Seminar Himpunan Perawat Manajer Indonesia (HPMI) 2016 “Perawat Sebagai Investasi Rumah Sakit” Salah satu staf Divisi Manajemen Rumah Sakit PKMK FK UGM, Tri Yuni Rahmanto berkesempatan mengikuti pertemuan ilmiah tahunan, seminar dan workshop HPMI 2016. Reportase ini akan memaparkan catatan penting yang dibahas saat sesi keynote speaker yang disampaikan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M. Sc, PhD. Laksono memaparkan sejumlah poin penting terkait ‘Perawat Sebagai Investasi Rumah Sakit’. Salah satu upaya untuk investasi perawat ialah proses rekruitmen yang terus diperbaiki, memberikan kesempatan kepada tim perawat untuk mengikuti konferensi internasional, pembinaan karir perawat, dan sebagainya. Agenda tahunan kali ini digelar di Hotel Royal Ambarukmo pada 23-25 September 2016. Selengkapnya silakan klik di sini.
Laporan 1: Pembukaan Pada Rabu dan Kamis, 7 – 8 September 2016 telah diselenggarakan Pertemuan Tahunan Hospital Management Asia di Hotel Sheraton, Ho Chi Minh (d/h Saigon) Vietnam. Kegiatan pertemuan ilmiah dan expo manajemen rumah sakit terbesar di Asia ini dihadiri oleh sekitar 1000 peserta dengan 120-an pembicara. Dalam kegiatan ini diselenggarakan pula pemberian Award untuk RS-RS di Asia yang prestasinya menonjol. Dari UGM hadir Prof. Laksono Trisnantoro sebagai salah satu Jury Award dan pembicara mengenai transisi sistem manajemen RS pemerintah di Indonesia. Kegiatan HMA ini bersifat tahunan dan telah berlangsung lebih dari 15 tahun. Vietnam sudah 3 kali menjadi tuan rumah. Sementara Negara tetangga, yaitu Bangkok telah berkali-kali sudah menjadi tuan rumah. Selanjutnya, pada tahun berikutnya (2017) akan diselenggarakan di Manila. Sementara, Indonesia belum pernah menjadi tuan rumah kegiatan ini. Laporan mengenai isu-isu kunci dapat diikuti di web ini. Pembukaan dilakukan pukul 09.00 waktu setempat oleh Richard Ireland sebagai managing director EO, Clarion Events. kemudian, acara dilanjutkan dengan pidato pembukaan oleh Dirjen Pelayanan Medik Kemenkes Vietnam. Sementara, pembukaan resmi dilakukan oleh Menkes Vietnam. Silahkan klik tombol di bawah untuk mengikuti laporan selanjutnya: Pembukaan Konferensi Health Promoting Hospital “Penyediaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan dari pembangunan nasional adalah tercapainya hidup sehat dan pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Healthy hospital adalah RS yang berwawasan lingkungan dan berusaha mewujudkan kenyamanan pasien dan masyarakat sekitarnya”. Demikian kutipan sambutan gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang dibacakan oleh Wakil Gubernur KGPAA Paku Alam X pada pembukaan Health Promotion Hospital Conference yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 3-5 Agustus 2016. Konferensi ini diikuti oleh peserta dari beberapa negara anggota Global Green and Healthy Hospital (GGHH), antara lain Filipina, Taiwan dan Korea Selatan. Selengkapnya silakan simak di sini. Harapan Hidup Meningkat 5 Tahun Sejak Tahun 2000, Tetapi Masih Tidak Merata (Laporan Monitoring SDG oleh WHO, 2016)
