Jurnal: Health care costs of case management for frequent users of the emergency department: Hospital and insurance perspectives Di sebagian besar unit gawat darurat (Emergency Department/ED) RS, beberapa memiliki jumlah kunjungan pasien yang relatif tinggi. Untuk melakukan peningkatan RS, universitas di Lausanne, Swiss, mengimplementasikan intervensi interdisciplinary case management (CM). Penelitian ini menguji apakah intervensi CM dibandingkan dengan standard care (SC) di ED mengurangi biaya yang dihasilkan oleh pengguna ED, bukan hanya dari perspektif rumah sakit, melainkan juga dari perspektif pembayar pihak ketiga. Meskipun ada perbedaan dalam biaya ekonomi antara pasien dalam intervensi CM dan kelompok SC, hasil penelitian tidak menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik dalam biaya yang terkait dengan intervensi, baik untuk rumah sakit yang menjadi tempat intervensi atau untuk pembayar pihak ketiga. Peran CM yaitu memandu pasien melalui seluruh proses perawatan, lokasi intervensinya tidak terbatas pada rumah sakit tetapi sering meluas. Journey to Shariah Hospital: An Indonesian Experience Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia memikul tanggung jawab untuk membangun sistem kesehatan Islam yang berkualitas. Syariah adalah sistem terbaik untuk setiap aktivitas. Pada tahun 2015 Standar Sertifikasi Rumah Sakit Syariah diterbitkan dan pada tahun 2016 Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa tentang penerapan Rumah Sakit Syariah. Pada tahun 2017, versi kedua Standar tersebut diterbitkan untuk diformalkan oleh Dewan Syariah Nasional. Dalam artikel ini, akan dijelaskan prinsip kerja rumah sakit yang mempraktekkan ketentuan Syariah di Indonesia. Konsep ini menggunakan pendekatan maqasidic dan mengacu pada format Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nasional. Standar normatif dilindungi dan nilai-nilai Syariah ditambahkan di semua poin penting. Rincian teknis lebih lanjut dibuat untuk memastikan penerapan standar yang tepat, yang dibagi ke dalam manajemen Syariah dan layanan Syariah. Dua rumah sakit ditunjuk sebagai proyek percontohan dan masih banyak lagi yang menunggu penerapannya. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa standar Sertifikasi Rumah Sakit Syariah memberikan nilai tambah di atas standar akreditasi rumah sakit nasional. Kinerja rumah sakit diharapkan meningkat melalui penerapan Sertifikasi Rumah Sakit Syariah dengan cara menetapkan budaya kerja berkualitas di staf rumah sakit melalui penanaman nilai syariah. Jurnal Open Source: Can Experience Improve Hospital Management? Practice makes perfect adalah aksioma yang diterima secara luas, tetapi kekhususan konsep ini dapat bervariasi di antara industri yang berbeda. Pada 1960-an, analisis industri pesawat terbang menunjukkan bahwa input tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi satu pesawat berkurang 20% setiap kali kuantitas manufaktur digandakan, menunjukkan adanya efek “kurva belajar” di bidang ini. Satu dekade kemudian, Boston Consulting Group menemukan bahwa biaya produksi dan penjualan juga terkait dengan pengalaman produsen (diwakili oleh akumulasi kuantitas produksi); hubungan antara pengalaman dan efisiensi ini digambarkan sebagai “kurva pengalaman”. Kemungkinan penentu efek kurva pengalaman termasuk peningkatan tingkat hasil, peningkatan efisiensi karyawan, perbaikan dalam spesialisasi pekerjaan dan metode operasi, perubahan pada distribusi sumber daya yang digunakan, dan standarisasi produk dan layanan. Pengalaman efek kurva pertama kali diamati di industri sebagai demonstrasi hubungan antara pengalaman dan efisiensi. Hubungan ini sangat ditentukan oleh peningkatan efisiensi manajemen