Personil perawatan kesehatan telah diidentifikasi oleh ACIP sebagai kelompok prioritas untuk vaksinasi COVID-19. Kami melakukan survei pada November – Desember 2020 di dua rumah sakit akademik besar di Philadelphia untuk mengevaluasi niat karyawan rumah sakit untuk divaksinasi.
Tantangan dan Masalah Tentang Pengorganisasian Rumah Sakit untuk Menanggapi Pandemi COVID-19
Hingga 31 Maret 2020, Prancis telah mengumumkan 50.000 pasien serta 3500 kematian. Pandemi COVID-19 unik karena skalanya, kecepatan penyebarannya, kurangnya data ilmiah yang sudah ada sebelumnya, dan pentingnya liputan media.
Hal ini mendorong rumah sakit yang menangani kasus untuk menghadapi banyak tantangan baru yang terkait dengan wabah. Namun, ketahanan sistem kesehatan dalam menanggapi COVID-19 – termasuk di negara – negara berpenghasilan tinggi terbuka untuk dipertanyakan.
Menggunakan Sistem Triase yang Dimodifikasi untuk Meningkatkan Efektivitas Emergency Unit: Implementasi Lean yang Berhasil
Sebagian besar unit gawat darurat di rumah sakit pedesaan mempraktikkan sistem triase tingkat tunggal. Peneliti mengusulkan penambahan triase sekunder, sistem triase 2 tingkat yang dapat meningkatkan kemanjuran departemen. Ini adalah studi pra – pasca – intervensi pusat tunggal yang dilakukan di departemen distrik darurat.
Pemantauan Pasien Jarak Jauh dan Kenyamanan Optimal Pasien
Sumber : freepik.com
Pemantauan Pasien Jarak Jauh (Remote Patient Monitoring – RPM) dapat mengurangi kunjungan dan lama rawat di rumah sakit, meningkatkan retensi, dan kepatuhan pasien untuk mengikuti jadwal. COVID-19 berdampak pada peningkatan permintaan pemantauan pasien jarak jauh. Pemantauan Pasien Jarak Jauh merupakan teknologi yang memungkinkan pemantauan ketat terhadap pasien di luar klinik konvensional, dengan perjanjian konsultasi rutin untuk memperoleh hasil klinis yang lebih baik.
Mengukur Mutu Pelayanan RS pada Masa Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah membuka realita bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki banyak kerentanan. Meskipun sudah memiliki Hospital Disaster Plan dan bahkan melakukan exercise atau simulasi, ternyata RS masih tidak siap dan rentan terhadap kejadian non alam. Situasi ini dapat berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien COVID-19 maupun non COVID-19. Selain ketidaksiapan sistem di RS secara keseluruhan, RS juga mengalami perubahan situasi dimana jumlah kunjungan pasien non COVID-19 menurun drastis, sedangkan pasien COVID-19 meningkat jumlahnya. Dampaknya, RS harus mengatur ulang sumber dayanya, agar idle capacity pada area pelayanan non COVID-19 dapat dimanfaatkan untuk mengisi kekurangan – kekurangan yang terjadi pada area pelayanan untuk pasien COVID-19. Mobilisasi sumber daya ini berdampak pada peningkatkan kebutuhan spesifik untuk menyelenggarakan layanan COVID-19 dalam kapasitas lebih besar, antara lain kebutuhan SDM khusus, alkes, APD, hingga sarpras berupa ruang perawatan yang harus didesain khusus menggunakan tekanan negatif. Semua ini menimbulkan konsekuensi finansial yang tidak mudah untuk dipenuhi, terutama jika RS mengandalkan pendapatan dari pasien non COVID-19 yang jumlahnya justru menurun secara signifikan. Keseluruhan situasi ini dapat mempengaruhi kemampuan rumah sakit untuk menghadirkan pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien.