Selama empat hari (12 – 15 April 2016) ARSADA menyelenggarakan musyawarah nasional yang merupakan mekanisme transisi kepemimpinan dan kepengurusan ARSADA. Sebagai tradisi, acara Munas selalu dibarengi dengan aktivitas updating pengetahuan dan informasi terbaru sesuai dengan isu yang berkembang. Munas kali ini mengambil tema “Bila RSD Menjadi UPTD, Dapatkah Mempertahankan dan Meningkatkan Mutu Pelayanan di Era JKN dan MEA?” yang dibuka dengan seminar Pra-Munas pada 12 April dengan tema “Perubahan Organisasi Perangkat Daerah: Gonjang Ganjing Komunitas RSD dan Pengaruhnya pada Mutu Layanan”. Informasi seputar pelaksanaan seminar akan disajikan setiap hari di website ini, di hari berikutnya. Silakan simak laporan selengkapnya. ASM Series Bidang Leadership: Penguatan Sistem Rujukan di Era Jaminan Kesehatan Nasional Bagaimana Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan menyusun sistem rujukan agar dapat mengalirkan beban penyakit sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing tingkat pelayanan. Apakah konteks geografis dan sebaran institusi pelayanan kesehatan telah dipertimbangkan? Menyadari pentingnya mekanisme rujukan dalam sistem kesehatan di Indonesia serta fakta yang menunjukkan masih banyak isu di lapangan terkait dengan sistem rujukan tersebut, maka Annual Scientific Meeting (ASM) Kelompok Kerja Leadership FK UGM tahun 2016 bermaksud menggali lebih dalam isu sistem rujukan dan menggambarkan situasi di lapangan secara lebih nyata. Melalui kegiatan ini, diharapkan terjadi pembahasan atas berbagai alternatif solusi atas masalah rujukan yang terjadi sehinga dapat direkomendasikan kepada pengambil kebijakan. ASM Pokja Leadership kali ini mengambil tema Penguatan Sistem Rujukan di Era Jaminan Kesehatan Nasional yang dikemas dalam kegiatan lokakarya satu hari pada Kamis, 24 Maret 2016. Selengkapnya: |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Pengantar Perpres Nomor 77 tahun 2015 |
|
LEAN HOSPITAL – Bagian 2 |
Perawat Sebagai Investasi Rumah Sakit
Reportase Seminar:
Perawat Sebagai Investasi Rumah Sakit
Reporter: Tri Yuni Rahmanto
(PKMK FK UGM/ Seksi Pelayanan RSUD Wonosari, DIY)
Telah berlangsung Pertemuan Ilmiah Tahunan serta Seminar & Workshop Himpunan Perawat Manajer Indonesia (HPMI) di Hotel Royal Ambarukmo, YogYakarta 21-23 September 2016. Sebagai keynote speaker, Prof. Laksono Trisnantoro menyampaikan makalah berjudul: “Perawat Sebagai Investasi Rumah Sakit” pada hari pertama, Kamis (21/9/2016) sebagai pembekalan bagi peserta dalam acara selanjutnya sampai dengan hari ke-3.
Dalam awal paparannya, Prof. Laksono Trisnantoro mengajak peserta seminar untuk melihat terlebih dahulu beberapa perspektif sebelum masuk pada investasi perawat di RS, antara lain: Sistem Kesehatan dan tujuannya, Jenis-jenis perawat, Investasi di Perawat: Apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan oleh RS?, dan Kepemimpinan yang diperlukan.
Pertama, sistem kesehatan adalah semua kegiatan yang bertujuan utama untuk meningkatkan, mengembalikan dan memelihara kesehatan dengan cara peningkatan status kesehatan, perlindungan risiko kesehatan dengan universal coverage dan dan tercapainya kepuasan publik akan layanan keseahatan. Pertanyaan besarnya adalah dimanakah peran perawat dalam sistem tersebut baik di RS maupun di masyarakat? Apakah visi dan misi RS telah melibatkan perawat secara jelas sehingga dapat dikatakan bahwa perawat sebagai investasi RS? Disinilah kemudian tantangan terbesar perawat terutama manajer perawat muncul, yaitu untuk menunjukkan eksistensinya dengan ikut serta bersama pelaku kesehatan di dalam sistem kesehatan terutama di rumah sakit.
