Inovasi dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan wearable technology dapat membantu meringankan beban perawatan kesehatan global yang terus meningkat. Selama periode 2000 sampai dengan 2015, rata-rata harapan hidup global meningkat menjadi 71.4 tahun. Seiring dengan fakta meningkatnya penduduk usia lanjut akan membutuhkan perawatan berkelanjutan untuk kondisi yang lebih kompleks di kemudian hari. Tentunya hal ini akan mempengaruhi biaya. Seiring dengan meningkatnya biaya obat-obatan dan prosedur baru akan menyebabkan “inflasi kesehatan” yang angkanya dapat melebihi industri lain. Banyak sektor telah menggunakan teknologi untuk melakukan berbagai hal sayangnya sektor yang paling lambat untuk merespon teknologi adalah kesehatan. Meskipun lambat dalam respon, namun terdapat hal yang cukup menjanjikan yaitu artificial intelligence (AI) yang secara signifikan dapat membantu menurunkan beban dokter, seperti membuat prediksi diagnosis untuk kasus-kasus radiologi, patologi, dermatologi, dan spesialisasi lainnya.
Reportase Webinar E-Medical Record dan Aspek Legal
Reportase
Webinar Smart Hospital: E-Medical Record dan Aspek Legal
Ruang Laboratorium Leadeship PKMK FK-KMK UGM
13 Agustus 2018
Webinar smart hospital series kali ini membahas e-medical record dan aspek legal. Topik tersebut dibahas oleh seorang pembicara yaitu Kasubdit Penunjang Yankes Rujukan, dr. Asral Hasan, MPH serta moderator Anis Fuad, S.Ked., DEA.
Pembicara dr. Asral menyampaikan bahwa regulasi atau peraturan mengenai rekam medis elektronik sedikit terlambat. Pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan mengupayakan tahun ini akan menyelesaikan regulasi rekam medis elektronik, sehingga ada payung hukum untuk pelaksanaannya. Namun faktanya beberapa peraturan sudah membolehkan penggunaan rekam medis elektronik. Pertukaran data rekam medis secara hukum sebenarnya tidak diperbolehkan, namun yang diperbolehkan untuk dipertukarkan adalah resume medis.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan nasional terdapat 3 pilar, yaitu paradigma kesehatan, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional. Dalam pembahasan mengenai e-medical record lebih pada penguatan pelayanan kesehatan.
Beberapa peraturan sudah dapat digunakan sebagai dasar penggunaan rekam medis elektronik. Beberapa diantaranya: Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, serta Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peraturan yang lain adalah Permenkes Nomor 269, namun belum menjelaskan secara rinci mengenai rekam medis elektronik. Selain itu juga ada PP Nomor 46 Tahun 2014 yang sudah menjelaskan bahwa rekam medis bisa berbentuk elektronik. Saat ini sedang dilakukan revisi untuk Permenkes Nomor 269 supaya dapat dengan rinci mengatur penggunaan rekam medis elektronik, diharapkan tahun ini akan selesai.
Dalam penerapan e-medical record terdapat beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi. Kendala tersebut adalah infrastruktur jaringan yang belum stabil atau belum menjangkau seluruh wilayah, kurangnya sumber daya manusia rekam medis dan IT di fasyankes, serta belum seluruh rumah sakit menerapkan SIMRS dan SISRUTE. Kemudian tantangan yang dihadapi yaitu kurangnya komitmen fasyankes untuk menjalankan rekam medis elektronik, aspek legal dan standar keamanan rekam medis elektronik belum tersedia, serta penggunaan aplikasi SISRUTE yang user friendly di semua fasyankes untuk integrasi dalam rujukan dan data rekam medis.
