BPJS Kesehatan Belum Layani Peserta PBI Dengan Maksimal
JAKARTA — Pelayanan yang diberikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk peserta kategori penerima bantuan iuran (PBI) dinilai belum maksimal.
Koordinator BPJS Watch Timboel Siregar menilai, sejauh ini masih banyak peserta PBI yang terbebani dengan biaya akses menuju rumah sakit rujukan.
Menurutnya seharusnya BPJS Kesehatan bisa mengcover biaya transportasi bagi peserta PBI yang harus dirujuk ke rumah sakit lebih tinggi karena rumah sakit di daerahnya tidak mampu menyembuhkan.
“Kalau tidak dicover maka pasien PBI yang dirujuk akan tidak mampu pergi karena tidak memiliki biaya,” katanya, Senin (4/1/2016).
Selain akses menuju rumah sakit, peserta PBI selama ini juga belum bisa menikmato obat yang sesuai dengan diagnosa. Faktanya, kata dia, peserta PBI belum secara otomatis bisa menikmati obat-obat tertentu secara gratis.
“Ada obat-obat tertentu yang tidak dicover oleh BPJS Kesehatan. Seharusnya BPJS Kesehatan mengcover seluruh obat bagi Peserta PBI,” imbuhnya.
Di sisi lain, masih banyak rakyat miskin yang belum tercover oleh PBI. Selain karena belum tercakup, sosialisasi dan pendataan yang dilakukan oleh pemerintah ke masyarakat miskin masih buruk.
Sumber: bisnis.com
Ubah Wajah RSUD Kartini Dianggarkan Rp 80 Miliar
KARANGANYAR – RSUD Kartini Jengglong akan berubah wajah. Kalau selama ini menghadap ke utara berhadapan dengan SMK 2 Karanganyar, akhir tahun 2017, wajah rumah sakit itu akan dibuat menghadap ke selatan, ke jalan utama dari arah kota.
”Kami menyiapkan anggaran Rp 80 miliar untuk tahap pertama tahun 2016 ini. Tahun berikutnya kami anggarkan lagi untuk pembangunan lanjutan, sekitar Rp 100 miliar. Akhir tahun diharapkan semua sudah selesai, RSUD sudah naik kelas, berubah wajah,” kata Bupati Juliyatmono.
Saat ini maket perubahan total rumah sakit itu sudah selesai dibuat. Proses pembangunan yang dilakukan dua tahun terakhir sudah dipadukan dengan rencana perubahan total wajah rumah sakit. Misalnya pembangunan IGD (Instalasi Gawat Darurat) di bagian barat, yang merupakan bantuan pusat.
Meski saat ini masih difungsikan menjadi IGD nanti akan diubah menjadi ruang bedah sentral. Karena itu pembangunan ruang di bagian utara juga sudah mulai dipadukan, dengan mengubah beberapa ruangan yang dipakai untuk menempatkan peralatan canggih yang dibeli dari anggaran bagi hasil cukai dan hasil tembakau.
Bupati mengatakan, konsep ke depan rumah sakit akan dibuat menjadi rumah sakit wisata seperti yang ada di luar negeri. Di Singapura, Malaysia, atau juga di Australia yang menjadi contoh model rumah sakit wisata, semua sudah menerapkan.
”Bukan kemudian orang berbondong-bndong datang ke rumah sakit untuk piknik. Namun suasana yang ada di rumah sakit bukan sebagaimana yang dirasakan seperti sekarang. Mengerikan, menegangkan, menakutkan,” kata dia.
Namun orang datang berobat itu justru menikmati pemandangan indah di taman-taman sekeliling rumah sakit, ada plaza yang menyediakan aneka kebutuhan, seperti mall pada umumnya. Karena itu suasanya di rumah sakit menjadi lebih santai, tidak mencekan.
Situasi seperti menjadikan psikologis orang sakit, keluarga yang menunggu, menjadi semakin optimistis dan merasakan dukungan lingkungan yang menyehatkan dan mendukung kesembuhan. Itu yang ada dan diterapkan di luar negeri.