dan kualitas perawatan. Dalam industri pelayanan kesehatan, hubungan volume-outcome telah ditetapkan sehubungan dengan peningkatan kualitas perawatan, tetapi sedikit yang diketahui tentang efek pengalaman pada efisiensi manajemen. Di sini, peneliti memeriksa hubungan antara pengalaman dan manajemen rumah sakit di rumah sakit Jepang. Reportase Kongres rumah sakit sedunia ke – 42 dilaksanakan pada 10 – 12 Oktober 2018 di Brisbane, Australia. Forum ini dihadiri oleh para ahli kesehatan di bidang rumah sakit. Mereka membagikan pengalaman, praktik baik, perspektif baru serta ilmu-ilmu terkini terutama dalam kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit serta pelayanan kesehatan. Tim dari PKMK turut berpartisipasi pada kegiatan ini dan reportasenya dapat disimak oleh Bapak dan ibu untuk mengetahui perkembangan terbaru dari seluruh dunia. PROGRAM JOINT PLENARY SESSION PEMBUKAAN PLENARY 1 PANEL 1 CONCURRENT 1 PLENARY 2 PANEL 2 CONCURRENT 2 PLENARY 3 PANEL 3 CONCURRENT 3 PLENARY 4 PANEL 4 CONCURRENT 4 |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Hari Penglihatan Sedunia |
|
Reportase Webinar E-prescribing: Upaya Mengurangi Medication Error |
Belum Tertangani, Krisis Dokter Spesialis di RSUD Buleleng
SINGARAJA – Motivasi besar untuk meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan di rumah sakit terganjal oleh dukungan sumberdaya manusia (SDM). Terbukti, Buleleng masih kekurangan dokter spesialis yang ditugaskan di RSUD Buleleng.
Upaya menambah dokter spesialis lewat usulan formasi dokter dalam rekrutmen CPNS dan merekrut dokter kontrak telah dilakukan. Akan tetapi upaya itu belum berhasil dan krisis dokter belum tertangani dengan tuntas.
Beberapa tahun terakhir pemkab melengkapi infrastruktur gedung, menambah alat kesehatan (alkes) dan mengusulkan peningkatan peringkat rumah sakit mendukung pembukaan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pendidikan Ganseha (Undiksha). Kerja keras itu seperti kurang lengkap karena rumah sakit masih kekurangan dokter spesialis. Beberapa dokter spesialis itu seperti Spesialis Radiologi, Spesialis Telinga Hidung dan Tenggerokan (THT), serta beberapa spesialissi lain.
Sebenarnya, kesulitan dokter spesialis ini sudah coba dipenuhi dengan mengusulkan dalam formasi rekrutmen CPNS. Hanya saja, formasi ini justru lowong karena tidak ada pelamar yang mendaftar. Upaya lain juga dilakukan dengan merekrut dokter spesialis dengan sistem kontrak perjanjian kerja. Lagi-lagi upaya itu gagal karena tidak ada dokter yang diperlukan justru tidak tertarik bertugas di gumi Denbukit.
Tidak ingin krisis dokter spesialis terus berlanjut, sekarang pemkab menempuh upaya terakhir. Caranya, sarjana dokter yang baru menamatkan dari studi direkrut menjadi dokter kontrak.
Selanjutnya, pemkab akan membiayai studi lanjutan dokter bersangkutan sampai meraih gelar spesialisasi yang dicari pemerintah. Ini dapat dilakukan dengan catatan, setelah menyelesaikan studi spesialisasi-nya, dokter bersangkutan wajib bertugas di rumah sakit di Bali Utara.
Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra, Sp.O.G. akhir pekan lalu mengatakan, krisis dokter spesialis ini masalah penting yang harus dituntaskan. Untuk itu, upaya menyekolahkan dokter dengan biaya pemerintah daerah dipastikan sebagai solusi terakhir yang bisa menuntaskan krisis dokter di RSUD Buleleng. Selama studi, dokter yang direkrut oleh pemkab itu menyandang status dokter kontrak. “Dokter yang baru tamat baik dari FK Undiksha yang sudah dibuka atau dari perguruan tinggi lain kita sekolahkan. Nantni ada perjanjian kalau sudah tamat studi harus bekerja di daerah kita. Saya yakin upaya ini akan menyelesaikan krisis dokter yang terjadi sekarang,” jelasnya.
