana saja, ganti saja manajemen rumah sakit itu, sebab mereka tak kunjung bisa memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat Berau,” kata Salim.
Menanggapi keluhan warga itu, Wakil Ketua Komisi I DPRD Berau Abdul Waris mengatakan jangankan pelayanan yang baik kepada masyarakat, undangan DPRD saja kerap tidak diindahkan manajemen rumah sakit plat merah itu.
“Buktinya hingga saat ini Direktur Rumah Sakit sudah 4 kali diundang dewan, tapi sekali pun tidak pernah datang. Termasuk untuk membicarakan anggaran Rumah Sakit saja tidak datang juga,” ketus Waris.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Berau Mulyadi Soepardi menilai RSUD belum bisa memenuhi harapan masyarakat khususnya dalam hal memberikan pelayanan yang baik.
“Pelayanan prima, itulah yang didambakan oleh masyarakat sejak lama. Padahal pemberian pelayanan terbaik, merupakan visi dari rumah sakit kita ini. Jadi wajar saja kalau adanya tudingan kalau pihak RSUD tidak mempunyai empati dan tidak tanggap terhadap keluhan masyarakat yang menginginkan pelayanan prima dan profesional,” ujar Mulyadi didampingi Sekretaris Komisi III Vitalis Paulus Lette, anggota Komisi III M. Ichsan Rapi, Ratna dan Haryono serta Ketua Komisi I Feri Kombong. (nsb)
Sumber: kabarberitanews.com
Kebakaran di RSIA Khalishah Akibat Konsleting Listrik
manajemenrumahsakit.net :: CIREBON (CT)
Enam Kali Raih Penghargaan Sebagai RS Sayang Ibu dan Anak
manajemenrumahsakit.net :: DI BAWAH pemerintahan Bupati Kobar Dr H Ujang Iskandar ST MSi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanudin Pangkalan Bun mengalami peningkatan baik dari sisi fasilitas, bertambahnya jumlah dokter spesialis, jumlah perawat, meningkatnya indikator kinerja keuangan dan indikator kinerja pelayanan yang terukur pada tingkat kepuasan pasien.
Hasil survei menunjukkan, sekitar
Wow, RS Jepang ini pakai mini sushi buat uji ketelitian calon dokter
Sebagai rumah sakit dengan program medical internship terbaik di Jepang, Kurashiki Central Hospital tak main-main dalam memilih mahasiswa kedokteran yang hendak magang di sana. Mereka membuat uji kelayakan khusus yang tak bakal ada di rumah sakit lain.
Tak cukup dengan memiliki kemampuan di bidang medis saja, calon pegawai magang diuji dengan serangkaian tes yang melibatkan miniatur sushi dan origami.
Dilansir Oddity Central, untuk permulaan mereka diminta untuk membuat origami burung bangau dengan peralatan bedah. Bukan perkara mudah, karena ukuran origami tak boleh lebih dari 1,5 sentimeter persegi.
Selanjutnya, para pelamar diminta untuk menyusun kembali bagian-bagian tubuh serangga dengan peralatan bedah. Padahal serangga tersebut cuma berukuran 35 milimeter dan anggota tubuhnya sudah dipisah menjadi 13 bagian. Satu bagian saja rusak, dan si calon pegawai magang pun dinyatakan gugur.
Photo source:
Ada RS Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Lampung
manajemenrumahsakit.net :: Lampung – Badan Narkotika Nasional dengan fasilitas Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan mulai membangun rumah sakit (RS) rehabilitasi pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang di Kota Kalianda, Lampung. Harapannya, pembangunan tersebut dapat menjadi tempat memadai untuk rehabilitasi pengguna narkoba dari dalam atau luar Lampung Selatan.
Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza SZP, di Kalianda, Selasa (04/08/2015) mengatakan saat ini bangunan rumah sakit sudah ada dengan memanfaatkan bangunan yang belum terpakai dan akan bertambah bangunan pendukung lain agar sarananya lengkap dan layak.
“Pasien juga tidak akan dipungut biaya selama direhabilitasi di rumah sakit itu,” ujar Rycko.
Ia menambahkan bahwa pembangunan rumah sakit itu salah satu bentuk kerja nyata pemerintah pada kepemimpinannya, karena hanya satu-satunya di Provinsi Lampung. “Kami harap pada penghujung masa jabatan saya tetap bisa memberikan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi masyarakat,” jelas dia.
Direktur Penguatan Lembaga Instansi Pemerintah Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Brigjen Pol Ida Oetari Poernamasasi mengatakan Loka Rehabilitasi Narkoba di Lampung Selatan akan mulai beroperasi tahun ini. Rencana kami, tahun ini selesai pembangunan dan langsung kita digunakan dan ‘nggak pake nunggu lama’,” papar diaa.
Ia mengatakan pembangunan loka rehabilitasi khusus untuk pengguna narkotika itu akan menelan anggaran sebesar Rp20 miliar yang bersumber dari dana APBN Perubahan Tahun Anggaran 2015. “Kebetulan kami diberikan hibah tanah, apalagi lokasinya bagus dan juga diberikan anggaran oleh Pak Presiden, makanya ini dapat terwujud,” ungkap dia.
Ia memperkirakan, Loka Rehabilitasi yang terdapat di Kelurahan Way Lubuk Kecamatan Kalianda itu dapat menampung atau menangani pasien sekitar 50 sampai 100 orang Namun, pasien yang ditangani pihak Loka Rehabilitasi tidak hanya untuk Provinsi Lampung saja, melainkan Sumatera Selatan dan beberapa daerah di Jawa.
“Karena permintaan di RS Rehabilitasi Lido sudah sangat tinggi, kami minta loka ini tidak hanya menangani masyarakat Lampung, tapi mencakup luas,” kata dia.
Ia mengatakan, untuk sumber daya manusia Loka Rehabilitasi itu akan diserahkan ke pemerintah kabupaten dengan syarat utama untuk pelayanan loka dibutuhkan dokter, dokter umum, dokter spesialis jiwa, dokter spesialis penyakit, perawat, apoteker dan konselor.
“Untuk SDM, sebelumnya sudah kami bicarakan dengan Bupati, dan kami serahkan kepada pemerintah kabupaten. Tapi sebelum berjalan, mereka akan kami magangkan ke Lido, sehingga tahu proses rehabilitasi itu,” kata dia.
Ia menilai, idealnya dalam satu provinsi terdapat satu tempat rehabilitasi. Namun, hingga saat ini tempat rehabilitasi narkoba yang ada hanya sebanyak empat titik, yakni Bogor Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Batam Kepulauan Riau, dan Lampung. [tar]
Sumber: inilah.com