Dengan adanya kendala dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan e-medical record, maka diperlukan adanya tindak lanjut untuk menghadapinya. Bentuk tindak lanjutnya adalah perlu adanya kurikulum yang disesuaikan untuk rekam medis elektronik dan integrasi, pelatihan sumber daya manusia rekam medis, penyediaan infrastruktur jaringan internet, komitmen fasyankes untuk menyelenggarakan rekam medis elektronik dan rekam medis integrasi, serta pelaksanaan rekam medis integrasi pada rumah sakit rujukan.
Reporter: Miftakhul Fauzi (PKMK UGM)
Materi:
RSUD Salatiga Terancam Tak Beroperasi
SALATIGA – RSUD Kota Salatiga terancam tidak dapat beroperasi memberikan pelayanan optimal kepada pasien, terutama pasien BPJS pada September mendatang. Kondisi tersebut terjadi karena sejak April hingga Agustus, klaim BPJS lebih dari Rp 30 miliar tidak terbayar. Praktis dalam kurun waktu sekitar 5 bulan tersebut, RSUD menggunakan pembiayaan sendiri untuk menangani pasien BPJS.
Hal itu diungkapkan Dirut RSUD Kota Salatiga dokter Sri Pamudji Eko Sudarko, saat menerima kunjungan kerja anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jateng, Bambang Sadono, Sabtu (11/8) pagi.
”Rata-rata tunggakan BPJS setiap bulan di RSUD Kota Salatiga sekitar Rp 6,8 miliar. Bila dalam lima bulan tidak dibayar klaim dari BPJS maka bisa dihitung jumlah tunggakannya yang sangat besar mencapai Rp 34 miliar. Agustus ini kondisi keuangan sudah sangat tidak memungkinkan. Bila September BPJS tidak terbayar, maka RSUD terancam tidak dapat beroperasi dengan optimal,” kata dokter Sri Pamudji.
Dijelaskannya, terakhir klaim BPJS terbayar pada Maret lalu. Diakuinya kondisi yang sama juga terjadi di rumah sakit lainnya. Hal itu berdasarkan laporan para pimpinan rumah sakit di beberapa daerah lain. Menurut Sri Pamudji, RSUD tetap berupaya memberikan pelayanan terbaik di tengah krisis keuangan tersebut, namun ada batasnya pelayanan itu dapat diberikan dengan baik.
”Bila kondisi klaim BPJS tidak terbayar terus-menerus, maka yang sangat dirugikan adalah masyarakat juga, akibat rumah sakit tidak dapat memberikan pelayanan terbaik,” tegasnya.
Dokter Pamudji berupaya meminta dukungan dari APBD tetapi belum ada persetujuan. Kondisi yang sama juga telah disampaikan ke Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga, dan telah ditindaklanjuti dengan berbagai upaya mengatasi persoalan RSUD Kota Salatiga. Meski demikian dari sisi pelayanan rumah sakit, dokter Pamudji tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik. RSUD juga memberikan pelayanan home visit, di mana pasien BPJS yang kondisinya sudah membaik, disarankan pulang dan akan mendapat perawatan (home visit) di rumah.
Situasi Darurat
Sementara itu Bambang Sadono menjelaskan, situasi rumah sakit termasuk RSUD sudah demikian darurat, terkait klaim BPJS yang tidak terbayar selama beberapa bulan (5 bulan). RSUD Salatiga yang selama ini memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui program BPJS, sangat terkena dampaknya. Apalagi hampir 80 persen pasiennya merupakan peserta BPJS. Secara finansial rumah sakit jelas sangat terganggu.
”Saat ini memang rumah sakit dalam kondisi darurat. Perlu dicari solusi bersama atas persoalan tersebut. Pemerintah harus turun tangan menyelesaikan persoalan tersebut. Kami mendapat informasi bila BPJS akan disuntik dengan APBN, tetapi sampai sejauh mana kebijakan tersebut, karena di sejumlah rumah sakit hingga kini belum terselesaikan,” kata Bambang.