Menurut Sutdjira, sebelum merekrut dokter kontrak yang akan disekolahkan, pemkab dalam waktu dekat ini akan melakukan analisis beban kerja utamanya dokter spesialis di rumah sakit. Berdasarkan kajian ini, pemerintah memiliki data akurat terkait kebutuhan dokter spesialis baik di RSUD dan juga di rumah sakit pratama di Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt dan di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan. “Kebutuhan beban kerja utamanya dokter spesialis itu akan difinalisasi oleh Badan Kepegawaian Pengembangan Sumberdaya Manusia (BKPSDM), dari sana kita akan sarjana dokter lalu kita sekolahkan, dan sasaran akhir akan melengkapi spesialsiasi yang sekarang belum ada di daerah kita,” tegas politisi PDI Perjuangan asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan ini. (mudiarta/balipost)
Sumber: balipost.com
RSUD Dr Soediman Resmikan 10 Unit Pelayanan Hemodialisa
KEBUMEN-Rumah Sakit Umum Dr Soedirman (RSDS) Kebumen meresmikan penambahan 10 Unit hemodialisa. Selain itu, juga melaunching pelayanan baru dan OK IGD. Peresmian dilaksanakan oleh Wakil Bupati Kebumen KH Yazid Mahfudz, Sabtu (27/10).
OK IGD merupakan kamar operasi untuk tindakan kegawatan. Sedangkan hemodialisa merupakan terapi cuci darah. Acara peresmian dan launching dihadiri oleh Wakil Bupati Kebumen KH Yazid Mahfudz, Dinas Kesehatan Kebumen, Dewan Pengawas RSDS dan anggota, Komite medik dan jajarannnya serta Komite keperawatan dan jajarannnya.
Plt Direktur RSUD Dr Soedirman Kebumen, dr Iwan Danardono SpRAD MMR mengatakan, meningkatnya angka kesakitan pasien gagal ginjal yang memerlukan tindakan hemodialisa terapi cuci darah di Kabupaten Kebumen, diperlukan penambahan pelayanan.
Selain itu juga meningkatnya angka kesakitan pasien Stroke yang memerlukan asuhan komprehensif. Di Kebumen juga banyak pasien yang memerlukan tindakan operasi segera (Cyto).
“Peningkatan pelayanan untuk menurunkan angka kematian bayi. Baik itu neonatus (umur 0 hingga 4 minggu) atau anak,” jelasnya. Dia mengungkapkan, RSDS Kebumen melaksananakan penambahan hemodialisa 10 unit dan satu unit sebagai back up.
Selain itu, juga membuka unit stroke dengan kapasitas empat bad. “Ini untuk perawatan pasien stroke secara komprehensif dan paripurna,” jelasnya. Dia menjelaskan, hemodialisa merupakan terapi cuci darah di luar tubuh untuk pasien yang ginjalnya tidak bekerja secara normal.
Ginjal yang sehat akan bekerja membersihkan darah. Selain itu ginjal juga membentuk zat-zat untuk menjaga tubuh tetap sehat. “Hemodialisa dibutuhkan saat ginjal tidak lagi dapat bekerja dengan baik,” paparnya.
Ginjal pada tubuh manusia juga berfungsi untuk membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam darah maupun cairan tubuh. Jika ginjal tak lagi berfungsi, biasanya pasien mengalami gejala seperti mual, muntah-muntah, pembengkakan, hingga lemah dan lesu. Kendati demikian gejala tersebut tidak selalu muncul. “Dengan Hemodialisa, mesin berperan mirip seperti ginjal. Ini digunakan untuk membersihkan darah. Hemodialisa menyingkirkan zat-zat kotor atau limbah, garam, serta air berlebih yang berada di darah pasien,” ujarnya.
Wakil Bupati Kebumen, KH Yazid Mahfudz mengatakan, launching tersebut merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Kebumen dan RSUD Dr Soedirman. Ini untuk mewujudkan pelayanan yang prima kepada kesehatan masyarakat.
Ke depan pemerintah kabupaten akan terus berupaya meningkatkan kelas RSUD Dr Soedirman dari tipe C menjadi tipe B. Ini sebagaimana telah ditetapkan dengan Perda.
