Kunci Sukses Implementasi Lean Management di Rumah Sakit (Bagian 2) Lean adalah suatu pendekatan yang dapat memberikan produk atau pelayanan dengan kualitas terbaik dalam waktu sesingkat mungkin, dengan biaya serendah mungkin dengan cara menghilangkan berbagai pemborosan (waste) dalam suatu alur proses. Pendekatan lean dapat mengurangi 75-80% masalah dalam suatu organisasi termasuk rumah sakit. Pada bagian pertama, telah diuraikan tentang pentingnya kepemimpinan dan budaya organisasi untuk suksesnya implementasi lean. Lean akan sukses jika digerakkan oleh komitmen manajemen dan budaya yang mendorong semua orang dalam organisasi untuk terus melakukan upaya perbaikan. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Transformasi Lean untuk Mengurangi Biaya dalam Layanan Kesehatan: Kasus RS Pemerintah di Turki |
Kunci Sukses Implementasi Lean Management di Rumah Sakit (Bagian Part 2)
Kunci Sukses
Implementasi Lean Management di Rumah Sakit
(Bagian 2)
Review
Lean adalah suatu pendekatan yang dapat memberikan produk atau pelayanan dengan kualitas terbaik dalam waktu sesingkat mungkin, dengan biaya serendah mungkin dengan cara menghilangkan berbagai pemborosan (waste) dalam suatu alur proses. Pendekatan lean dapat mengurangi 75-80% masalah dalam suatu organisasi termasuk rumah sakit.
Pada bagian pertama, telah diuraikan tentang pentingnya kepemimpinan dan budaya organisasi untuk suksesnya implementasi lean. Lean akan sukses jika digerakkan oleh komitmen manajemen dan budaya yang mendorong semua orang dalam organisasi untuk terus melakukan upaya perbaikan.
Salah satu bentuk implementasi lean adalah adanya kegiatan Kaizen (perbaikan yang terus menerus). Kaizen harus melibatkan semua orang dalam organisasi. Baik manajer maupun staf. Kegiatan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu untuk meningkatkan kinerja di setiap level organisasi. Upaya semacam itu tidak memerlukan sumber daya yang luar biasa. Suksesnya kegiatan kaizen ditentukan oleh faktor dukungan manajemen, dedikasi organisasi untuk kaizen, pendidikan dan pelatihan1,2. Sedangkan yang menjadi indikator adanya dukungan manajemen atas, antara lain: 1). Berkomitmen pada waktu. 2). Berkomitmen pada sumber daya termasuk biaya. 3). Membuat keputusan dan kebijakan yang mendukung. 4). Menerima dan mengantisipasi konsekuensi. 5). Menjadi motor penggerak3.
Beberapa organisasi termasuk RS merasa telah mengimplementasikan lean dengan baik. Hasil yang “wah”, kaizen event yang banyak. Namun, seringkali kegiatan tersebut tidak saling terkait. Tidak menjadi budaya.,tidak menjadikan perubahan mendasar atau tahan lama. Hal ini disebut “popcorn” kaizen. Hanya meledak sejenak. Sehingga sebagian besar tantangan yang dihadapi dalam pendekatan lean adalah bagaimana mempertahankan kemanfaatan lean tersebut, lalu menyebarkan manfaat tersebut ke seluruh organisasi. Motor penggerak dari upaya penyebaran dan sustainability tersebut adalah manajer atas atau pimpinan senior. Maka, salah satu kunci untuk mempertahankan lean dalam pelayanan kesehatan adalah membangun sistem agar para pemimpin mengikuti (peduli) terhadap implementasi lean setiap hari.4
Lean juga tidak akan berhasil jika hanya diarahkan kepada staf lini terdepan atau hanya digaungkan oleh manajer tingkat menengah. Lean harus diinisiasi dan digerakkan dari top management. Kemudian menyebar ke semua area fungsional RS (keuangan, pemasaran, SDM, sistem informasi, rawat jalan, rawat inap, penunjang, kamar operasi, sampai cleaning services). Pada semua tingkat, dari dewan direksi hingga orang yang berada di garis depan pelayanan atau kantor. Harus mencakup semua value stream dari rantai pasokan sampai ke pelanggan untuk proses demi proses dalam sistem pelayanan RS secara keseluruhan.5
Pemberdayaan Staf
Hal penting berikut untuk suksesnya implementasi lean adalah pemberdayaan atau keterlibatan staf. Dalam pelayanan kesehatan termasuk RS, biaya SDM mengambil proporsi yang jauh lebih besar daripada dalam industri manufaktur. Oleh karena itu, memanfaatkan pengalaman mereka, semangat, pengetahuan, pendidikan, dan komitmen yang luas dari staf merupakan peluang yang baik dan sangat berarti bagi organisasi4.
