Silakan login untuk mengakses laman berikut
Komposisi Kelas III RS Fatmawati 60 Persen
Lia mengatakan, awalnya Fatmawati hanya memiliki 40 persen kapasitas kasur. Kemudian tahun lalu komposisi kelas III naik 50 persen. Terakhir, pada 2013 ini sudah menjadi 60 persen atau sekitar 784 kasur. Sisanya digunakan untuk kelas khusus. Hal ini, menurut Lia, untuk mendukung kebijakan soal sistem jaminan kesehatan sosialyang akan diterapkan pada 2014. “Juga sejalan dengan program Kartu Jakarta Sehat. Dengan sistem ini memang masyarakat miskin akan lebih terayomi soal kesehatan.” Selain itu, menurut Lia, saat ini Fatmawati sedang menyiapkan sistem pelayanan gawat darurat terpadu. Sistem online ini pada tahap awal akan terhubung dengan 24 rumah sakit yang ada di kawasan Jakarta Selatan. “Sehingga nanti sistem rujukan pasien akan lebih mudah,” ujarnya. Pada tahap awal, sistem ini mengkoordinasikan ketersedian ruangan. “Tapi bisa berkembang lebih luas lagi.” Sumber: tempo.co |
![]() ———————————————– ———————————————– > Penyusunan Rencana Strategis untuk RS > Pelatihan Sistem Akuntansi Rumah Sakit berbasis SAK > Aplikasi Sistem Billing dan Rekam Medis Berbasis Open System
|
Berita Sebelumnya: ——————– Posted on: Kamis, 21-02-2013 RS Pusat Otak Nasional Dibuka 1 April Posted on: Rabu, 20-02-2013 Pemerintah Tak Bisa dan Tak Mau Beri Sanksi RS Posted on: selasa, 19-02-2013 |
|
Aktivitas Mutu Klinis —– Aktivitas Mutu Keperawatan —- Manajemen SDM —– Manajemen Keuangan —- Manajemen Fisik —– Hukum Kesehatan
Manajemen Teknologi Informasi —– Asuransi Kesehatan —– Manajemen Pemasaran —– Strategi, Struktur & Budaya Organisasi |
RS Provinsi Banten Beroperasi April 2
RS Pusat Otak Nasional Dibuka 1 April
RS PON ini diharapkan menjadi pusat rujukan nasional dalam penanganan komprehensif kasus penyakit otak dan saraf. RS PON akan dilengkapi ruangan Neuro Clinical Care. RS ini diharapkan berfungsi sebagai pilot project pelayanan khusus kesehatan otak dan saraf. RS ini nantinya diharapkan membagi kemampuannya pada RS lain. Berdasarkan data Riset Kesehatan 2007 yang mengumpulkan data dari 1991 hingga 2007, stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Sementara data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) tahun 2009 menunjukkan, penyebab kematian utama di RS akibat stroke 15%, artinya 1 dari 7 kematian disebabkan stroke, dengan tingkat kecacatan mencapai 65%. “Peningkatan prevalensi kasus stroke ini menunjukkan adanya ancaman serius bagi Bangsa Indonesia, karena selain mengakibatkan menurunnya kualitas hidup penderitanya, stroke juga mengakibatkan beban sosial dan ekonomi bagi penderita dan keluarganya, masyarakat dan negara”, kata Menkes dihadapan Anggota Komisi IX DPR RI dr. Charles J. Mesang, Pejabat Eselon I Kemenkes RI dan Diretur Utama PT Askes. Beberapa gaya hidup dan penyakit pemicu stroke adalah merokok, minum alkohol, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit metabolik lain seperti peningkatan kadar asam urat dan kolesterol dalam darah. “Oleh karena itu, penanganan stroke dan faktor risikonya harus dilakukan secara komprehensif. Tantangan permasalahan kesehatan otak dan sistem saraf di Indonesia juga diperberat dengan masalah penyakit-penyakit otak dan