Di sisi lain, Bambang Sadono meminta agar masyarakat memahami kondisi rumah sakit, sehingga tidak meminta pelayanan lebih. Rumah sakit seperti RSUD Kota Salatiga sudah jelas berada dalam posisi sulit juga, karena pasti standar pelayanan rumah sakit akan terganggu, akibat persoalan finansial.
Sumber: suaramerdeka.com
Meski Belum Diresmikan, Ruang Di RSUD Pobundayan Akan Difungsikan
KOTAMOBAGU – Ruang di gedung baru rumah sakit umum daerah (RSUD) di Pobundayaan, akan difungsikan, Senin (13/8/2018).
Walaupun gedung ini belum diresmikan, namun pihak rumah sakit akan mengoperasikan gedung ini, karena ada beberapa gedung lama akan dilakukan pembongkaran.
“Gedung ini sudah selesai dibangun, maka kami akan fungsikan seperti kelas satu, dua, tiga dan VIP serta ruangan kelas 3 kebidanan dan kandungan,” ujar Humas RUSD Kotamobagu, Gunawan Ijom.
Kata dia, RSUD di Pobundayan memiliki 300 tempat tidur dan 58 kamar, terbagi dalam lima kelas yakni kelas satu, dua, tiga, VIP dan VVIP.
Di samping itu, RSUD memiliki empat lift yang berdiri di dua tower dan tangga darurat. Setiap ruangan di lengkapi sisi TV serta perlengkapan medis seperti rontegen dan THT.
Lanjut dia, gedung rumah sakit umum daerah Kotamobagu yang terbesar di Bolaang Mongondow Raya (BMR) yang menelan anggaran miliaran rupiah dari dana APBD dan APBN.
“Ini RSUD rujukan tipe B,” ujar Gunawan Ijom.
Kepala Tata Usaha Rutman Lantong mengatakan, untuk peresmian gedung baru ini, masih menunggu jadwal dari Pemerintah Kotamobagu.
“Kami sudah siap. Mulai dari gedung hingga peralatannya. Hari kami akan fungsikan beberapa gedung,” ujar Rutman Lantong.
Ia menambahkan, gedung tersebut harus diisi oleh dokter dan perawat. Karena saat ini masih kekurangan petugas medis.
“Kami telah mengusulkan ke Badan Kepegawaian Daerah sekitar 500 petugas medis termasuk dokter spesialis,” ujar Rutman.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah, Sahaya Mokoginta, mengusulkan ke Menpan RB khusus CPNS tenaga kesehatan 500 orang dari 851 yang diusulkan.
“Permintaan khusus tenaga kesehataan, akan mengisi rumah sakit yang baru,” ujar Sahaya Mokoginta.
Sumber: tribunnews.com
RSUD dr Pirngadi Miliki Ruangan Konsultasi Forensik
Medan – RSUD dr Pirngadi Medan memiliki ruangan baru, namanya Ruangan dr RK Satija. Ruangan itu akan dipergunakan khusus untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat di bidang forensik. Rabu (8/8), ruangan tersebut diresmikan Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin.
Kehadiran ruangan itu diharapkan dapat menumbuhkan kembangkan ilmu forensik, termasuk membantu melaksanakan pemeriksaan kedokteran forensik bagi kepentingan peradilan jika diminta penyidik polisi.
Selain itu peresmian ruangan itu juga sebagai bentuk apresiasi dan tanda jasa kepada dr RK Satija yang merupakan pendiri bagian Kedokteran Forensik di RSUD dr Pirngadi Medan. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti yang dilakukan Wali Kota bersama Konsulat Jendral (Konjen) India untuk Provinsi Sumatera Utara, Dr Shakira Shah.
Dihadapan jajarannya dan Guru Besar Ahli Forensik, Prof Dr Amri Amir, Wali Kota dalam sambutannya menyambut baik diresmikannya Ruangan dr RK Satija tersebut. Dengan peresmian ruangan itu, Wali Kota berharap dapat menjadi kebanggaan tersendiri bagi para dokter Forensik di RSUD dr Pirngadi. Sebab dr RK Satija merupakan sosok pahlawan sehingga perlu dikenang. Itu sebabnya salah satu ruangan di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal diberi nama Ruangan dr RK Satija sekaligus pembuatan prasastinya.