Staf perlu dikembangkan dan diberikan otonomi untuk memecahkan masalah dalam kesehariannya. Staf perlu diberi pemahaman terkait filosofi dasar, prinsip-prinsip lean dan berbagai tools dalam mengimplementasikan lean. Staf adalah individu terdepan yang paling memahami masalah yang ada dalam lingkungan organisasinya. Staf pula yang diharapkan memiliki ide-ide untuk mengatasi masalah tersebut.
Fokus lean selalu mengembangkan para staf untuk memecahkan masalah sehingga menjadi lebih baik atau lebih bernilai. Dari berbagai masalah staf dapat belajar. Tanpa masalah, tidak akan ada pembelajaran. Tanpa masalah tidak ada perkembangan staf. Oleh karena itu, identifikasi masalah dan kembangkan staf selama proses pemecahan masalah. Semakin banyak staf yang terlibat dalam perbaikan, semakin besar kesempatan organisasi untuk tidak hanya mempertahankan tingkat kinerja yang ada, namun melebihi apa yang ada saat ini. Kuncinya adalah dorong staf untuk berkreasi memecahkan masalah, berikan mereka kesempatan mencoba walau seringkali gagal. Percobaan menciptakan proses belajar, kegagalan bermanfaat sebagai pembelajaran4
Lean sangat menghargai dan mendukung staf. Pemberdayaan atau keterlibatan staf termasuk dokter dan staf penunjang lainnya memberikan dampak balik seperti: 1) Berfokus pada keselamatan dan kesejahteraan staf, 2) Memastikan staf memiliki apa yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut, 3) Tidak menempatkan staf dalam proses yang salah, 4) Tidak mendorong pemotongan biaya melalui PHK, 5) Tidak membebani staf, 6) Memiliki jumlah SDM yang tepat, 7) Memberikan bantuan dan dukungan bila diperlukan, 8) Tidak menyalahkan staf karena kesalahan sistem, 9) Memungkinkan orang melakukan pekerjaan yang berarti, 10) Memungkinkan staf bekerja sesuai tingkat kewenangannya, 11) Mendengarkan dan melibatkan para staf dalam upaya perbaikan6.
- Strategi dan Pemilihan Metode/Tools
Dalam pelayanan kesehatan, Lean adalah konsep yang sangat jelas yang berhubungan dengan mutu, keselamatan pasien, biaya, waktu tunggu dan moral staf. Lean memberikan manfaat pada kelancaran proses dan keselamatan pasien7,8. Dalam alur pelayanan pasien, fokus lean adalah menghilangkan pemborosan (Waste) dalam proses. Untuk mewujudkan manfaat ini dan untuk keberhasilan implementasi lean berikutnya memerlukan keseimbangan antara filosofi, konsep dan tools implementasinya.
Beberapa strategi yang dapat membuat implementasi lean menjadi sukses antara lain: (1) Visi dan partisipasi top manajemen, (2) Rasa memiliki dan dorongan penyebarluasan hasilnya, (3) Gunakan fasilitator, baik internal maupun eksternal organisasi, (4) Fokus pada manfaat, (5) Cepat mengimplementasikan, (6) Pilih alat/perangkat lunak atau keras yang tepat, (7) Integrasikan seluruh upaya perbaikan dengan keseluruhan strategi dan operasi bisnis9. Sedangkan pemilihan metode, alat dan teknik untuk mengimplementasikan lean dapat mempertimbangkan apakah menggunakan tools yang dikembangkan sendiri atau diadaptasi dari pihak lain9. Termasuk tools yang tepat dan dipilih untuk membuat alur proses menjadi bebas waste.
- Penutup
Di Rumah Sakit, Keberhasilan Implementasi LSS memerlukan partisipasi signifikan dari manajer, clinical leadership dan staf klinis di garis depan. Dengan pemberdayaan staf termasuk staf medis dan pemilihan strategi, tools yang tepat, Lean akan sukses memberikan manfaat bagi organisasi. Lean akan mendukung staf dan dokter dalam melaksanakan tugasnya. Lean akan menghilangkan hambatan agar mereka tetap fokus untuk memberikan pelayanan.