sistem saraf lainnya, seperti kasus neuro-infeksi, tumor otak dan medula spinalis, kejang dan epilepsi, kelainan congenital, kecacatan pada anak baru lahir dan gangguan pada perkembangan fungsi otak dan saraf. Soft Opening ini merupakan momentum yang baik bagi jajaran manajemen RS, untuk membuktikan diri bahwa RS ini mampu menjadi pelopor pelayanan rumah sakit otak dan sistem saraf di Tanah Air, mengembangkan berbagai inovasi dan terobosan layanan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” ujar Nafsiah. Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Supriyantoro, menyatakan, secara substansi kualitas RS PON akan menjadi Center of Excelent dimana didalamnya terdapat Advance Clinical, Restoration & Rehabilitation, Education & Training, Basic Clinical & Comprehensive Research, Product Development, dan Community Policy Development. RS PON akan menyediakan 446 tempat tidur dan ketersediaan fasilitas UGD, OK UGD, OK Sentral, Cath Lab, Hemodialisis, Rehabilitasi Medik Neuro, Poliklinik Spesialis dan Sub-Spesialis, Poliklinik Khusus Neurobehaviour Dewasa dan Poliklinik Khusus Neurobehaviour Anak. Setelah memberikan sambutan, Menkes meninjau kesiapan ruangan – ruangan seperti: Instalasi Gawat Darurat, Intensive Care Unit (ICU), Kamar Operasi, Unit Stroke, Ruang Rawat Inap kelas 3 dan Ruang Rawai Inap VVIP (presiden suite) Sumber: pdpersi.co.id |
![]() ———————————————– ———————————————– > Penyusunan Rencana Strategis untuk RS > Pelatihan Sistem Akuntansi Rumah Sakit berbasis SAK > Aplikasi Sistem Billing dan Rekam Medis Berbasis Open System
|
Berita Sebelumnya: ——————– Posted on: Rabu, 20-02-2013 Pemerintah Tak Bisa dan Tak Mau Beri Sanksi RS Posted on: selasa, 19-02-2013 Ditolak 10 Rumah Sakit, Dera Akhirnya Meninggal Posted on: Selasa, 19-02-2013 |
|
Aktivitas Mutu Klinis —– Aktivitas Mutu Keperawatan —- Manajemen SDM —– Manajemen Keuangan —- Manajemen Fisik —– Hukum Kesehatan
Manajemen Teknologi Informasi —– Asuransi Kesehatan —– Manajemen Pemasaran —– Strategi, Struktur & Budaya Organisasi |
RS Provinsi Banten Beroperasi April 2
Pemerintah Tak Bisa dan Tak Mau Beri Sanksi RS
“Di running text sebuah TV, Wakil Menteri Kesehatan hanya bisa bicara kalau RS tidak boleh menolak pasien karena alasan ketiadaan uang jaminan, tanpa pernah bisa dan mau memberikan sanksi tegas kepada RS,” kata Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar, pagi ini. Menurut dia, sebenarnya kehadiran UU SJSN (UU 40/2004) dan UU BPJS (UU 24/2011) lebih bisa memastikan bahwa seluruh rakyat berhak atas jaminan kesehatan tanpa adanya penolakan RS apalagi harus adanya syarat uang jaminan. Namun keterlambatan pemerintah SBY mengimplementasikan UU SJSN (seharusnya 2009 sudah harus berjalan) membuat rakyat (terutama kaum miskin) terus mengalami masalah serius mengakses pelayanan kesehatan hingga saat ini. “Keterlambatan ini tidak juga membuat SBY sadar akan hak konstitusi rakyat atas jaminan kesehatan. Karena tak juga sadar, maka masalah ini akan terus berlangsung di negara ini,” kata Timboel. Sumber: suaramerdeka.com |
![]() ———————————————– ———————————————– > Penyusunan Rencana Strategis untuk RS > Pelatihan Sistem Akuntansi Rumah Sakit berbasis SAK > Aplikasi Sistem Billing dan Rekam Medis Berbasis Open System