Kedua, terkait dengan jenis-jenis perawat yang ada di Indonesia sekarang ini meliputi perawat yang bekerja di area klinis maupun administratif, pada area kesehatan komunitas masyarakat atau perawat yang menjadi dosen dan peneliti baik pada lembaga birokrasi pemerintah dan atau swasta ditambah perawat yang secara khusus aktif dalam organisasi profesi dan kolegium. Semua jenis perawat ini memiliki peran yang besar dalam memikirkan dan mewujudkan investasi perawat di rumah sakit sehingga peran aktif dalam sistem kesehatan di rumah sakit khususnya.
Ketiga, apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh RS dalam investasi perawat? Investasi yang dapat diartikan sebagai usaha menanamkan dana, usaha, waktu dan berbagai sumber daya untuk mendapatkan keuntungan finansial dan/atau manfaat di waktu mendatang. Apakah investasi dilakukan dalam rumah sakit saja? Atau harus bersamaan dengan invetasi di perawat dalam Sistem Kesehatan? Pertanyaan tersebut harus terlebih dahulu dijawab oleh perawat atau HPMI sebagai organisasi yang mewadahi profesi perawat pada lingkup manajerial secara luas. Di dalam sebuah rumah sakit harus diakui bahwa perawat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) dan profesi yang strategis dalam value chain principal. Secara operasional Prof. Laksono Trisnantoro menjelaskan dalam konteks rumah sakit, investasi perawat dapat berupa perbaikan sistem rekruitmen perawat untuk mendapatkan bakat-bakat yang terbaik; ppembinaan karir perawat agar bakat-bakat yang terbaik dapat berkembang, termasuk pelatihan; remunerasi yang memadai dengan tidak menimbulkan kegoncangan atau kesulitan hidup lembaga RS karena jumlah perawat banyak; persiapan masa pensiun yang baik, atau sistem pensiun yang memungkinkan kembali bekerja. Kemudian investasi dalam recruitment dapat berupa meritokrasi dalam merekrut dan mengembangkan tenaga-tenaga berbakat; jangan sampai terjadi KKN dalam rekrutmen perawat; RS perlu mendanai proses rekrutmen sebagai investasi. Selanjutnya, tidak kalah penting dalam pengelolaan SDM Perawat harus ditempuh dengan cara: membina para pemimpin perawat, yang berada di jalur klinis dan di jalur administrasi dengan sebaik-baiknya. Untuk RS Pendidikan: pengembangan perawat yang berada di jalur pendidikan dan latihan (dosen dan instruktur, serta kemampuan peneliti); dan di berbagai negara mengadakan inovasi-inovasi.
Beberapa benchmark yang bisa didapatkan antara lain dari Eastern Health Alliance and Changi General Hospital Singapore dan RS Chi Mei Taiwan. Di Changi General Hospital menggunakan prinsip Agility, Produktivitas, dan Longevity. Dalam Agility, diharapkan ada SDM yang stabil, kompeten (termasuk kompeten dalam komunikasi), juga flkesibel. Ada program Ready, untuk menyiapkan tenaga muda berbakat untuk berkembang. Ini merupakan program regenerasi, untuk perawat terdapat tingkatan-tingkatan. Untuk produktivitas, dilakukan berbagai pengelolaan secara prosedur, peralatan, dan bangunan agar terjadi pengurangan heavy duty work. Untuk prinsip longevity dikembangkan berbagai hal sehingga mendorong sumber daya yang baik terus bekerja bahkan sampai pasca pensiun. Bagi mereka yang fit dan baik ditawari program re-employment setelah usia 62 tahun. Masa kerja bisa diperpanjang dengan 5 tahun kontrak dan terjadilah Ageless work. Juga dikembangkan berbagai program agar terjadi harmoni dalam kehidupan bekerja, sosial, dan keluarga. Diharapkan terjadi wellness di kalangan pekerja. Sedangkan di RS Chi Mei Taiwan dikembangkan Total Talent Management for Nurses dengan cara: mengembangkan lingkungan kerja yang positif dan ada Nursing Information System; melakukan kerjasama yang baik antar profesi, terutama antara dokter dengan perawat. Hubungan dengan dokter harus dibina terus; memberi kesempatan kepada para perawat untuk mengikuti konferensi-konferensi internasional dengan didanai oleh lembaga; melakukan pelatihan-pelatihan perawat dan manajer melalui pelatihan terstruktur; online education; pengembangan pusat-pusat ketrampilan, dan penyelenggaraan konferensi-konferensi ilmiah; dengan program Total Talent Management for Nurses, setelah 15 tahun, turn over rates dan vacancy rates perawat turun.