Karena itu dia berharap RSUD Kartini dipersiapkan seperti itu. Dukungan pengembangan wisata di Karanganyar yang terus dipacu akan menjadi padu dengan konsep pengembangan rumah sakit tersebut.
”Ketika orang menunggu atau menjenguk orang sakit di RSUD bisa sambil rekreasi ke lokasi rekreasi yang ada dan sangat terjangkau di sekeliling kota Karanganyar. Sektor ini akan kita genjot habis-habisan,” kata Bupati.
Pengembangan wisata bukan lagi soal lokasi. Namun lebih mengarah ke konten, substansi yang harus dihadirkan di lokasi wisata tersebut. Karena itu beberapa kalender event harus direncanakan secara matang oleh instansi terkait. Itu yang akan dijual bersama dengan lokasi tujuan wisata yang ada.
(Joko Dwi Hastanto/CN19/SMNetwork)
Sumber: suaramerdeka.com
RSUD Buleleng Jadi RS Rujukan Regional Terbaik Di Bali
Singaraja – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng, Bali mengklaim sebagai rumah sakit rujukan regional terbaik dibandingkan sejumlah rumah sakit rujukan lainnya di Pulau Dewata.
“Rumah sakit rujukan regional lain seperti RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar, RSUD Tabanan dan Rumah Sakit Umum Wangaya,” kata Direktur RSUD Buleleng, Gede Wiartana di Singaraja, Senin.
Ia menjelaskan, RSUD mengklaim sebagai yang terbaik melihat kelengkapaan beberapa pendukung seperti ketersediaan dokter spesialis cukup lengkap, sarana dan prasarana kedokteran representatif serta juga infrastruktur berupa bangunan cukup megah.
“Apalagi, nanti pada 2016 akhir, diperkirakan sekitar Desember 2016, RSUD siap mengoperasikan bangunan instalasi gawat darurat (IGD) demi kenyamanan masyarakat Buleleng,” kata dia.
Selain itu, Wiartana mengungkapkan, pihaknya mengapresiasi “support” penuh Pemkab Buleleng mengembangkan dan membangun infrastruktur di RSUD Buleleng.
“Hingga kini pembangunan IGD menelan anggaran sebesar Rp44,6 miliar untuk pembangunan fisik, Rp38,4 miliar untuk pembangunan lanjutan dan pembebasan tanah sekitar Rp7 miliar, sehingga totalnya mencapai Rp90 miliar dan belum termasuk sarana perlengkapan alat kesehatan,” paparnya.
Wiartana lebih lanjut memaparkan, RSUD juga menjadi satu satunya rumah sakit di Bali bagian utara yang mendapatkan akreditasi B plus. “Itu artinya RSUD memiliki kualitas baik karena memiliki sarana dan pendukung lain yang baik pula,” kata dia.
Dikatakan, salah satu syarat menjadi rumah sakit berpredikat baik adalah memiliki tempat tidur di atas 200 buah, sehingga dapat menampung pasien dalam jumlah banyak.
“Kami saat ini memiliki sekitar 298 buah tempat tidur ditambah lagi sekitar 52 buah tempat tidur di IGD nanti, jadi totalnya mencapai sekitar 350 buah tempat tidur pasien,” katanya sembari menyatakan jika tempat tidur pasien mencapai 400 sudah dapat dikategorikan menjadi rumah sakit terakreditasi A. (WDY)
Sumber: antarabali.com
Potensi Bisnis, Kimia Farma Bangun Tiga Rumah Sakit
JAKARTA – PT Kimia Farma berupaya melakukan transformasi dari pharmaceutical company menjadi health care company. Rencananya, perusahaan pelat merah di bidang produksi obat-obatan ini akan mendirikan tiga rumah sakit sebagai salah satu upaya transformasi perusahaan.