Selanjutnya Wali Kota lebih jauh memaparkan, sosok dr RK Satija yang berasal dari India sangat layak menjadi panutan bagi semua, terutama para dokter forensik atas keilmuwan dan jasa yang telah diberikan semasa hidupnya. Di samping itu dengan pemberian nama salah satu ruangan di Instalasi Forensik dengan nama dr RK Satija semakin mempererat hubungan antara India dan Indonesia, termasuk Kota Medan yang selama ini sudah terjalin dengan baik akan semakin baik lagi ke depannya.
“Semoga semangat dr RK Satija yang telah mendirikan bagian Kedokteran Forensik RSUD dr Pirngadi dan Fakultas Kedokteran (FK) USU dapat menjadi panutan. Dengan demikian para dokter forensik dapat meningkatkan inovasi maupun pelayanan kepada masyarakat di RSUD dr Pirngadi,” harapnya.
Apresiasi dan terima kasih juga disampaikan Konsul India untuk Provinsi Sumut, Dr Shakira Shah, karena telah menggunakan nama dr RK Satija yang berasal dari India sebagai nama ruangan Kedokteran Forensik di RSUD dr Pirngadi Medan. Tentunya dengan peresmian ruangan ini semakin mempererat hubungan antara India dan Indonesia, khususnya Kota Medan dibidang Kesehatan.
Kedepannya bilang Shakira, India dan Kota Medan akan meningkatkan hubungannya lagi, terutama di bidang Kesehatan. “Dalam waktu dekat ini akan datang dokter spesialis mata dari India ke Kota Medan untuk memberikan premi ke RSUD dr Pirngadi maupun sejumlah rumah sakit lainnya,” jelas Shakira.
Sementara itu menurut Dirut RSUD dr Pirngadi Medan, dr Suryadi Panjaitan, pemberian nama dr RK Satija sebagai nama ruangan Kedokteran Forensik sebagai bentuk tanda jasa kepadanya. Dikatakannya, dr RK Satija merupakan Kepala Departemen Forensik pertama di RSUD dr Pirngadi Medan dan Fakultas Kedokteran USU. “Semoga dengan peresmian ruangan ini dapat menumbuh kembangkan ilmu forensik,” ungkap Suryadi.
Sumber: waspada.co.id
RSUD Anugerah Tomohon Tambah Dua Ruangan untuk Pasien Rawat Inap
TOMOHON – Pelayanan kesehatan masyarakat di Kota Tomohon terus dikembangkan.
Di awal Agustus baru dibuka layanan umum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anugerah. Kini RSUD Pratama Tipe D tersebut, menambah lagi dua ruangan baru khusus pasien rawat inap.
“Ini tentu jadi motivasi kita untuk memberikan pelayanan kesehatan publik. Memang masih terbatas layanannya. Tapi dengan servis yang prima tulus dan ramah. Saya yakin, ke depannya rumah sakit ini bisa naik statusnya bertahap,” kata Wali Kota Jimmy Eman usai prosesi peletakan batu pertama di RSUD Anugerah Kota Tomohon, yang dipimpin oleh Ketua Sinode GMIM Pdt Hein Arina MTh, Rabu (8/8/2018).
Lanjut Wali Kota, dengan semangat layanan prima, tulus dan ramah tersebut. Jaminan psikologis seluruh pasien juga jadi prioritas. Bagi rumah sakit dengan total luas sekira 3,2 hektare ini.
“Kalau perlu, sebelum diperiksa dokter. Pasiennya sudah sembuh, aspek psikologis ini juga penting. Senyum dan membuat pasien serasa di rumah sendiri,” katanya lagi.