“Kami berpesan kepada pihak menajemen RSDS untuk memberikan pelayanan terbaik. Sebab pelayanan terbaik merupakan salah satu obat penawar sakit yang paling mujarab,” tegasnya. (mam)
Sumber: radarbanyumas.co.id
Edisi Minggu ini: 23 – 29 Oktober 2018
Journey to Shariah Hospital: An Indonesian Experience Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia memikul tanggung jawab untuk membangun sistem kesehatan Islam yang berkualitas. Syariah adalah sistem terbaik untuk setiap aktivitas. Pada tahun 2015 Standar Sertifikasi Rumah Sakit Syariah diterbitkan dan pada tahun 2016 Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa tentang penerapan Rumah Sakit Syariah. Pada tahun 2017, versi kedua Standar tersebut diterbitkan untuk diformalkan oleh Dewan Syariah Nasional. Dalam artikel ini, akan dijelaskan prinsip kerja rumah sakit yang mempraktekkan ketentuan Syariah di Indonesia. Konsep ini menggunakan pendekatan maqasidic dan mengacu pada format Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nasional. Standar normatif dilindungi dan nilai-nilai Syariah ditambahkan di semua poin penting. Rincian teknis lebih lanjut dibuat untuk memastikan penerapan standar yang tepat, yang dibagi ke dalam manajemen Syariah dan layanan Syariah. Dua rumah sakit ditunjuk sebagai proyek percontohan dan masih banyak lagi yang menunggu penerapannya. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa standar Sertifikasi Rumah Sakit Syariah memberikan nilai tambah di atas standar akreditasi rumah sakit nasional. Kinerja rumah sakit diharapkan meningkat melalui penerapan Sertifikasi Rumah Sakit Syariah dengan cara menetapkan budaya kerja berkualitas di staf rumah sakit melalui penanaman nilai syariah. Jurnal Open Source: Can Experience Improve Hospital Management? Practice makes perfect adalah aksioma yang diterima secara luas, tetapi kekhususan konsep ini dapat bervariasi di antara industri yang berbeda. Pada 1960-an, analisis industri pesawat terbang menunjukkan bahwa input tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi satu pesawat berkurang 20% setiap kali kuantitas manufaktur digandakan, menunjukkan adanya efek “kurva belajar” di bidang ini. Satu dekade kemudian, Boston Consulting Group menemukan bahwa biaya produksi dan penjualan juga terkait dengan pengalaman produsen (diwakili oleh akumulasi kuantitas produksi); hubungan antara pengalaman dan efisiensi ini digambarkan sebagai “kurva pengalaman”. Kemungkinan penentu efek kurva pengalaman termasuk peningkatan tingkat hasil, peningkatan efisiensi karyawan, perbaikan dalam spesialisasi pekerjaan dan metode operasi, perubahan pada distribusi sumber daya yang digunakan, dan standarisasi produk dan layanan. Pengalaman efek kurva pertama kali diamati di industri sebagai demonstrasi hubungan antara pengalaman dan efisiensi. Hubungan ini sangat ditentukan oleh peningkatan efisiensi manajemen dan kualitas perawatan. Dalam industri pelayanan kesehatan, hubungan volume-outcome telah ditetapkan sehubungan dengan peningkatan kualitas perawatan, tetapi sedikit yang diketahui tentang efek pengalaman pada efisiensi manajemen. Di sini, peneliti memeriksa hubungan antara pengalaman dan manajemen rumah sakit di rumah sakit Jepang. Reportase Kongres rumah sakit sedunia ke – 42 dilaksanakan pada 10 – 12 Oktober 2018 di Brisbane, Australia. Forum ini dihadiri oleh para ahli kesehatan di bidang rumah sakit. Mereka membagikan pengalaman, praktik baik, perspektif baru serta ilmu-ilmu terkini terutama dalam kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit serta pelayanan kesehatan. Tim dari PKMK turut berpartisipasi pada kegiatan ini dan reportasenya dapat disimak oleh Bapak dan ibu untuk mengetahui perkembangan terbaru dari seluruh dunia. PROGRAM JOINT PLENARY SESSION PEMBUKAAN PLENARY 1 PANEL 1 CONCURRENT 1 PLENARY 2 PANEL 2 CONCURRENT 2 PLENARY 3 PANEL 3 CONCURRENT 3 PLENARY 4 PANEL 4 CONCURRENT 4 |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Hari Penglihatan Sedunia |
|
Reportase Webinar E-prescribing: Upaya Mengurangi Medication Error |
Edisi Minggu ini: 16 – 22 Oktober 2018