Catatan penting dari Prof. Laksono adalah “Investasi Perawat di RS tidak mungkin dilakukan tanpa investasi perawat dalam Sistem Kesehatan”. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara Investasi dalam mengembangkan Kebijakan Pemerintah dengan: Investasi untuk kebijakan pendidikan dan pelatihan perawat; Investasi untuk kebijakan yang memperjelas karir perawat klinik, administratif, dosen-peneliti, sampai ke perawat kesehatan masyarakat; Investasi untuk kebijakan mutu keperawatan. Sedangkan cara lain adalah Investasi untuk Menata Organisasi Profesi dan Kolegium-Kolegium, ditempuh dengan Bagaimana Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) memperkuat diri sebagai ikatan profesi yang mampu; memperjuangkan kebutuhan dan keinginan anggota, sekaligus; memenuhi harapan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian Investasi untuk Lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan, meliputi mengembangkan tenaga perawat pendidikan (termasuk pendidik klinis dan manajemen); mengembangkan kapasitas dan mutu lembaga pendidikan keperawatan dengan tolok ukur internasional; mengembangkan sistem kerjasama pendidikan dengan lembaga-lembaga pelayanan kesehatan.
Selanjutnya tantangan yang dihadapi perawat secara umum menurut Prof. Laksono adalah Bagaimana PPNI mengembangkan diri sebagai semacam Perhimpunan Profesi dan tidak perlu menjadi terlalu kompleks; perlu dipikirkan pembentukan kolegium-kolegium yang independen di luar PPNI untuk memajukan ilmu; karena jumlah anggota yang banyak, bagaimana PPNI mengatur dirinya agar tidak mirip seperti partai politik; bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Tinggi Kesehatan; dan bagaimana PPNI dapat masuk ke arena internasional dengan baik.
Keempat, adalah kepemimpinan yang diperlukan. Investasi untuk pengembangan kepemimpinan dapat ditempuh dengan cara Investasi dibutuhkan untuk Pelatihan-pelatihan, pendidikan, dan dukungan teknis untuk para pemimpin; dalam masa yang dinamis ini dibutuhkan para perawat yang menjadi pemimpin dalam konteks masing-masing. Diharapkan ada pemimpin-pemimpin Perawat yang mempunyai ciri: (1) Menetapkan Visi Keperawatan, (2) Memobilisasi Komitmen Perawat untuk mengembangkan lembaganya/atau sistem kesehatan, (3) Memicu Kemampuan Organisasi dan (4) Mempunyai Karakter Pribadi yang baik.
Sebagai penutup, Prof.Laksono menyampaikan beberapa hal, antara lain Saat ini dalam masa transisi yang dinamis, dibutuhkan berbagai investasi untuk perawat di RS dan di Sistem Kesehatan secara bersamaan; Investasi ini mencakup pula pengembangan Kepemimpinan; Tanpa adanya berbagai investasi dikawatirkan dunia keperawatan Indonesia tidak berperan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat dan kalah bersaing dengan luar negeri (TYR).
Polda Lampung Selidiki Kematian 3 Pasien di Rumah Sakit Pasca Operasi
Jakarta – Polda Lampung tengah melakukan penyelidikan kasus kematian tiga pasien pasca operasi. Ketiga pasien itu ditangani oleh seorang dokter di sebuah rumah sakit.
Menurut Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih, Jumat (8/4/2016), pihak kepolisian melakukan penyelidikan setelah adanya laporan meninggalnya tiga pasien di RS MH Lampung.