Kepala Dinas Kesehatan dr Dessje Liuw mengatakan, di bulan Agustus ini, seluruh layanan RSUD diberikan secara cuma-cuma. Plus topangan antar jemput gratis bagi seluruh warga kota bunga.
“Ini bukti komitmen kita menjamin kualitas layanan kesehatan pada seluruh warga. Mudah-mudahan dengan adanya RSUD ini, alternatif dan pilihan warga mendapatkan layanan kesehatan makin terjamin,” kata Liuw.
Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) bersama perusahaan BPJS-Kesehatan dan PT Jasa Raharja. (fer)
Sumber: tribunnews.com
Manajemen RSUD Pangkep Simulasi Kebakaran
PANGKAJENE – Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkep melakukan simulasi kebakaran di Ruang Asoka RSUD Pangkep, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulsel, Rabu (8/8/2018).
Simulasi kebakaran dimulai dari pengaktifan alarm kode dan semua petugas bergerak membawa pasien. Namun, api sudah membesar dan ada 4 orang pasien di dalam ruangan terkepung api.
Secepat kilat, Direktur RSUD Pangkep, dr Annas Ahmad memerintahkan untuk melakukan evakuasi dan menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran Pangkep.
Akhirnya 10 menit kemudian Dinas Pemadam Kebakaran Pangkep tiba dan langsung memadamkan api. Semua panik dan terlihat beberapa petugas mengamankan alat-alat.
Petugas dengan helm biru melakukan evakuasi pasien, petugas dengan helm kuning mengamankan alat-alat medis, petugas dengan helm putih mengamankan dokumen-dokumen rekam medik dan petugas dengan helm merah membantu memadamkan api.
Seluruh pasien, alat dan dokumen dievakuasi menuju titik kumpul di area belakang rumah sakit kemudian selanjutnya dievakuasi ke IGD untuk mendapatkan penanganan medik.
Sementara, empat orang yang terkurung api berhasil diselamatkan karena kesiapsiagaan petugas rumah sakit yang dibantu oleh petugas pemadam kebakaran.
Api berhasil dipadamkan dalam waktu 15 menit. “Kita siap siaga intinya, jika saja terjadi kebakaran kita sudah tahu bagaimana cara menanganinya,” ujar Direktur RSUD Pangkep, dr Annas Ahmad.
Annas juga menambahkan, simulasi kebakaran ini melatih para bidan dan perawat dalam menjaga pasiennya.
“Mereka dilatih memang agar tidak panik jika ada seperti ini. Ini juga melatih mental dan fisik agar selalu siap siaga jika ada kejadian tiba-tiba,” jelasnya.(*)
Sumber: tribunnews.com
RSUD Wates Tambah 4 Gedung Senilai Rp 258 M
WATES – RSUD Wates bakal mengembangkan pembangunan empat gedung senilai Rp 258 Miliar. Penandatanganan kontrak kerja dilakukan Arif Putranto dari PT Nindya Karya dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) RSUD Wates Gunadi, Direktur RSUD Wates dr Lies Indriyati SpA(K), disaksikan Wakil Bupati Kulonprogo Drs H Sutedjo, Sekda Ir RM Astungkoro MHum, serta lainnya, di aula Menoreh, Selasa (07/08/2018).
“Bagi pemkab, pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang menyerap anggaran terbesar untuk kali ini. Pemkab akan mengawal agar sesuai ketentuan yang berlaku. PT Nindya Karya diharapkan dapat mendayagunakan potensi lokal yang ada, dilaksanakan tepat waktu dan tepat kualitas. Dan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk kelancaran proyek,” kata Wabup Sutedjo.