Reportase Kongres rumah sakit sedunia ke – 42 dilaksanakan pada 10 – 12 Oktober 2018 di Brisbane, Australia. Forum ini dihadiri oleh para ahli kesehatan di bidang rumah sakit. Mereka membagikan pengalaman, praktik baik, perspektif baru serta ilmu-ilmu terkini terutama dalam kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit serta pelayanan kesehatan. Tim dari PKMK turut berpartisipasi pada kegiatan ini dan reportasenya dapat disimak oleh Bapak dan ibu untuk mengetahui perkembangan terbaru dari seluruh dunia. PROGRAM JOINT PLENARY SESSION PEMBUKAAN PLENARY 1 PANEL 1 CONCURRENT 1 PLENARY 2 PANEL 2 CONCURRENT 2 PLENARY 3 PANEL 3 CONCURRENT 3 PLENARY 4 PANEL 4 CONCURRENT 4 Hari Penglihatan Sedunia Hari pengelihatan sedunia jatuh pada 9 Oktober. Kali ini akan disampaikan tentang pentingnya menjaga kesehatan mata dan penyakit yang mengintai mata kita. Mata merupakan organ yang penting dalam tubuh kita, melalui mata kita bisa melihat keindahan dunia. Namun apakah Anda tahu betapa pentingnya menjaga kesehatan mata? Dikutip dari laman alodokter.com bahwa ada tujuh cara menjaga kesehatan mata: Reportase Webinar E-prescribing: Upaya Mengurangi Medication Error PKMK – Yogya. Webinar smart hospital kali ini membahas e prescribing yang dilaksanakan pada Kamis, 4 Oktober 2018. Anis Fuad sebagai moderator pada webinar kali ini. Di Indonesia, regulasi yang mengatur peresepan elektronik belum ada. E-prescribing merupakan proses transmisi menggunakan media elektronik, yang terkait dengan resep dokter. Saat ini di Indonesia banyak dokter meresepkan obat masih menggunakan cara konvensional, yaitu dengan kertas. Anis menyampaikan fungsi e-prescribing itu bisa melihat data obat yg tersedia, informasi lain yang memungkinkan bahwa informasi tambahan jika ada obat tertentu ada interaksi dengan obat yang lain, bisa memuat komponen biaya obat, yang terakhir terkait dengan formularium obat. Review: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Badan Layanan Umum Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan Badan Layanan Umum Daerah saat ini, sehingga terbit Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah untuk menggantikannya. Pada peraturan ini diatur mulai dari persyaratan, pengelolaan, hingga pelaporan BLUD. Reportase Pertemuan Teknis Penguatan Sistem Rujukan Tingkat Provinsi Bengkulu Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Pertemuan Teknis Penguatan Sistem Rujukan Tingkat Provinsi Bengkulu pada 19-22 September 2018 di The Madeline Hotel, Kota Bengkulu. Pertemuan ini dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, SKM, M. Kes, M.Si. Peserta pertemuan ini berjumlah 62 orang dari 10 kabupaten/kota di provinsi Bengkulu. Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit kabupaten/kota, rumah sakit provinsi dan rumah sakit swasta di Provinsi Bengkulu. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Reportase Rapat Kerja Nasional XI ARSADA |
|
Hospital Management Asia 2018 |
Perawat RSUD Andi Djemma Luwu Utara Dibekali Teknik Aseptik Dispensing
MASAMBA – Perawat dan petugas farmasi RSUD Andi Djemma Masamba, Kabupaten Luwu Utara, diberi pelatihan aseptik dan dispensing.
Direktur RSUD Andi Djemma Masamba, dr Hariadi, mengatakan, pelatihan digelar kemarin di Aula Hotel Bukit Indah, Jl Simpurusiang, Masamba, Luwu Utara.
“Pelatihan ini bertujuan memberikan ilmu dan skill kepada perawat dan petugas farmasi dalam rangka meracik obat yang tepat baik dari aspek keamanan, peralatan, dosis, farmakologi, dan farmakokinetik,” ujar Hariadi, Minggu (14/10/2018).
Dalam pelatihan itu, ada empat materi yang diberikan ke peserta.
Yakni persiapan ruangan pencampuran sediaan steril dan sarana prasarana yang dibutuhkan, cara menggunakan APD, pencampuran steril dengan teknik aseptik, dan pelabelan obat dan penanganan tumpahan.
Sumber: tribunnews.com
Jakarta Barat Sudah Punya Empat RSUD, Tidak Akan Nambah Lagi
Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Barat Weningtyas menyatakan wilayah Jakarta Barat sudah cukup mempunyai empat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), diantaranya RSUD Kembangan, RSUD Tamansari, RSUD Kalideres dan RSUD Cengkareng.
