manajemenrumahsakit.net :: SOLO
Kamar rumah sakit penuh, pasien kanker dirawat di rumah
manajemenrumahsakit.net :: Dengan alasan kamar rumah sakit penuh, Nasrudin (57) warga Jalan Nusa Indah E1, RT 6 RW 8, Kebon Jeruk, Jakarta Barat terpaksa menjalani pengobatan di rumah. Nasrudin diketahui memiliki penyakit tumor di kepala.
Istri Nasrudin, Kusmawati (52), mengatakan bila sebelum sakit suaminya merupakan seorang satpam. Dia pernah dirawat dan menjalani operasi di Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat pada April 2013. Namun karena tidak dapat menangani secara khusus, RS merujuk Nasrudin ke RS Dharmais.
“Karena keterbatasan alat, operasi di RS Tarakan tidak sampai total hingga oleh pihak RS Tarakan dirujuk ke RS Dharmais untuk menjalani operasi selanjutnya,” ujar Kusmawati kepada wartawan, Rabu (12/6) malam.
Pihak keluarga, lanjut wanita yang bekerja sebagai penjahit itu menuturkan, pihak RS Dharmais mengatakan kamar tidak ada yang kosong. “Anak saya sudah emapat kali ke rumah sakit, tapi petugas sana bilang, kamar belum ada yang kosong,” ujar dia.
Kini, Nasrudin hanya bisa berbaring lemas di rumahnya. Tubuhnya yang kurus, makin diperparah dengan kondisi penglihatan sudah memudar. Pihak keluarga hanya dapat memberikan obat yang didapat dari klinik. [mtf]
Sumber: merdeka.com
Jumlah Pasien Meningkat, RSUD Ini Rawat Pasien di Lorong Rumah Sakit
manajemenrumahsakit.net :: GUNUNG KIDUL — Jumlah pasien rawat inap terutama anak di RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meningkat dalam sebulan terakhir sehingga sebagian harus dirawat di lorong rumah sakit itu menggunakan tempat tidur tambahan.
Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan RSUD Wonosari Triyani Heni Astuti di Gunung Kidul, Selasa, menyebutkan sebagian dari mereka adalah pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD). “Jumlah penderita DBD meningkat sehingga kami terpaksa menyediakan tempat tidur tambahan di lorong Ruang Dahlia atau bangsal anak,” kata Triyani, Selasa (27/1).
Ia mengatakan ruangan anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari itu hanya memiliki kapasitas untuk 16 pasien. Meskipun ada pasien yang dirawat di lorong, tiga dokter spesialis anak yang ada akan tetap melakukan pemantauan intensif kepada pasien. “Kami jamin mereka tidak mendapat perlakuan berbeda,” kata dia.
Ia mengatakan penderita DBD yang dirawat di RSUD Wonosari sejak awal Januari 2015 hingga saat ini mencapai 46 orang. Desember dan Januari merupakan waktu terbanyak pasien dengan penyakit DBD.
“Untuk saat ini, dari 18 pasien anak yang menjalani rawat inap, lima diantaranya dilakukan observasi untuk penyakit DBD,” katanya.
Triyani mengatakan untuk mengatasi masalah kekurangan ruangan, RSUD Wonosari sedang membangun gedung baru. Rencananya akan dioperasikan pada Februari 2015. “Awal Februari, pasien dengan penyakit syaraf akan menempati ruangan sendiri sehingga diharapkan tidak kekurangan,” katanya.
Sementara itu salah satu orang tua pasien yang dirawat di lorong, Suyanto (38) mengaku tidak bisa berbuat banyak meski anaknya Anisa Ahmad Dzakia (7) harus dirawat di lorong, meski seharusnya sebagai seorang PNS mendapat kamar di kelas II. “Mau bagaimana lagi keadaannya memang seperti ini,” katanya.
Ia mengatakan sebelum masuk ke rumah sakit, anaknya sempat dirawat di Puskesmas Karangrejek. Namun karena diduga menderita DBD lalu dirujuk ke rumah sakit. “Yang penting mendapat perawatan,” katanya.
Sumber: republika.co.id
Sidak Komisi 4 di RSUP Kandou, Masih Ditemukan Pasien BPJS Membayar
manajemenrumahsakit.net :: Manado
RSU Bunda Jakarta Kembangkan Layanan Berbasis Teknologi Terkini
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Bagi sebagian masyarakat, ketika mendengar nama Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Jakarta, mungkin yang langsung terlintas di benak adalah rumah sakit yang khusus melayani masalah kesehatan ibu dan anak saja. Padahal meskipun sama-sama berada di bawah naungan Bunda Medik Healthcare System (BMHS), antara RSU Bunda Jakarta dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda memiliki perbedaan konsep.
Dijelaskan Dr. Didid Winnetouw selaku Kepala RSU Bunda Jakarta, rumah sakit yang berdiri sejak tahun 2012 ini tidak hanya melayani masalah kesehatan ibu dan anak saja, melainkan juga melayani kesehatan yang lebih umum. Selain itu dalam memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini juga selalu mengedepankan fasilitas berbasis teknologi mutakhir.
“Setiap tiga sampai enam bulan sekali, RSU Bunda Jakarta akan mengembangkan pelayanan terbaru. Ini dilakukan untuk semakin mengukuhkan diri sebagai rumah sakit yang tidak hanya melayani masalah kesehatan ibu dan anak saja,” kata Dr. Didid Winnetouw di RSU Bunda Jakarta, baru-baru ini.