Direktur RSUD Wates dr Lies Indriyati SpA(K) menyampaikan, pembangunan pengembangan RSUD Wates ini adalah ke arah selatan. Ada 4 gedung yang akan dibangun dengan biaya kolaborasi antara Pemda DIY dan APBD II Kabupaten Rp 270 M. Pemenang lelang ini ternyata bisa efisiensi menjadi Rp 258 M. “Jadi masih ada sisa lelang. Pembangunan ini multi years untuk anggarannya 2018, 2019 dan 2020, tetapi infrastrukturnya, fisiknya diharapkan sudah selesai pada akhir 2019. Desember 2019 semua pelaksanaan fisik sudah selesai dan tahun 2020 tinggal finishingnya saja,” urai Lies.
Pembangunan ini, lanjut Lies, adalah amanah dari Gubernur DIY untuk mendukung adanya bandara internasional yang baru di Kulonprogo. Karena bandara kelas internasional, maka RSUD Wates diharapkan standar pelayananannya adalah berstandar internasional. Sebab ada akreditasi rumah sakit, maka akan mengejar adalah antara tahun 2020 sampai 2023 diharapkan bisa mencapai akreditasi kelas internasional. (Wid)
Sumber: krjogja.com
RSUD SLG Kediri Diresmikan, Januari 2019 Terima Pasien, Deretan Dokter Spesialis ini yang Layani
KEDIRI – RSUD Simpang Lima Gumul (SLG) diresmikan Bupati Kediri dr Haryanti Sutrisno. Peresmian ditandai dengan pengguntingan pita dan melihat kondisi ruangan rumah sakit tipe C, Selasa (7/8/2018).
Namun meski telah diresmikan, rumah sakit baru menerima pasien mulai Januari 2019. Saat ini telah diurus berbagai perizinan dan mempersiapkan tim work yang bakal menangani rumah sakit.
Untuk rumah sakit tipe C bangunannya sangat megah dan berlantai tiga. Berbagai peralatan medis yang canggih dan terbaru telah didatangkan dan sebagian sudah terpasang.
Pelayanan medis terdiri poliklinik spesialis terdiri Poli penyakit dalam, Poli anak, Poli bedah, Poli kebidanan dan kandungan, Poli jantung, Poli bedah plastik, Poli orthopedi, Poli anastesi, Poli tehab medis, Poli saraf, Poli urologi dan Poli kesehatan gigi anak (pedodonti).
Ada juga poli umum dan general check up, Poli gigi umum dan gigi spesialis, Poli gizi dan Poli VCT. Sedangkan instalasi rawat inap mulao kelas utama VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 serta ruang isolasi.
Rumah sakit juga dilengkapi dengan ruang bedah sentral, ruang instalasi rawat intensive.
Bupati Kediri dr Haryanti menjelaskan, meski memiliki gedung dan peralatan yang canggih, diharapkan sumber daya manusianya dapat melayani masyarakat dengan baik dan penuh perhatian adalah nomer satu.
“Alatnya secanggih apapun kalau para karyawan cuek, eman-eman alatnya. Tapi kalau hanya ramah saja, tapi tidak punya alat apa yang bisa jita kerjakan. Keduanya harus berjalan bersamaan,” ungkapnya.
Direktur RSUD SLG dr Eko Hariyadi menjelaskan, dibangun untuk mencukupi kebutuhan tempat tidur pasien di Kabupaten Kediri yang penduduk dan wilayahnya sangat luas.
“Kami akan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat di atas standar. Sehingga pelayanan yang diberikan paripurna,” jelasnya.
Ditambahkan, untuk tipe rumah sakit kelas C telah dipenuhi kebutuhan dasarnya. Karena telah ada spesialis bedah umum, kandungan, anak dan penyakit dalam. Masing-masing dokter spesialisnya ada 3 ditambah sub spesialisasi.
Karena selain empat dasar spesialis, RSUD SLG telah memiliki spesialis bedah plastik, urologi, orthopedi, jantung, mata, syaraf, patologi klinik dan anastesi.
Sedangkan kapasitas daya tampung pasien dapat mencapai 284 tempat tidur. Namun yang siap untuk dioperasikan saat ini sekitar 80 – 90 tempat tidur.