Firman
Prodi S3 FK UGM
Topik Disertasi : Implementasi Lean Six Sigma di Rumah Sakit
Sumber:
- Kotelnikov V. Kaizen and Total Quality Management (TQM). http://www.1000ventures.com/business_guide/mgmt_kaizen_tqc_main.html. Published 2017. Accessed June 1, 2017.
- Imai M. Gemba Kaizen. Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Prestindo; 1997.
- Suwondo C. Penerapan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) di Indonesia. J MAGISTER Manaj. 2012;1(1):29-48.
- Berlanga GA, Husby BC. Lean Daily Management for Healthcare Field Book. Boca Raton: CRC Press; 2017.
- Protzman C, Whiton F, Kerpchar J, Lewandowski CR, Stenberg S, Grounds P. The Lean Practitioner’s Field Book. Boca Raton: CRC Press/Taylor & Francis Group, LLC; 2016.
- Graban M. Lean Hospitals: Improving Quality, Patient Safety, and Employee Satisfaction. Third. Boca Raton: CRC Press; 2016.
- Andreamatteo AD, Ianni L, Lega F, Sargiacomo M. Lean in healthcare : A comprehensive review. Health Policy (New York). 2015;119(9):1197-1209. doi:10.1016/j.healthpol.2015.02.002.
- Moraros J, Lemstra M, Nwankwo C. Lean interventions in healthcare — do they actually work? A systematic literature review. Int J Qual Heal Care. 2016:1-16. doi:10.1093/intqhc/mzv123.
- Harrison A. What makes Lean/Six Sigma Succed. In: Antony J, Kumar M, eds. Lean Six Sigma: Research and Practice. Ventus Publishing ApS; 2011:175-189.
14 Rumah Sakit Swasta di Riau Tak Layani Pasien Peserta BPJS
PEKANBARU – Meski pemerintah berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat kurang mampu melalui program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), namun pada kenyataannya masih ada Rumah Sakit (RS) swasta di Riau tidak melayani peserta BPJS.
Misalnya saja di Provinsi Riau masih ada RS yang belum membentuk pelayanan pasien menggunakan program BPJS. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan (Diskes) Riau, setidaknya ada 57 RS yang menyediakan pelayanan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu.
“Dari 71 rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan dengan BPJS di Provinsi Riau, ada 14 rumah sakit yang belum ada (pelayanan) BPJS,” terang Kepala Diskes Provinsi Riau, Mimi Nazir kepada CAKAPLAH.com, Senin (3/7/2017).
Masih kata Mimi Nazir, untuk pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) semuanya sudah melayani pasien peserta BPJS. Di Riau terdapat 213 Puskesmas namun hanya 25 saja yang terakreditasi. Hal sama juga juga 981 Pustu di Riau telah melayani BPJS. Mimi juga mengatakan tidak ada satupun posyandu di Riau yang melayani peserta BPJS.
“Kalau klinik dari 570 setidaknya ada 181 klinik yang sudah melayani peserta BPJS. Kita terus dorong rumah sakit dan klinik di Riau untuk dapat bekerjasama memberikan pelayanan BPJS,” pungkasnya.
Sumber: cakaplah.com
RSUD Buntok Segera Berlakukan Jam Besuk Pengunjung
Buntok – Rumah Sakit Umum Jaraga Sasameh Buntok Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, akan memberlakukan jam besuk bagi pengunjung.
“Jam besuk bagi yang mengunjungi pasien itu akan kita berlakukan dalam waktu dekat ini,” kata Direktur RSUD Jaraga Sasameh Buntok, Yardi Nazar, di Buntok, Senin.
Ia mengatakan jam besuk atau jam berkunjung tersebut memang harus diberlakukan pada setiap rumah sakit.
“Di luar jam besuk, hanya satu orang keluarga pasien yang boleh menunggu di dalam ruangan, kecuali pada saat jam berkunjung yang telah ditentukan,” ucap Yardi Nazar.
Menurut dia, sejak menjadi direktur RSUD Jaraga Sasameh Buntok, jam berkunjung telah disosialisasikan sejak Mei 2017.
“Kita mengharapkan, di luar jam besuk dimohon kepada masyarakat yang berkunjung ke rumah sakit agar mentaati aturan yang akan diberlakukan itu,” tambahnya.