Tiga pasien yang meninggal itu Suripto, setelah operasi tumor betis kiri, Devi meninggal setelah melahirkan dengan cesar, dan Reyhan yang meninggal setelah operasi Varicocel Bilatral.
“Ketiga korban tersebut diberikan anastesi/pembiusan spinal pada tulang punggung oleh dr. EP dengan asisten M,” jelas Sulistyaningsih.
Kematian ketiga pasien itu terjadi secara berurutan akhir Maret lalu. Dokter EP melakukan yang melakukan operasi .
“Dari 5 yang ditangani EP pada hari itu, 3 orang meninggal dunia,” urai Sulistyaningsih.
(dra/dra)
Sumber: detik.com
Sanksi RSIA Pertiwi di Tangan Sekda
MAKASSAR — Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel Rahmat Latif turut bersuara menyikapi persoalan penahanan bayi yang terjadi di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pertiwi.
Menurut Rahmat, rumah sakit yang didalamnya terdiri dari komponen petugas kesehatan harus selalu bertekad memberi pelayanan yang prima. Harus selalu mendahulukan keselamatan pasien dibanding lainnya.
“Jika ada yang tidak memberikan pelayanan yang baik, berarti ada yang tidak betul,” ungkap Rahmat, saat berada di Rumah Sakit Sayang Rakyat, akhir pekan lalu.
Namun, lanjutnya, seperti apa ketidakbetulan itu, dia mempersilahkan media untuk menanyakan langsung ke rumah sakit yang bersangkutan.
Terkait pemberian sanksi pada rumah sakit yang tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya, Rahmat enggan mengomentari. Pasalnya, itu bukan ranah dan kewenangannya.
“Saya bukan atasannya langsung. Tanyakan langsung kepada Pak Sekda,” ungkapnya.
Namun dia melanjutkan, seharusnya seorang pasien yang akan berobat ke rumah sakit seharusnya sudah paham mekanismenya. Jika tidak mampu, pasti akan mengantongi Kartu Indonesia Sehat (KIS). Atau yang menggunakan BPJS secara mandiri tentu tidak ada persoalan. Kecuali jika BPJS-nya bermasalah, semisal menunggak.
“Jadi kalau sesuai prosedur, apa sebenarnya yang bersoal,” pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar, Indira Mulyasari Paramastuti mengaku tidak tidak ingin menerima alasan dari Direktur RSIA Pertiwi. Ia hanya menuntut rumah sakit tersebut memperbaiki sikap oknum perawat yang tidak sopan.
“Saya tidak persoalkan ji kinerjanya atau apa, tapi saya prihatin ke oknum perawat yang RSIA Pertiwi yang tidak menunjukkan sikap yang sopan melayani pengunjung atau tamu,” ungkapnya di gedung DPRD Makassar, Jumat (23/9) lalu.
Bahkan Indira mengaku mengetahui jika rumah sakit binaan Pemprov Sulsel pasti melakukan prosedur sesuai dengan aturan disana, tapi ia meminta agar etika rumah sakit lebih diperhatikan untuk memperlakukan pasien atau tamu itu dengan sebaiknya, jangan karena orang yang tidak mampu diperlakukan tidak manusiawi.(ita)
Sumber: beritakotamakassar.fajar.co.id
2018, RSUD Kayuagung Ditargetkan Naik Jadi Tipe B
KAYUAGUNG I Manajemen RSUD Kayuagung menargetkan ditahun 2018 mendatang dapat meraih akreditasi tipe B. Untuk merealisasikan itu semua didukung kelengkapan sarana dan prasarana hingga sumber daya manusia mumpuni.
“Untuk meraih standar akreditasi tipe B itu, tentu hal utama ialah perbaikan mutu pelayanan. Ya, saat ini RSUD Kayuagung masih berstatus tipe c plus. Perlu kerja keras untuk meraih tipe B itu,” kata Direktur RSUD Kayuagung, dr Dedi Sumantri, beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan adapun syarat yang harus dipenuhi untuk meraih akreditasi rumah sakit tipe B itu antara lain minimal harus memiliki tempat tidur berada diatas 300unit, memiliki fasilitas jenis pelayanan modern seperti ct scan. Begitupun dari sisi anggaran juga harus mendukung penuh kegiatan operasional rumah sakit.