Akan dibangun di Tebet, Jakarta Selatan, Denpasar, Bali, dan Makassar, Sulawesi Selatan. Lahan di Denpasar seluas 3.500 m2 dan Makassar 4 ribu m2. Ketiga rumah sakit tersebut akan dikategorikan sebagai rumah sakit tipe C. Setiap rumah sakit nantinya akan berkapasitas 200 tempat tidur.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Eddy Murianto mengatakan, perseroan melihat potensi bisnis layanan kesehatan yang akan melonjak ke depan. Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan nantinya akan mendongkrak layanan kesehatan di Indonesia.
Sumber: riaupos.co
RSUD Meuraxa Jadi RS Pendidikan
Banda Aceh, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Meuraxa Banda Aceh akan menjadi rumah sakit jejaring pendidikan. Hal ini terwujud dengan adanya MoU antara RSUD Meuraxa dengan Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe.
Penandatanganan MoU kerja sama antara rumah sakit Pemko Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unimal yang berakreditasi B tersebut dilakukan, Senin (4/1) di Balaikota Banda Aceh disaksikan Walikota Illiza Sa’aduddin Djamal.
Direktur RSUD Meuraxa, Syahrul menyebutkan, kerja sama ini menguntungkan kedua kedua belah pihak. Dimana, mahasiswa akan mendapatkan pasien yang lebih banyak, dan rumah sakit juga mendapat banyak manfaat.
Suasana atmosfir pendidikan di rumah sakit juga akan menjadi lebih baik. Jadi, dalam pengelolaan pasien itu sesuai dengan kaidah akademik kedokteran. Selanjutnya akan ada fasilitas pelayanan dan fasilitas pendidikan kedokteran yang tersedia dengan baik.
Dikatakan, bentuk kerjasamanya, diantaranya para dokter muda Unimal atau dokter muda mahasiswa semester akhir akan ditempatkan di RSUD Meuraxa. Kerja sama untuk semua bagian, baik saraf maupun penyakit dalam, THT, mata, dan lain-lain. “Misalnya, untuk bagian penyakit dalam selama 10 minggu, enam minggu di Lhokseumawe dan empat minggu di Meuraxa,” jelas Syahrul.
Menurut Syahrul, kerja sama tahap awal dalam jangka waktu lima tahun, dan akan ditindaklanjuti lagi untuk tahap selanjutnya. Diharapkan rumah sakit Meuraxa ini dapat dijadikan sebagai rumah sakit pendidikan bagi Unimal, seperti RSUZA yang menjadi rumah sakit pendidikan bagi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Rektor Unimal, Afridar menambahkan, kerja sama universitas dengan sebuah rumah sakit jejaring pendidikan sangat diperlukan, dan sebelumnya mereka juga sudah menjalin kerja sama serupa dengan RSUD Cut Mutia.
Kerja sama ini, nantinya diharapkan bukan hanya pada penempatan mahasiswa sebagai koas saja, tapi bisa lebih luas dan menguntungkan kedua belah pihak. Pengabdian di bidang lain saya kira juga terbuka. Semua potensi semoga dapat kita optimalkan, seperti pengabdian kepada masyarakat.
Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal dalam arahan mengharapkan agar kerja sama kedua belah pihak menghasilkan banyak manfaat. Kalau sudah berjalan, mudah-mudahan RSUD Meuraxa juga bisa terbantu oleh para dokter muda dari Unimal.
“Semoga kerja sama ini membawa berkah bagi kita semua, khususnya bagi warga Banda Aceh,” katanya seusai penandatanganan yang juga dihadiri Asisten Administrasi Umum M.Nurdin dan Kadinkes Media Yulizar. (irn)
Sumber: analisadaily.com
DPRD Sumsel Dorong Pembangunan RS Pratama
Palembang – Pembangunan rumah sakit pratama di sejumlah kabupaten di Sumatera Selatan akan dilanjutkan pada tahun 2016 untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat.
“Untuk pembangunan rumah sakit pratama akan disambung lagi pada tahun 2016 nanti,” kata Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan Hj RA Anita Noeringhati, di Palembang, kemarin.