Ia meminta jam besuk yang akan segera diberlakukan tersebut agar tidak dilanggar oleh para pengunjung maupun keluarga pasien.
“Jadi sekali lagi kami mohon kesadaran dan pengertian masyarakat kalau nantinya disuruh keluar dari ruangan pada saat di luar jam besuk,” pinta dia.
Hal tersebut dilakukan agar pasien yang sedang dirawat tidak terganggu, sehingga bisa cepat sehat.
Sumber: antaranews.com
Layanan Kesehatan Minim, Ratusan Pasien RSU Tangsel Tidak Terlayani
TANGERANG – Ratusan pasien Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terlantar, sejak beberapa malam terakhir. Mereka tidak terlayani di loket pendaftaran rumah sakit.
Ratusan warga terlihat membludak di depan area lobby rumah sakit, hingga pelataran parkir gedung yang ada di pinggir Jalan Raya Padjajaran, Kecamatan Pamulang.
Rabiah, salah seorang pasien terlantar mengatakan, sudah beberapa malam dirinya mendaftar di RSU Kota Tangsel. Namun tidak pernah bisa, karena banyaknya orang yang ingin mendaftar.
“Hampir setiap malam pasien membludak seperti ini, pusing saya,” katanya, saat ditemui wartawan, di pelataran RSU Kota Tangsel, Pamulang, Senin (3/7/2017).
Wanita setengah baya itu menambahkan, dirinya datang untuk mendaftar berobat ke poli jantung pagi hari. Namun, pagi itu dia diminta petugas pelayanan agar datang kembali pada malam harinya.
Dengan perasaan kesal dan wajah letih, Rabiah terpaksa kembali lagi ke rumah sakit malam hari. Namun alangkah kagetnya dia, saat tiba malam hari, rumah sakit dalam keadaan jauh lebih ramai.
“Saat saya datang malam, petugas malah bilang kuota pendaftaran pasien sudah penuh. Kirain mah cuma kemarin malam doang, ternyata sama juga. Masa mau daftar berobat kayak antre sembako. Udah gitu malam-malam lagi,” terangnya.
Akhirnya, Rabiah kembali pulang ke rumah dan kembali esok harinya. Dengan perasaan kecewa, Rabiah berharap, pihak RSU Kota Tangsel bisa memperbaiki lagi pelayanan kesehatannya agar tidak ada pasien yang terlantar seperti dirinya.
“Saya daftar berobat untuk suami saya. Gak papa saya antre, yang penting penyakit suami saya bisa sembuh. Semoga kedepan, pelayanan RSU Kota Tangsel diperbaiki lagi,” ungkapnya. (pur)
Sumber: sindonews.com
Rumah Sakit Diminta Utamakan Pelayanan KIBBLA
Medan. Seluruh rumah sakit di Medan diimbau agar mengutamakan pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) dalam kondisi darurat, tanpa menanyakan status ekonomi dan meminta jaminan uang muka.
Sebab, semuanya telah dijamin Pemerintah Kota (Pemko) Medan melalui Perda 06/2009 tentang KIBBLA Kota Medan.
Demikian Sekretaris DPC Partai Hanura Kota Medan Hendra DS saat sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) di Jalan Air Bersih Medan, baru-baru ini.
“Khusus rumah sakit swasta, akan mendapat penggantian biaya dari pemerintah daerah (Pemda) jika keluarga tersebut dinyatakan tidak mampu,” ujarnya di hadapan konstituennya para ibu rumah tangga di kawasan Kecamatan Medan Kota.
Karenanya, ungkap Wakil Ketua Fraksi Partai Hanura DPRD Medan, seluruh rumah sakit baik pemerintah atau swasta, diimbau agar melayani pasien KIBBLA sesuai dengan standar pelayanan.
“Para penyedia jasa pelayanan kesehatan juga memiliki kewajiban melaporkan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita ke dinas kesehatan,” tukasnya sembari menyatakan pihak rumah sakit atau jasa pelayanan kesehatan yang melanggar perda ini bisa dikenakan pelanggaran pidana.
Berikan Sanksi
Bahkan pemko selaku penyelenggara pelayanan KIBBLA, ungkapnya bisa memberikan sanksi peringatan, bahkan mencabut izin praktik fasilitas kesehatan sesuai pasal 11 perda tersebut.