Sekarang ini, lanjut dia, pihaknya hanya memiliki sekitar 234 unit tempat tidur. Ditahun 2017 mendatang, pihaknya berencana akan membangun gedung untuk rawat inap kelas III yang pendanaannya bersumber dari dana alokasi khusus (DAK).
“Kalau rumah sakit sudah menyandang tipe B, maka otomatis pengesahannya dilakukan DPRD Provinsi, termasuk alokasi anggaran juga disahkan provinsi dan pejabat strukturalnya pun diserahkan ke provinsi,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, rumah sakit Kayuagung telah memiliki sekitar 17 dokter spesialis diantaranya spesialis bedah, mata, THT, dan lainnya.
“Untuk meraih akreditasi tipe B juga harus ditambah dua spesialisasi lagi yaitu radiologi dan patologi klinik atau patologi rehabilitasi medis,” ucapnya.(romi maradona)
Sumber: beritamusi.co.id
RS Panti Waluyo Lulus Akreditasi Paripurna
PURWOREJO, Rumah Sakit Panti Waluyo Purworejo dinyatakan lulus akreditasi dengan predikat Paripurna Tanpa Remidi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Piagam Akredititasi Paripurna diserahkan oleh Staf Ahli Bupati Drg Nancy Megawati Hadisusilo, MM kepada Direktur RS Panti Waluyo Purworejo dr Regowo, di Aula Hotel Plasa, Kamis (22/9). Pada kesempatan itu juga dilakukan pelantikan Direktur RS Panti Waluyo Purworejo, Dr Regowo, oleh Ketua Yakkum Daniel Suharto Rustamaji.
Ketua Yakkum, Daniel Suharto mengungkapkan, dalam lina tahun terakhir, RS Panti Waluyo Purworejo mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal itu berkat kinerja dokter Regowo yang mampu bersinergi dengan semua karyawan.
“Sepuluh tahun yang lalu, RS Panti Waluyo ibarat pepatah hidup enggan mati tak mau. Kondisinya seperti pasien yang dirawat di ICU. RS Panti Waluyo dipandang sebelah mata,” ujar Daniel Suharto.
Namun, kata Daniel lebih lanjut, sejak masuknya dokter Regowo, RS Panti Waluyo berubah jadi seperti sekarang ini. Bahkan tidak di luar dugaan mampu lulus akreditasi paripurna tanpa remidi.
Sementara itu Bupati Purworejo yang diwakili Staf Ahli Drg Nancy Megawati Hadisusilo, MM mengakui keberhasilan RS Panti Waluyo dalam ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Purworejo.
“RS Panti Waluyo telah berhasil menjadi RS Tipe D pertama yang meraih akreditasi paripurna. RS itu juga berkembang, mandiri dan mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau,” tandas Nancy. (Nas)
Sumber: purworejonews.com
Kerja Profesional Bisa Atasi Keterlambatan Klaim Rumah Sakit di Program JKN
JAKARTA – Proses verifikasi klaim membuat rumah sakit memerlukan waktu lama untuk mendapatkan biaya pengganti dianggap sebagai salah satu penghambat kelancaran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Agar masalah itu tidak muncul, masing-masing pihak seperti rumah sakit dan BPJS Kesehatan harus bekerja profesional, bertindak sesuai pegangan, utamanya terkait coding.
Terkait kesepakatan klaim maupun pengembalian berkas klaim, masing-masing pihak harus duduk bersama dan menyamakan persepsi.
Kalaupun tidak menemukan titik temu mengenai klaim bisa menunggu aturan yang akan dikeluarkan Kementerian Kesehatan.
Demikian kesimpulan diskusi panel Peran Manajemen Rumah Sakit dalam Percepatan Verifikasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang diadakan IndoHCF, Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia (IKKESINDO) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di RS Cipto Mangunkusumo.