Menurut dia, rumah sakit pratama pada tahun 2016 yang akan dibangun di sejumlah daerah antara lain Penukal Abab Lematang Ilir, Musirawas Utara dan Kota Lubuk Linggau. Kemudian rumah sakit Muaraenim yang selama ini menjadi rujukan daerah sekitarnya juga membutuhkan fasilitas kesehatan
Ia mengatakan, karena itu anggaran yang akan dialokasikan ke Banyuasin bakal dialihkan ke rumah sakit di Muaraenim yang masih membutuhkan fasilitas kesehatan. Kabupaten Banyuasin sendiri pada 2016 nanti akan mendapat dana alokasi khusus (DAK) cukup besar dari APBN, sementara Muaraenim tidak dapat sama sekali.
Karena itu, lanjutnya, anggaran yang akan dialokasikan ke Banyuasin dialihkan ke rumah sakit rujukan di Muaraenim dan ini sudah disahkan. “Jadi, APBD provinsi kita alokasikan ke daerah yang sangat membutuhkan dan rumah sakit rujukan di Muaraenim memerlukan fasilitas kesehatan,” katanya.
Sumber: kaganga.com
RSUD Padangan Masih Bertipe D
manajemenrumahsakit.net :: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padangan, ternyata masih bertipe D. Artinya, rumah sakit tersebut masih bersifat transisi, karena suatu saat nanti akan ada peningkatan menjadi rumah sakit tipe C.
“Untuk saat ini, akreditasi RSUD setempat masih tipe (kelas) D,” ujar Direktur RSUD Padangan, Ninik Susmiati kepada Reporter blokBojonegoro.com, Minggu (3/1/2016).
Akreditasi tersebut, menurut Ninik, akan ditingkatkan ke kelas C. Hal itu, lanjut dia, tak terlepas dari upaya pembangunan fasilitas RSUD oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro.
“Memang akan ada peningkatan akreditasi ke kelas C,” ungkap Perempuan asal Desa Sukorejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro tersebut.
RSUD yang beralamat di Jalan Dr. Soetomo No. 2 Padangan, Bojonegoro itu memang dalam pembangunan. Saat ini, struktur konstruksi RSUD sudah berdiri tegak lima lantai dari desain pembangunan enam lantai.
Pembangunan tersebut akan dilanjutkan pada tahun depan dengan kontraktor baru. Karena, target kontraktor pemenang tender proyek RSUD hanya pada struktur konstruksi saja.
Proyek pembangunan RSUD Padangan ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama hanya sebatas pengerjaan struktur konstruksi lantai lima, sedang di tahap kedua kontruksi berikut penyelesaian.
“Kami berharap, dengan dibangunnya fasilitas rumah sakit, pasien dapat berobat dan mendapatkan pelayanan maksimal,” harapnya. [oni/lis]
Sumber: blokbojonegoro.com
Pasien Overload, RSUD dr. Moewardi Butuh Tambahan 300 Bed
manajemenrumahsakit.net :: SOLO – Jumlah pasien di RSUD dr. Moewardi Solo sering kali overload. Kini, adanya layanan kesehatan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga menambah permasalahan itu karena rumah sakit tersebut menjadi salah satu lokasi rujukan.
“Dengan pelayanan BPJS, banyak pasien yang langsung datang ke rumah sakit tanpa melalui tingkatan rujukan. Hal itu yang terkadang menjadikan rumah sakit overload,” kata Wakil Direktur Umum RSUD dr. Moewardi, Suharto Wijanarko, saat ditemui di sela acara peringatan HUT ke-66 RSUD dr. Moewardi Solo, Sabtu (2/1/2016).
Untuk itu, pengelola rumah sakit memperketat aturan hanya melayani pasien dengan kondisi darurat. Tak hanya faktor pasien, Suharto juga menyadari masih kurangnya sarana dan prasarana salah satunya jumlah tempat tidur menjadi faktor overload-nya jumlah pasien.