Maka itu, dia menyebut tak dapat membangun RSUD lagi di Jakarta Barat, karena lahan tidak mencukupi.
“Lahannya itu kurang jikalau mau membangun RSUD lagi. Tetapi, empat RSUD di Kota Jakarta Barat sudah mencukupi. Karena, membangun sakit harus acuannya di Peraturan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Bahkan ada pula peraturan-peraturan lain yang juga ditetapkan oleh Kemenkes dan Peraturan Gubernur,” paparnya, Minggu (14/10/2018).
Dikatakannya, keempat RSUD di Jakarta Barat terbagi menjadi dua kelas, yaitu RSUD Kelas D di RSUD Tamansari, RSUD Kembangan serta di RSUD Kalideres. Sementara, untuk RSUD Kelas B ialah RSUD Cengkareng.
“Sementara tiga RSUD Kelas D sebelumnya itu adalah puskesmas yang ada khusus di setiap kecamatan. Sebagai gantinya, Dinkes DKI juga membangun puskesmas pengganti pada akhir 2017. Di RSUD Kelas D itu, menambah fasilitas pelengkap, yakni ruang rawat inap, serta ruang perawatan bersalin, hingga pelayanan dokter spesialis,” ujarnya. (BAS)
Sumber: tribunnews.com
RSUD Sangkulirang Terus Berbenah
SANGKULIRANG – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sangkulirang terus berbenah. Saat ini, tak kalah hebat dengan RSUD Kudungga. RSUD Sangkulirang yang mulai diresmikan sejak Oktober 2016 itu, diklaim sudah beroperasi 24 jam. Melayani pasien siang malam.
Tenaga kesehatannya pun tak diragukan. Terdapat banyak dokter di sana. Yakni, 4 orang dokter umum yang bertugas di UGD 24 jam sehari, 1 spesialis penyakit dalam, 1 spesialis kandungan, 1 spesialis bedah, 1 spesialis anak, 1 spesialis anastesi, dan dokter gigi 2 orang.
Kemudian, RSUD Sangkulirang juga sudah dilengkapi dengan kamar operasi dan ruangan HCU (high care unit). Laboratorium dan X-ray. Tempat tidur ada 26 dan tahun ini akan ada penambahan lagi, sebanyak 30 tempat tidur perawatan.
Saat ini sudah dilengkapi dengan ruang operasi, ruang jenazah, ruang penyimpanan gas medik, ruang dapur/gizi, ruang laundry, ruang teknisi/IPS, ruang genset/pompa, ruang perawat, dan ruang rawat inap.
Selanjutnya, ruang rawat isolasi, ruang dokter, apotek, pendaftaran, rekam medik, poli umum, poli gigi, poli anak, poli penyakit dalam, poli bedah, laboratorium, dan radiologi.
Dikatakan Direktur RSUD Sangkulirang, Said Muchdar, pelayanan kesehatan di RSUD Sangkulirang semakin meningkat. Baik dari tenaga medis, sarana, maupun prasarana.
Bahkan, RSUD Sangkulirang telah melakukan kerjasama dengan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dengan begitu, warga yang berada di lima kecamatan yakni Kaliorang, Sandaran, Kaubun, Karangan, dan Sangkulirang sendiri tak lagi harus dirujuk ke Sangatta.
“Untuk fasilitas kesehatan BPJS sudah terkover di rumah sakit Sangkulirang,” kata Said.
Untuk pelayanan poliklinik, buka mulai hari Senin – Sabtu, dari pagi hingga sore. Khusus Poli Kandungan, dibuka Senin – Minggu. “Itu semua karena permintaaan masyarakat. Intinya kami terus berbenah dan siap memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” katanya. (dy)
Sumber: prokal.co
RSUD Sumberrejo Bojonegoro Laksanakan Survei Simulasi Akreditasi SNARS
Bojonegoro – Sebagai bentuk komitmen untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat Bojonegoro , RSUD Sumberrejo Pada Selasa (09/10/2018 dan Rabu (10-10/2018), laksanakan Simulasi Survey Simulasi Akreditasi (SNARS) Edisi I, bersama Tim Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Kegiatan yang dilaksanakan di Aula RSUD Sumberejo, tersebut diawali pertemuan dengan Tim KARS Provinsi Jawa Timur, yang dipimpin oleh dr Nugroho Tjandra Wibisono SpRad MM bersama dr Rini Krisnawati MARS dan Edeltrudis Soo SKep Ners.