Kepala Group Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan, Abdi Afdal Abdullah mengatakan selama ini keterlambatan klaim rumah sakit lebih disebabkan masalah administrasi.
“Umumnya, kekeliruan dalam pemenuhan kelengkapan dan kesesuaian administrasi kerap terjadi sehingga prosesnya lebih panjang,” katanya.
Sumber: beritaraya.com
Gubernur Resmikan Pusat Pelayanan Jantung Jambi
JAMBI– Gubernur Jambi H. Zumi Zola Zulkifli. S.TP, MA mengemukakan, dengan bertambahnya fasilitas perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher akan dapat meningkatkan pelayanan dan perawatan kepada masyarakat yang membutuhkan, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat meningkat. Demikian disampaikan Gubernur saat Peresmian Pusat Pelayanan Jantung Jambi, Jambi Cardiac Center (JCC) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi, Kamis (15/09/2016).
Dalam sambutan dan arahannya Gubernur Zola menyampaikan, ini merupakan tonggak sejarah bagi Pemerintah Provinsi Jambi khususnya dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di Provinsi Jambi. ” Kita sama-sama mengetahui membangun manusia seutuhnya itu salah satu tujuan kita bersama, dengan memperhatikan tingkat kesehatan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraannya. Itulah yang menjadi tujuan JAMBI TUNTAS 2021, walaupun kondisi keuangan daerah sangat terbatas, namun untuk pelayanan kepada masyarakat menjadi tujuan utama seperti pendidikan dan kesehatan, itulah yang utama,” ungkap Zola.
Dikatakan Zola, hakekat pembangunan nasional adalah membangun manusia seutuhnya sangat erat kaitannya dengan peningkatan derajat kesehatan, perbaikan kualitas pendidikan serta peningkatan pendapatan masyarakat. “Oleh karenanya pembangunan bidang kesehatan dan pendidikan merupakan elemen kunci dalam peningkatan kualitas hidup manusia,” ucap Zola.
Pada kesempatan tersebut Gubernur Zola juga mengucapkan terima kasihnya kepada Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita Bapak Dr.dr. Hananto Andriantoro, Sp.Jp, Mars, Fica yang telah memberikan perhatian dan dorongan terhadap RSUD Raden Mattaher Jambi, sehingga pusat pelayanan jantung jambi dapat terwujud,” ujar Zola.
Mantan Bupati Tanjung Jabung Timur ini juga menjelaskan, di Provinsi Jambi setiap tahunnya ada 2 ribu kasus penyakit jantung yang ditangani oleh rumah sakit Raden Mattaher, karena peralatan yang belum lengkap maka pasien banyak dirujuk ke rumah sakit Jakarta atau provinsi tetangga. “Dengan peresmian pusat pelayanan jantung Jambi Cardiac Center (JCC) dengan peralatan yang lengkap ini kita bisa menangani operasi jantung cukup di Jambi saja,” Jelas Zola.
” Ini merupakan langkah awal di bidang kesehatan dan banyak lagi langkah-langkah berikutnya yang harus kita tingkatkan, untuk 2 tahun kedepannya RSUD Raden Mattaher ditargetkan bisa operasi bedah jantung,” Sambung Zola.
Selain itu Zola juga menjelaskan, peningkatan fasilitas di RSUD Raden Mattaher ini patut disukuri, namun masih banyak dihadapkan pada beberapa pekerjaan rumah terkait persoalan kesehatan yang harus dipentaskan secara bertahap,” Tantangan kedepan seperti peningkatan kualitas SDM para Dokter, perawat sangat perlu serta kesediaan alat kesehatan terus dipacu untuk menjawab perkembangan dunia kesehatan harus dapat dicarikan solusi terbaik,” pungkas Zola.
Sementara itu, Direktur Utama RS Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp,JP, Mars, Fica mengatakan, diagnostic invasive dan intervensi kardiovaskuler ini merupakan yang pertama di Provinsi Jambi. Ia berharap layanan ini dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakat di Jambi. “Rumah Sakit Jantung Harapan Kita siap membantu masyarakat di Jambi. Kami berharap baik Pemda, rumah sakit, karyawan dan dokter untuk bisa berkoordinasi dengan baik membangun pelayanan jantung ini,” ujarnya.