Saat ini, rumah sakit tersebut memiliki 777 unit tempat tidur dari idealnya sekitar 1.000 unit.
“Kami berupaya menambah sarana dan prasarana dengan penambahan gedung bertingkat hingga berlantai 10. Diharapkan, ada tambahan sekitar 300 tempat tidur, terutama untuk pasien kelas III. Jadi, kami tidak lagi menolak pasien karena keterbatasan kapasitas rawat inap,” tutur dia.
Menurut Petugas Bagian Pengelolaan Pendapatan dan Pengendalian Pelayanan BPJS, Bambang Sugeng Wijanarko, jumlah pasien BPJS rawat jalan di RSUD dr. Moewardi mencapai 17.000 orang/bulan dan pasien rawat inap sekitar 8.000 orang/bulan.
Sedangkan jumlah semua pasien di rumah sakit itu sekitar 37.500 orang/bulan. Sementara, dari kapasitas 777 tempat tidur di rumah sakit itu, tingkat isiannya mencapai 80 persen.
“Meskipun tingkat isiannya 80 persen bukan berarti jumlah pasien tidak overload. Sebab, pasien kami banyak yang inden [pesan tempat terlebih dahulu]. Sebab, sesuai aturan, pasien dengan penyakit menular dan tidak menular harus dipisahkan tempatnya. Ada juga pasien yang sementara ditempatkan di kelas atasnya karena tidak mendapatkan tempat tidur,” kata dia.
Selain itu, di bagian kamar operasi juga ada yang inden karena keterbatasan tempat. Saat ini, rumah sakit itu juga sedang mengembangkan sarana dan prasarana berupa 40 unit tempat tidur di Intensive Care Unit (ICU) dan 40 tempat tidur di High Care Unit (HCU). Penambahan berbagai sarana dan prasarana itu diharapkan selesai 2018.
Bambang menambahkan penyebab lain adanya overload rumah sakit karena peningkatan kasus penyakit tidak menular salah satunya kanker.
Menurutnya, berbagai macam kanker seperti serviks, mulut, dan yang menyerang beberapa organ tubuh lainnya pada manusia kini semakin banyak.
Sumber: solopos.com
Rumah Sakit Lubuklinggau Diminta Terima Semua Pasien
manajemenrumahsakit.net :: Wali Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, SN Prana Putra Sohe meminta seluruh rumah sakit menerima semua pasien karena pemerintah sudah menyiapkan anggaran yang memadai untuk pengobatan warga masyarakat.
‘Saya tak mau mendengar ada keluhan masyarakat yang ditolak petugas rumah sakit akibat tak memiliki uang tunai,’ kata Wali Kota SN Prana Putra Sohe, Sabtu, menanggapi kabar adah satu rumah sakit menolak pasien, namun secara resmi belum ada laporan tertulis.
Ia mengharapkan pelayanan rumah sakit dan puskesmas terus ditingkatkan apa lagi sekarang banyak faslitas dari pemerintah untuk membantu warga kurang mampu untuk berobat.
Sekarang seluruh rumah sakit wilayah itu sudah ada anggaran BPJS Kesehatan, untuk tingkat puskesmas bisa menggunakan Kartu Linggau Bisa Sehat dan lainnya.
Kedepan fasilitas kesehatan di Kota Lubuklinggau diharapkan bisa terus meningkat dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terkini.
Semakin meningkatnya fasilitas kesehatan harus diimbangi dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya warga kurang mampu.
‘Kalau ada rumah sakit atau puskesmas yang menolak pasien harap lapor dengan saya karena fasilitas disediakan pemerintah sudah cukup untuk pelayanan terhadap masyarakat,’ ujarnya.
Saat ini ada mobil klinik siaga 24 jam untuk melayani masyarakat yang sakit baik di puskesmas maupun seluruh rumah sakit, sehingga tak ada alasan untuk menolak pasien.(ant/rd)
Sumber: ciputranews.com