Hadir dalam acara tersebut, Pj Sekda Yayan Rochman AP MM, Kepala BPKAD M Ibnu Soeyoeti SE MSi, Kepala Dinas Kesehatan, Ninik Susmiati SKM, MKes dan direktur RSUD Sumberjo, dr. Ani Pujiningrum MKes, beserta timnya.
Direktur RSUD Sumberejo Bojonegoro dr Ani Pujiningrum MKes, menjelaskan bahwa Survey Simulasi Akreditasi tersebut dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan akreditasi rumah sakit dengan lebih baik, sehingga rumah sakit tersebut dapat terakreditasi paripurna.
“Agar seluruh pegawai melaksanakan simulasi ini degan sungguh-sungguh dan menganggap bahwa ini adalah survey yang sesungguhnya.” ajak direktur RSUD Sumberejo.
Sementara itu, Pj Sekda Yayan Rochman AP MM berharap sSemoga antusiasme dan semangat staf RSUD Sumberejo sangat tinggi dalam acara survei simulasi ini. Karena, akreditasi tersebut merupakan tolak ukur pada masyarakat.
“Semonga RSUD Sumberejo nantinya dapat lulus dan mendapatkan akreditasi yang baik, sehingga masyarakat Bojonegoro tahu bahwa, pemerintah juga memiliki rumah sakit yang berkualitas dan berakreditasi.” jelas Pj Sekda Yayan Rochman AP MM. (red/imm)
Sumber: kumparan.com
Dirut RSUD Sambas : Penyakit Kapastropik Masih Duduki Peringkat Teratas Yang Diidap Masyarakat
SAMBAS,– Direktur RSUD Sambas dr Gandjar Eko Prabowo mengatakan, untuk saat ini ada beberapa penyakit yang menduduki 10 besar penyakit yang sering di idap masyarakat.
Ia menjelaskan, dari beberapa jenis penyakit itu, masih di dominasi oleh penyakit Kapastropik atau yang lebih dikenal dengan penyakit yang harus terus menerus berobat tidak bisa sekali berobat selesai.
“Penyakit 10 besar itu penyakit kapastropik, atau penyakit yang harus terus menerus berobat tidak bisa sekali berobat selsai. Lalu ada jantung, hipertensi, gagal ginjal, rematik dan penyakit geretrik atau penuaan diatas 60 tahun,” ujarnya, Rabu (10/10/2018).
Tidak hanya itu, Gandjar mengatakan juga masih ada ditemukan pengidap Aids dari hasil pemeriksaan. Namun ia menjelaskan, para pengidap Aids itu mulanya hadir bukan karena menderita Aids, melainkan penyakit penyertanya.
“Kalau Aids juga ada, tapi pasien yang datang itu tidak sakit Aids nya, tapi datang dengan penyakit penyertanya seperti TBC, atau yang paling banyak TBC. Baru pada saat di periksa mereka teridentifikasi,” sambungnya.
Ganjar menjelaskan, penyakit itu hampir selalu di sertai oleh TBC. Oleh karenanya apabila sudah sembuh maka akan tinggal meneruskan saja pengobatannya.
Sedangkan berkaitan dengan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Gandjar mengaku RSUD Sambas telah menyiapkan ruangan khusus untuk menampung dan mengobati penderita KKM.
“Kita untuk mendeteksinya kita ada tupoksi nya masing-masing, kalau di RSUD hanya menyediakan ruang isolasi dan petugas yang menanganinya. Selama ini kita sudah punya ruang isolasi, tapi petugasnya yang belum di latih khusus untuk menangani masalah-masalah ini. Seperti, mers, influenza flu burung dan lain-lain,” tuturnya.
Untuk itu, perlu dilatih tenaga kesehatan yang lebih mempuni untuk menanganinya. Oleh karenanya ia berharap, dengan adanya kegiatan ini Ganjar menginginkan ada pelatihan lanjutan, atau penambahan petugasnya dan bisa juga penambahan fasilitas untuk alat pelindung dirinya.
Sumber: tribunnews.com