Rumah sakit telah diperkuat tenaga medis berstatus PNS sebanyak 80 dan 212 tenaga kontrak. Karena untuk menambah daya tampung konsekuensinya juga harus menambah SDM.
Saat ini tim building rumah sakit menjelang operasional menerima pasien tengah menyusun regulasi, SOP, medikal, dokumen hospital untuk menjalankan rumah sakit. “Kami sedang menyiapkan sistemnya, termasuk respon cepat untuk pasien,” jelasnya.
Sementara dr Adi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri menjelaskan saat ini Pemkab Kediri telah memiliki dua rumah sakit yakni RSUD Pare tipe B dan RSUD SLG kelas C.
Sesuai rencana telah ada rencana menjadikan RSUD SLG menjadi kelas B. Sehingga dibutuhkan alat dan sarana SDM yang menunjang. Untuk bangunan telah memenuhi syarat menjadi rumah sakit kelas B. (Surya/Dim)
Sumber: tribunnews.com
RSUD Muba Punya Chemoterapy Center, Penderita Kanker Bisa Manfaatkan Layanan Ini Gratis
SEKAYU—Penigkatan pelayanan yang optimal terus dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu.
Hari ini, Selasa (7/8/2018), dilaunching Chemotherapy Center and Gathering Cancer Survivors.
Peningkatan tersebut terus dilakukan setelah beberapa waktu lalu RSUD Sekayu menambah alat CT Scan dan kamar operasi IGD.
“Jadi, penyintas kanker di Muba tak perlu berobat ke luar negeri, saat ini RSUD Sekayu sudah mempunyai alat kemoterapi untuk mengobati rekan-rekan kita yang mengidap kanker,” kata Direktur RSUD Sekayu, dr Makson Parulian Purba MARS usai Launching Chemoteraphy Center RSUD Sekayu dan Gathering Penderita Kanker se-Kabupaten Muba, Selasa (7/8/18).
Upaya yang dilakukan RSUD Sekayu bersama Pemkab Muba tersebut semata-mata untuk mengakomodir semangat para pejuang kanker untuk bisa sembuh.
“Ya, hal ini sesuai visi dan misi RSUD Sekayu dan keinginan yang sangat kuat Bupati Muba bapak Dodi Reza Alex Noerdin untuk menerima dan melayani seluruh masyarakat Muba secara gratis,” ungkapnya.
Adanya fasilitas baru di RSUD Sekayu ini dapat menjadi modal RSUD Sekayu dalam melayani deteksi dini pengobatan kanker khususnya bagi masyarakat Muba.
“Kami berharap penderita kanker di Muba ini bisa terbantu dengan keberadaan Kemoterapi Center ini, dan bagi masyarakat Muba untuk bisa ke kemoterapi center ini tidak dibebankan biaya karena ditanggung penuh Pemkab Muba. Cukup membawa KTP dan KK,” jelasnya.
Sementara, Bupati Muba H Dodi Reza Alex mengatakan Pemkab Muba bersama RSUD Sekayu akan terus berinovasi dan melakukan terobosan untuk memberikan peningkatan pelayanan bagi masyarakat Muba.
“Penyintas kanker harus terus di support untuk semangat bisa mendapatkan kesembuhan. Nah, keberadaan kemoterapi center di Muba ini setidaknya bisa mendeteksi sejak dini dan menyembuhkan penyintas kanker yang ada di Muba,” kata Dodi.
Dodi menambahkan, keberadaan kemoterapi center gratis bagi seluruh masyarakat Muba khususnya bagi masyarakat kalangan pra sejahtera. “Ini wujud nyata Pemkab Muba untuk bisa melayani semua kebutuhan masyarakat di Muba. Karena kita berharap Muba tidak hanya dikenal sebagai Sport City saja melainkan Medical City juga,”ungkapnya. (SP/Fajeri)
Sumber: tribunnews.com