LINIBERITA
RSUD Sulbar Bangun Gedung Obat Rp450 Juta
Mamuju (ANTARA Sulbar) – Rumah sakit umum daerah (RSUD) Provinsi Sulawesi Barat membangun gedung obat dengan anggaran Rp450 juta.
Direktur RSUD Sulbar, Suparman di Mamuju, Minggu, mengatakan, tahun ini dialokasikan anggaran sekitar Rp450 juta membangun gedung obat baru.
Ia mengatakan, dalam rangka meningkatkan pelayanan di rumah sakit Sulbar gedung obat tersebut dibangun dengan menggunakan anggaran APBD.
“RSUD Sulbar belum memiliki gedung obat sehingga pemerintah membangun agar obat yang dibutuhkan pasien dapat ditampung dengan baik di rumah sakit ini,” katanya.
Dia mengatakan, tahun ini juga dialokasikan anggaran untuk pengadaan alat kedokteran melalui APBD mencapai Rp2,6 miliar.
Ia mengatakan, alokasi anggaran itu untuk memaksimalkan pelayanan medis di rumah sakit Sulbar kepada masyarakat melalui peningkatan sarana alat medis.
Ia berharap dengan alokasi anggaran untuk peningkatan sarana kesehatan di Sulbar tersebut akan membuat pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit itu juga semakin maksimal.
Menurut dia, rumah sakit Sulbar juga mengelola dana APBD sekitar Rp2 miliar untuk meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan lainnya.
Anggaran sekitar Rp2 miliar akan digunakan untuk memperbaiki drainase di rumah sakit, membangun perumahan dokter, mematangkan lahan pengembangan rumah sakit serta pengadaan sarana dan fasilitas lainnya.
FC Kuen
Sumber: antarasulsel.com
RS Columbia Asia Medan Terus Jalankan Program CSR
MedanBisnis – Medan. Manajemen Rumah Sakit Columbia Asia Medan (RSCAM) terus menjalankan program corporate social responsibility (CSR) untuk warga Sumut. Teranyar, menyambut bulan Suci Ramadhan dan libur sekolah, RS Columbia Asia menggelar sunat massal, Sabtu (21/6).
“Kegiatan sunat massal ini salah satu program CSR RS Columbia Asia dan setiap tahun digelar. Sunat massal ini dilaksanakan saat libur sekolah dan menjelang Ramadhan,” kata Senior Eksekutif Marketing RS Columbia Asia Medan, Henny Octaviani kepada MedanBisnis, Sabtu (21/2) di Lt I RSCAM.
Menurut Henny sunat massal yang digelar tahun ini khusus di RS Columbia Asia bekerjasama dengan Yayasan Remaja Masjid Pecinta Alam (Rempala) Indonesia, Medan. Sunat massal yang ditangani dokter dan tim medis dari RS Columbia Asia medan itu diikuti 50 orang anak yatim piatu yang dibina Yayasan Rempala Indonesia.
Wanita berjihab ini menjelaskan kali ini manajemen RS Columbia Asia Medan menggelar sunat massal di rumah sakit itu karena terkait hygiene dan steril. Tapi tidak tertutup kemungkinan digelar di luar RS Columbia Asia seperti yang telah digelar beberapa tahun lalu.
“Sebab tahun-tahun sebelumnya kami menggelar sunat massal di luar rumah sakit, seperti dua tahun lalu digelar di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Tanjungkusta. Besok, (Senin (23/6), kami (RSCAM) juga akan menggelar sunat massal bekerjasama dengan PT PLN Wilayah dan acaranya dilaksanakan di kantor PLN,” katanya.
Peserta sunat massal tersebut, kata Henny, setiap tahunnya bertambah. Tahun lalu pesertanya mencapai 30 orang, dan tahun ini (di RSCAM) sebanyak 50 orang. Keinginan manajemen RSCAM, kata Henny, ingin melayani anak-anak sebanyak-banyaknya, tapi sayangnya terkendala soal dokter dan tim medis.
“Jumlah yang dilayani terbatas karena soal waktu dokter dan tenaga medis, sehingga dicari waktu yang pas untuk pelaksanaannya. Untuk saat ini dokter dan tim medis yang menangani (menyunat) ada 10 orang dengan menyediakan 10 tempat tidur,” jelas Henny. (mulyadi hutahaean)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Terapkan Pelayanan Internasional di Rumah Sakit
INILAH.COM, Bandung – Penerapan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) pada 2015 menuntut institusi pelayanan kesehatan masyarakat memiliki standar internasional.
Ketentuan itu pula yang membuat Manajemen RSKB Melinda 2 menerapkan standar pelayanan internasional. Salah satunya dalam pemberian obat anestesi untuk keperluan pembedahan.