|
Berita Sebelumnya: ——————– Posted on: Rabu, 20-02-2013 Ditolak 10 Rumah Sakit, Dera Akhirnya Meninggal Posted on: Selasa, 19-02-2013 DPR Sesalkan Banyak RS Tolak Bayi Dera Pasien Miskin Posted on: Selasa, 19-02-2013 |
|
Aktivitas Mutu Klinis —– Aktivitas Mutu Keperawatan —- Manajemen SDM —– Manajemen Keuangan —- Manajemen Fisik —– Hukum Kesehatan
Manajemen Teknologi Informasi —– Asuransi Kesehatan —– Manajemen Pemasaran —– Strategi, Struktur & Budaya Organisasi |
RS Provinsi Banten Beroperasi April 2
Ditolak 10 Rumah Sakit, Dera Akhirnya Meninggal
Yang lebih mengenaskan adalah Dera, yang baru berusia empat hari, meninggal dunia setelah tidak ada rumah sakit yang mau merawatnya. Eliyas beserta ayahnya, Hermansyah, sudah berkeliling ke 10 rumah sakit, yaitu RS Fatmawati, RSCM, RS Harapan Kita, RS Harapan Bunda Pasar Rebo, RS St Carolus, RS Asri, RS Tria Dipa, RS Budi Asih, RS JMC, dan RSPP. “Kami ditolak 10 rumah sakit. Kami sudah kasih surat (rujukan) itu, tapi dibilang fasilitasnya tidak ada, sudah penuh. Ada juga yang bilang tidak ada bidannya,” ujar Eliyas, ayah Dera saat ditemui di kediamannya di Jalan Jatipadang Baru RT 14/06, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (18/2). Eliyas dan Lisa memiliki dua putri kembar yang diberi nama Dera dan Dara Nur Anggraini. Mereka berdua dilahirkan prematur saat usia kandungan Lisa belum mencapai 8 bulan di RS Zahira Jagakarsa, Senin (11/2) dini hari. Sayangnya saat lahir, salah satu bayinya yang diberi bernama Dera mengalami kelainan di bagian pencernaannya sehingga harus mendapat perawatan lebih lanjut. Karena kurangnya peralatan, pihak RS Zahira merujuk Dera untuk dirawat di rumah sakit lain yang memiliki fasilitas lebih lengkap. “Setelah lahir, saya diberi tahu dokter bahwa Dera sakit. Nggak bisa minum ASI, jadi hanya bisa sampai tenggorokan,” kata Eliyas. Untuk mendapat perawatan bagi putri sulungnya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang kaus kaki dan baju bayi di pasar malam keliling itu kemudian berkeliling untuk mencari rumah sakit yang mau menampung putrinya. Dia mulai dari sebuah rumah sakit pemerintah di kawasan Jakarta Selatan. “Tapi dibilangnya penuh,” kata Eliyas. Masih di hari Senin (11/2) sekitar pukul 04.00 WIB, dia bergerak ke kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Rumah sakit pemerintah yang kedua yang dia datangi ini juga menolak.”Dibilangnya penuh, diminta mencari rumah sakit lain,” ujarnya. Eliyas tak bisa berbuat banyak. Nyawa putrinya harus segera ditolong. Dia tak ingin ribut dengan petugas rumah sakit. “Saya takut diusir satpam,” katanya. Kemudian Eliyas ditemani ayahnya, Hermansyah, bergerak ke rumah sakit besar di kawasan Grogol, Jakarta Barat. “Tetap sama jawabannya penuh,” katanya. Akhirnya, dia terus menyisir semua rumah sakit besar di Jakarta. Rumah sakit pemerintah tak ada yang mau, dia lari ke rumah sakit swasta. Tapi sayang, setelah ia menyambangi sekitar 10 RS, tidak ada satu pun yang bersedia menampung Dera dengan alasan tidak ada ruangan, bahkan ada yang meminta uang DP terlebih dulu. Setelah tak kunjung mendapat rumah sakit yang bersedia menampung Dera, Eliyas hanya bisa pasrah dan memutuskan kembali ke