Sedangkan bagi setiap tenaga kesehatan KIBBLA, berhak mendapatkan tambahan penghasilan yang wajar (pasal 7 poin 1). Tambahan penghasilan yang wajar sebagaimana pasal 7 poin 1 sebagaimana diatur dalam peraturan kepala daerah/peraturan walikota (Perwal).
“Umumnya setinggi pimpinan rumah sakit pasti telah mendapatkan sosialisasi KIBBLA ini. Hanya sangat disayangkan masyarakat yang tidak tahu dan mengerti terkait Perda KIBBLA ini,” tegasnya seraya menyatakan pasien KIBBLA yang tidak ditanggapi penyelenggara jasa kesehatan, baik klinik atau rumah sakit silahkan melapor ke dinas kesehatan. (aru)
Sumber: analisadaily.com
Hari Pertama Pelayanan Poli, Pasien Rawat Jalan Padati Rumah Sakit
BULUKUMBA — Pasca lebaran dan libur panjang, poli Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba kembali aktif melayani masyarakat Bulukumba dan sekitarnya.
Hari pertama berkantor, Senin (3/7/17) terlihat banyaknya pengunjung memadati rumah sakit.
Umumnya pengunjung, pasien rawat jalan yang ingin periksa di poli pemeriksaan rawat jalan.
Selama lebaran dan libur panjang pihak rumah sakit menutup sementara Poli pemeriksaan rawat jalan. Namun ruangan dan kamar perawatan seperti UGD, ICU, Pavilium, Asoka, Melati, Mawar dan seruni tetap beraktivitas seperti biasa. Begitupula, sarana pemeriksaan penunjang seperti Radiologi dan Laboratorium.
Pelaksana Tugas DirekturRSUD Sultan Daeng Raja, dokter Abdur Radjab mengungkapkan, hal itu dimaksudkan untuk menghormati perayaan hari raya Idul fitri 1438 H oleh umat islam.
“Penetapan hari libur tmengacu keputusan presiden untuk menghormati umat Islam merayakan hari raya idul fitri. Bagi teman teman dokter, bidan, perawat selama hari libur sudah dibuatkan jadwal atau shift jaga, sehingga tidak mengganggu pelayanan di kamar perawatan,” jelasnya.
Pengunjung rumah sakit mengaku datang lebih awal untuk memeriksakan kondisi kesehatannya di Poli Interna (penyakit dalam).
Hal itu dilakukan, karena menurutnya hari pertama kerja, memamng diprediksi banyak pasien ingin periksa kesehatan atau berobat. Meski demikian, mungkin pula ada hanya ingin konsultasi dokter. (penulis: sufri).
Sumber: fajar.co.id
IHC Tawarkan Diskon Harga Obat Sampai 60 Persen
Indonesia Healthcare Corporation (IHC), sebuah jaringan Pengelolaan Rumah Sakit atau operatorship terbesar di Indonesia yang mengelola lebih dari 70 Rumah Sakit (RS) BUMN, menargetkan harga obat akan lebih rendah sebesar 60% dibandingkan harga obat di Rumah Sakit (RS) swasta.
“Obat-obat IHC adalah obat-obatan e-catalog,” kata Dany Amrul lchdan, Direktur Utama Pertamedika IHC di Jakarta, kemarin.
Begitupula obat-obat yang tidak masuk e-catalog juga diberikan IHC dengan potongan harga sebesar 30% – 50%.
Dijelaskan, kerja sama yang dilakukan RS IHC Group tersebut tidak sekadar membuat harga obat murah. Tapi, juga soal join pengelolaan klinik, misalnya dengan Kimia Farma.
“Diupayakan tidak lari ke RS swasta, kalau RS BUMN mumpuni,” jelasnya.
Ditambahkan, IHC juga menargetkan untuk membangun 20 RS baru kedepannya. Peluang untuk menambah RS cukup terbuka lebar, mengingat masih banyak aset yang belum dimanfaatkan.
“Kita target membangun banyak lagi rumah sakit, paling tidak harus ada tambahan 20 rumah sakit. Selanjutnya, membuat program kerja untuk memperbaiki proses bisnis agar biaya rumah sakit efisien, maka biaya obat-obatan juga harus lebih efisien,” tandas Dany.
Sumber: pasardana.id
Lebaran, RS Regional-RSUD Tetap Buka
Manajemen Rumah Sakit (RS) Regional Sulawesi Barat, tetap akan menjalankan pelayanan kesehatan pada Idul Fitri 1348 H.