Ahli Anestesi RSKB Melinda 2, Prof DR dr Tatang Bisri SpAn(K) KNA menjelaskan, anestesi sangat penting dalam sebuah tindakan pembedahan. Pemberian obat anestesi tepat membuat pasien tak merasa sakit dan dokter bedah bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.
Wajah Baru Rumah Sakit Pondok Indah dengan Digitalisasi
Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) resmi pada tanggal 5 Mei 2014 mengemas segala pelayanan dengan wajah baru, yakni lewat digitalisasi di semua lini. Inovasi ini didasari akan semakin pentingnya efektifitas baik dari segi
BPJS Kesehatan Ingatkan RS Layani Pasien Sesuai Kelas
MedanBisnis – Medan. Pihak Rumah Sakit (RS) diingatkan untuk tetap melayani peserta BPJS Kesehatan sesuai kelasnya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Divisi I Regional I Sumut-Aceh akan segera menegur pihak RS yang menurunkan kelas pelayanan kesehatan terhadap pasien peserta BPJS Kesehatan.
“Kita akan menyurati rumah sakit provider yang melakukan penurunan kelas kepada peserta BPJS Kesehatan untuk masyarakat Sumut,” ujar Kepala BPJS Kesehatan Divisi I Regional I Sumut-Aceh, dr Oni Jauhari menjawab MedanBisnis, terkait adanya keluhan peserta BPJS Kesehatan yang mendapat pelayanan di bawah kelas kepesertaannya.
Dijelaskan, peserta Kelas 1 berhak mendapat pelayanan kelas 1, bukan pelayanan kelas 2 atau 3. Begitu juga peserta kelas 2 dan 3, berhak mendapatkan pelayanan sesui kelasnya. “Saat ini banyaknya keluhan pasien yang kurang baik pelayanan dari rumah sakit. Namun BPJS akan selalu proaktif untuk menyelesaikan masalah dan memperbaiki yang ada kepada rumah sakit,” ucapnya.
Menurut dia, rumah sakit pun tidak akan melakukan penurunan kelas sepanjang ruang yang ada untuk peserta BPJS Kesehatan masih ada dan tidak kosong. Tidak ada alasan rumah sakit tidak melayani peserta BPJS Kesehatan. Soalnya sudah ada kerjasama dan tetap mematuhi aturan yang ada.”Saya tidak akan tinggal diam. Masyarakat harus mendapatkan perawatan dan pelayanan baik dari rumah sakit,” imbuhnya.
Dia juga mengimbau kepada pasien BPJS yang mendapat pelayanan tidak sesuai kelasnya, segera melapor ke BPJS Kesehatan. “Peserta juga kalau ada penawaran dari rumah sakit kalau mau dipindahkan harus ada permohonan, agar semuanya tidak ada yang dirugikan. Tolong laporkan kepada saya rumah sakit mana yang melakukan penurunan kelas itu,” bebernya.
Sementara itu, Kabag Hukum dan Humas RSU Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin mengatakan, semenjak Askes berganti menjadi BPJS Kesehatan rumah sakit milik pemerintah ini tidak pernah menurunkan kelas, kalau tidak mempunyai ruangan untuk peserta BPJS Kesehatan.
Namun begitu, kalau pun ada terjadi penurunan peserta tersebut. Itu hanya sementara waktu dan akan didata pasien yang ingin mendapatkan ruangan yang ada dan baik. Apalagi ruangan kelas satu dan VIP dilengkap kulkas, penyimpanan pakaian pasien ditambah televisi dan lainnya.”Pasien BPJS Kesehatan akan melihat perubahan yang dilakukan manajemen rumah sakit milik Pemko Medan ini. Semua dilakukan mengutamakan kepentingan pasien,” bebernya.
Untuk itu dalam hal ini, sambung Edison, Rumah Sakit Pirngadi tidak mau merugikan pasien yang sudah mematuhi aturan dan mengikuti program pemerintah Indonesia tersebut.
Selaku Humas pun, kalau ada menemukan penurunan kelas untuk pasien itu akan melakukan pembenahan secepatnya. “Rumah sakit Pirngadi harus menjadi nomor satu pilihan masyarakat Kota Meda dalam memberikan pelayanan,” imbuhnya.
Dari pantauan MedanBisnis di rumah sakit ruangan kelas 2 Plus A dan B ruang ruang 17. Begitu juga kelas 1 ruang 15 semua pasien yang menggunakan kartu BPJS kesehatan tidak terjadi penurunan kelas tersebut. Sehingga Pirngadi sangat konsisten dengan kebijakan dan mengikuti program BPJS. ( khairunnas)
Sumber: medanbisnisdaily.com