Komplikasi di Rumah Sakit terkait COVID-19
Akibat pandemi COVID-19 terus berlanjut secara global, tantangan yang muncul adalah peralihan dari infeksi akut ke beban konsekuensi jangka panjang akibat penyakit tersebut. Meskipun terminologi konsensus belum tercapai, tahap pasca-akut COVID-19 sebagian besar didefinisikan sebagai 3 atau 4 minggu setelah timbulnya gejala, dan COVID-19 yang lama atau kronis didefinisikan sebagai gejala dan kelainan yang menetap atau muncul lebih dari 12 minggu. Sebagian besar penelitian berfokus pada COVID-19 akut dan sub akut, meskipun panduan berbasis bukti untuk pengelolaan COVID-19 yang lama masih terbatas. Memahami secara komprehensif efek kesehatan COVID-19 dari tahap akut hingga kronis menjadi hal penting, bukan hanya untuk persiapan gelombang pandemi lebih lanjut, melainkan juga untuk menilai beban sistem perawatan kesehatan akibat konsekuensi COVID-19. Artikel ini dipublikasikan pada Juli 2021 di jurnal The Lancet.
Strategi Pemasaran Rumah Sakit Di Tengah Pandemi COVID-19
foto : https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/telemedicine-system
Dulu rumah sakit didirikan untuk tujuan sosial dan keagamaan, kini dalam rangka mengikuti perkembangan zaman dan persaingan global (globalisasi), banyak langkah dan kebijakan rumah sakit sudah bergeser ke arah profit oriented atau berorientasi ekonomi bahkan komersial. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai kisaran 260 jutaan jiwa, yang jika dilihat dari kacamata bisnis hal tersebut merupakan pasar potensial yang menarik untuk dikelola secara bisnis, sehingga membuat para pelaku bisnis mencoba menggeser paradigma rumah sakit yang dulunya berorientasi sosial keagamaan menjadi institusi yang dikelola secara profesional bisnis tanpa harus meninggalkan fungsinya salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit.
Krisis Keuangan RS Saat Pandemi 2021
Awal Juni 2021, Indonesia dikejutkan dengan melonjaknya kasus COVID-19 terutama di Kabupaten Kudus dan sekitarnya. Lonjakan ini disusul oleh daerah-daerah sekitarnya, sehingga beberapa rumah sakit mulai kewalahan menangani pasien ini karena terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Rumah sakit baik pemerintah maupun swasta tidak mampu lagi menampung pasien COVID-19 sehingga shelter-shelter disiapkan untuk menampung pasien COVID-19.
Biaya Penanganan Pasien COVID-19
Kasus harian COVID-19 di Indonesia sempat menurun antara Maret sampai Mei 2021, penambahan kasus terendah terjadi pada 15 Mei 2021 yaitu sebanyak 2.385 kasus. Pada awal hingga pertengahan Juni kasus COVID-19 meningkat signifikan, tercatat pada 20 Juni 2021 yaitu sebanyak 13.737 kasus. Dengan adanya penambahan kasus yang signifikan tersebut, pemerintah pusat maupun daerah samakin gencar mengimbau masyarakat untuk taat pada protokol kesehatan. Selain itu, pemerintah berupaya maksimal dalam penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia, salah satunya adalah alokasi anggaran untuk penanganan COVID-19.
Ambulatory Cancer Care, Ekspansi Cepat Untuk Memberikan Nilai Lebih dan Aksesibilitas Bagi Pasien
Beban kanker global semakin meningkat di seluruh dunia. Badan Internasional Penelitian Kanker (IARC– Agency for Research on Cancer) memperkirakan bahwa 1 dari 5 orang terdapat kanker yang berkembang dalam tubuhnya dan perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 50 juta orang terdiagnosis kanker selama 5 tahun ke belakang. Dengan meningkatnya pasien baru yang terdiagnosis setiap tahun, maka jumlah pasien kanker aktif meningkat dengan cepat. Hal tersebut memunculkan kebutuhan yang terus meningkat terhadap kemampuan pelayanan kanker. Artikel ini mengulas tentang ambulatory cancer care dan bagaimana manfaatnya bagi pasien kanker.