Direktur RS Regional Sulbar dr. Andi Munasir menjelaskan, aktivitas pelayanan kesehatan tetap berjalan seperti hari-hari biasa. “Kami tetap standby melayani masyarakat yang ingin berobat, walaupun itu waktu libur atau perayaan lebaran Idul Fitri,” kata Andi Munasir di ruang kerjanya, Selasa 20 Juni.
Ia menyebutkan, perawatan seperti Poli Umum, Instalasi Gawat Darurat (IGD), kamar bersalin, dan perwatan umum akan tetap berjalan seperti biasanya dengan petugas secara bergantian, baik dokter ahli, perawat maupun petugas medis lainnya.
“Hanya saja bagian manajemen dan rawat jalan itu yang tidak ada,” ujar Munasir. Termasuk pelayanan ambulans, kamar pelayanan operasi, dan unit transfusi darah akan tetap berjalan secara normal.
Munasir menambahkan, selain pelayanan, di RS Regional Sulbar juga sudah membuat posko jaga di Terminal Simbuang Mamuju. “Jika ada masayarakat membutuhkan pelayanan cepat silahkan ke RS Regional atau ke posko pelayanan kesehatan di Terminal Mamuju,” sebutnya.
Sama halnya disampaikan Direktur RSUD Mamuju dr. Acong. ia menjelaskan, kesiapan pelayanan dalam jelang lebaran sudah mantap. “Kami pihak RSUD Mamuju tetap buka dan melayani seperti hari biasa, utamanya dalam pelayanan IGD buka 24 jam,” terang dr Acong melalui via Short Message Service (SMS), kemarin. (gun/ham)
Sumber: fajar.co.id
Pengembangan RSGMP Dongkrak Penelitian Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut
Makassar – Keberadaan rumah sakit pendidikan tak terlepas dari fakultas kedokteran atau fakultas kedokteran gigi. Untuk itu, Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti mengingatkan pentingnya kerja sama antara keduanya dalam penyelenggaraan program studi kedokteran. Hal ini dipaparkan melalui sebuah kuliah umum di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RSGMP) di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ghufron menyambut baik hadirnya RSGMP di Universitas Hasanuddin. Dia menjelaskan, penyelenggaraan RSGMP bertujuan menyediakan sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, serta penelitian di bidang kesehatan gigi dan mulut dari tingkat dasar sampai spesialis. Selain itu, juga menjadi upaya rujukan sebagaimana tertera dalam Permenkes Nomor 1173 Tahun 2014.
“Setiap Rumah Sakit Pendidikan, termasuk di sini adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan, harus segera diurus untuk mendapatkan minimal akreditasi, sehingga dapat diajukan kepada Kementerian Kesehatan untuk ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan,” ujarnya, Jumat (16/6) di ruang pertemuan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hasanuddin.
Pada kesempatan tersebut, Ghufron berpendapat bahwa kualitas suatu program studi profesi sebaiknya menjadi satu kesatuan dengan program studi sarjana. “Jika program studi sarjana memiliki akreditasi A, maka program studi profesinya juga memiliki akreditasi A, atau akreditasi pendidikan program studi profesi dapat juga berintegrasi dengan RS Pendidikan sehingga memiliki akreditasi yang sama dengan Rumah Sakit-nya,” terangnya.
Ghufron menyebut, saat ini Indonesia telah memiliki 33 RSGM, dengan rincian 30 RSGM Pendidikan dan 3 RSGM Non-pendidikan. Dari jumlah tersebut, 19 RSGM Pendidikan telah siap memiliki izin operasional dan 10 RSGMP masih dalam proses pembangunan.
“Kami berharap jumlah RSGM itu dapat untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pendidikan, penelitian, serta pelayanan bidang kesehatan gigi dan mulut,” imbuhnya.
Melalui Komite Bersama antara Kemristekdikti dan Kemenkes, saat ini juga sedang dikembangkan konsep Academic Health System (AHS) yang akan mengatur dan mengharmoniskan hubungan antara perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan, dan practice plan (pemerintah daerah, lembaga penelitian, industri, dan lainnya). Diharapkan, konsep ini mampu meningkatkan cakupan dan kualitas pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan.
“Saya berharap ke depannya prodi spesialis di perguruan tinggi dapat mengajukan usulan bagi para dokter spesialis untuk mendapatkan beasiswa khusus bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,” tukas Ghufron. (indri)
Sumber: sumberdaya.ristekdikti.go.id