RS Zahira dan berharap putrinya dapat bertahan. Namun Dera akhirnya meninggal dunia pada Sabtu (16/2) malam sekitar pukul 18.30. Nasib malang Eliyas dan Lisa tak sampai di situ. Dara, saudara kembar Dera, juga harus dilarikan ke RS Tarakan, Minggu malam, karena kondisinya melemah akibat dilahirkan prematur. Eliya dan Lisa pun hanya bisa pasrah dan berharap putri keduanya bisa tumbuh dengan normal dan sehat. Satu hari setelah dirawat, kondisi Dara mulai membaik. Dara dirawat di inkubator Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Tarakan, Jakarta Pusat. Menurut Kabid Pelayanan RS Tarakan Dr Theryoto, pihaknya menerima rujukan bayi Dara pada 18 Februari 2013 pukul 00.00 dari RS swasta. Saat itu, bayi baru berusia 7 hari dengan berat badan 1.450 gram. “Kondisi bayi saat ini sudah ada perbaikan. Masalahnya hanya di berat badan. Kalau dari sisi medis, akibat permasalahan tersebut adalah pengembangan organ yang kurang baik. Hingga perlu ada penguatan dari organ. Saat ini kondisinya sudah lumayan dirawat dengan sistem inkubator, plus monitor tanpa ventilator,” kata Theryoto ketika ditemui di kantornya, Jalan Kiai Caringin, Jakarta Pusat, kemarin. Secara terpisah, Humas RSUP Fatmawati, Lia Parta Kusuma, membantah pihaknya menolak merawat Dera. “Fatmawati tidak pernah menolak pasien tersebut,” ujar Lia. Menurut Lia, yang terjadi adalah saat itu pasien tidak dibawa ke RSUP Fatmawati, yang datang ke rumah sakit hanya Eliyas dan Hermansyah. Keduanya menanyakan fasilitas NICU. Namun sayang di RSUP Fatmawati hanya terdapat satu dan saat itu tengah digunakan pasien lain sehingga harus mendaftar di waiting list. Direktur Rumah Sakit Budi Asih, Dr Nanang Hasani, menyampaikan hal serupa. Yang datang ke RS Budi Asih, kata Nanang, bukan bayi Dera, melainkan anggota keluarganya. “Tidak ada personel RS Budi Asih menolak bayi bernama Dera. Yang datang itu keluarganya. Dengan kondisi Dera seperti yang diberitakan, maka tidak mungkin RS Zahira yang merujuknya akan membiarkan Dera dibawa tanpa kepastian RS mana yang akan menampung,” katanya di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengakui, fasilitas rumah sakit di Ibu Kota masih minim. Akibatnya, kata Jokowi, kasus meninggalnya bayi Dera Nur Anggraini lantaran terlambat mendapatkan penanganan karena ditolak sepuluh rumah sakit, dengan alasan kamar penuh, masih terjadi. “Kondisi rumah sakitnya yang belum memungkinkan menerima pasien. Saya bicara apa adanya,” ujar Jokowi di Balai Kota, kemarin. Sumber: tribunnews.com |
![]() ———————————————– ———————————————– > Penyusunan Rencana Strategis untuk RS > Pelatihan Sistem Akuntansi Rumah Sakit berbasis SAK > Aplikasi Sistem Billing dan Rekam Medis Berbasis Open System
|
Berita Sebelumnya: ——————– Posted on: Selasa, 19-02-2013 DPR Sesalkan Banyak RS Tolak Bayi Dera Pasien Miskin Posted on: Selasa, 19-02-2013 Rumah Sakit di Jakarta Harus Terapkan Sistem Online Posted on: Selasa, 19-02-2013 |
|
Aktivitas Mutu Klinis —– Aktivitas Mutu Keperawatan —- Manajemen SDM —– Manajemen Keuangan —- Manajemen Fisik —– Hukum Kesehatan
Manajemen Teknologi Informasi —– Asuransi Kesehatan —– Manajemen Pemasaran —– Strategi, Struktur & Budaya Organisasi |
RS Provinsi Banten Beroperasi April 2