Salah satu layanan unggulan yang dikembangkan RS Bunda Jakarta adalah
Ini Isi Akreditasi Kemenkes Pada Rumah Sakit dan Puskesmas di Palembang
manajemenrumahsakit.net :: Untuk memastikan pelayanan kesehatan di setiap puskesmas, Rumah sakit yang ada di Sumsel. Tim akreditasi dari Kementerian kesehatan (Kemenkes) akan melakukan survey dengan penilaian Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi tahun 2012.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumsel, Lesty Nuraini kepada Rakyat Merdeka Online Sumsel mengaku, standar akreditasi ini diaplikasikan kepada pelayanan berfokus pasien, keselamatan pasien tetap menjadi yang utama. Kesinambungan pelayanan harus dilakukan, baik saat merujuk pasien kepada rumah sakit lain, atau saat serah terima pasien di rumah sakit.
“Pelayanan tenaga kesehatan harus lebih menghormati hak-hak pasien, dan melibatkan pasien dalam proses perawatan sebagai mitra. Lalu tingkatkan kepercayaan publik bahwa rumah sakit dan puskesmas telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien,” katanya saat ditemui, Rabu (28/1).
Menurutnya, akreditasi puskesmas ini merupakan yang pertama kalinya diselenggarakan atas dasar Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 75 tahun 2014 tentang standardisasi puskesmas sebagai layanan kesehatan primer. Sedangkan bagi rumah sakit, akreditasi ini merupakan penilaian lanjutan yang juga diatur dalam Permenkes nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi standar rumah sakit. Dari level terendah yakni pratama, berlanjut ke madya, lalu utama, dan yang tertinggi adalah paripurna.
“Agar puskesmas dan rumah sakit sesuai dengan standar. Apabila akreditasi sudah diselenggarakan, untuk puskesmas dan rumah sakit yang masih kurang memenuhi standar, yang harus memenuhi kekurangan tersebut adalah Dinkes kabupaten/kota masing-masing,” tegasnya.[yud]
Sumber: rmolsumsel.com
Sidak Komisi IV Di RSUD AWS Sorot Kebersihan Selokan
manajemenrumahsakit.net :: SAMARINDA
Petugas Berhasil Jinakkan Api di Lab RSUD Wonosari
manajemenrumahsakit.net :: Wonosari–Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari mendadak gempar akibat kebakaran yang terjadi di laboratorium rumah sakit, Rabu pagi (28/01/2015). Peristiwa ini juga sempat memakan beberapa korban luka-luka. Tim kesiapsiagaan bencana di rumah sakit berupaya memadamkan api yang terus menyembur di dalam ruangan.
Namun, kejadian tersebut merupakan kegiatan simulasi Hospital Disaster Plan (HDP) atau kesiapsiagaan bencana di rumah sakit yang digelar RSUD Wonosari dengan difasilitasi Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM.
Dalam simulasi
Dinkes Papua agendakan peningkatan status empat rumah sakit
manajemenrumahsakit.net :: Jayapura (Antara Papua) – Dinas Kesehatan Provinsi Papua, mengagendakan peningkatan satus empat unit rumah sakit regional dari tipe C menjadi tipe B.
“Kami upayakan empat rumah sakit regional dalam tiga tahun kedepan ditingkatkan statusnya menjadi rumah sakit tipe B,” kata Kepala Dinas Kesehatan Papua drg Aloysius Giyai, di Jayapura, Selasa.
Keempat rumah sakit regional yang direncankan peningkatan statusnya menjadi rumah sakit tipe B yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke, RSUD Abepura, RSUD Mimika dan RSUD Biak.
“Baru saja RSUD Biak melaporkan berkasnya kepada kami dan saya lihat lengkap,” katanya.
Menurut Aloysius, terdapat undang-undang baru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyatakan bahwa Kemenkes menyerahkan sepenuhnya sertifikasi penilaian oleh Dinas Kesehatan Provinsi, mengenai layak tidaknya dan memenuhi standar atau tidak suatu rumah sakit yang diusulkan untuk ditingkatkan statusnya.
“Tahun depan kami agendakan dua rumah sakit lagi untuk peningkatan statusnya menjadi rumah sakit tipe B,” ujarnya.
Aloysius yang pernah menjabat direktur RSUD Abepura itu menyebut kedua rumah sakit tersebut yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire dan RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Selain itu, terdapat enam rumah sakit sub regional yang sudah teraplikasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)) Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan juga masuk dalam agenda Kementerian Kesehatan RI.
Keenam rumah sakit tersebut yakni RSUD Paniai, RSUD Yapen, RSUD Boven Digoel, RSUD Kwaingga Keerom, RSUD Lanny Jaya, dan RSUD Pegunungan Bintang.
“Pengembangan enam rumah sakit sub regional tersebut sudah terdaftar dan akan ditindaklanjuti pengembangannya,” kata Aloysius.
Mantan Kepala Puskesmas Koya itu menambahkan, keenam rumah sakit sub regional tersebut akan mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit tipe B.
“Jadi nanti alur pelayanan kesehatan pasien yang akan diterapkan kedepannya di Papua yaitu pelayanan di puskesmas naik ke rumah sakit pratama, rumah sakit tipe D, rumah sakit sub regional, rumah sakit tipe B regional baru naik rumah sakit rujukan nasional yakni RSUD dok II Jayapura,” katanya. (*)
Sumber: antaranews.com