Dikatakan Dr.dr Hananto, 60 persen penyakit jantung di sebabkan oleh merokok, untuk itu dirinya mengucapkan terima kasih bagi yang tidak merokok.
Sementara itu juga, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi dr. Erman menyatakan rumah sakit RSUD milik pemerintah Provinsi Jambi ini akan menjadi rumah sakit rujukan nasional. “Berbagai langkah, telah di siapkan untuk kemajuan,” katanya.
Menurutnya, banyak pasien asal wilayah Provinsi Jambi yang dirujuk keluar provinsi seperti ke Jakarta dan singapura, ini merupakan dampak ketidakmampuan Rumah sakit di Jambi dalam melakukan pengobatan. “Namun, setelah program Unggulan RSUD Jambi yaitu CARDIAC CENTER diresmikan pada hari ini, masyarakat Jambi tidak perlu lagi harus keluar Jambi, karena RSUD Raden Mattaher telah mampu menanangi penyakit yang selama ini belum bisa dilakukan Di RSUD Jambi seperti Jantung koroner dan lain-lainnya,” ujarnya.
“Dalam penanganan pasien yang sudah koroner pihak RSUD Jambi selalu terkendala dengan peralatan, maka dari itu untuk meningkatkan pelayanan RSUD Raden Mattaher Jambi tahun ini membeli peralatan – peralatan yang selama ini tidak dimiliki dan Ini merupakan program Gubernur Jambi H. Zumi Zola Zulkifli yaitu Jambi Tuntas, ” tambahnya.
Dalam program Unggulan RSUD Jambi Cardiac Center, Erman menjelaskan, pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan RS Harapan Kita Jakarta.”Manfaat program ini banyak sekali nantinya, yang jelas masyrakat tidak perlu lagi keluar Jambi dan kita siap menampung pasien-pasien yang tidak lagi tertangani di RS negeri maupun swasta dalam wilayah Jambi,” jelasnya.
Pada kesempatan ini juga diadakan MoU antara Pusat pelayanan jantung Jambi Cardiac Center (JCC) dengan Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Harapan Kita, Nasional Cardiovescular Center Jakarta yang disaksikan oleh Gubernur Jambi.
Turut serta pada kesempatan ini, unsur Forkompimda Provinsi Jambi, para bupati/walikota, para kepala SKPD Provinsi Jambi, para dokter rumah sakit serta para undangan lainnya.
Sumber: metrojambi.com
Alunan Langgam Jawa Hibur Pasien dan Pengunjung Rumah Sakit Jogja
YOGYAKARTA – Langgam jawa samar-samar mengalun syahdu memecah hiruk pikuk pasien, keluarga dan para petugas Rumah Sakit Jogja, Wirosaban, Kamis (22/9/2016).
Mengambil tempat di gazebo dekat lobi, Intan Puspitasari (24), memamerkan suara merdunya dengan langgam jawa, beradu ritmis dengan petikan siter Febrian Ari Cahyono (19). Keduanya mencairkan kesibukan suasana penghuni rumah sakit tersebut.
Lebih dua bulan lamanya kedua insan ini bergantian dengan beberapa penyanyi lain mendendangkan langgam jawa dan menghibur para penghuni dan pengunjung rumah sakit.
“Kita mulai pukul delapan pagi sampai Zuhur nanti. Lagunya langgam jawa semua,” Intan menjelaskan kepada Tribun Jogja yang penasaran.
Menyanyikan langgam jawa diiringi petikan siter bukan hal sulit bagi Intan dan Ari, lulusan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia atau SMK Negeri 1 Kasihan, Yogyakarta.
Menyanyi dan menghibur di rumah sakit menjadi pengalaman tersendiri yang berkesan bagi keduanya karena membantu menghibur orang yang dalam kesusahan akibat penyakit.
Tak jarang para pengunjung juga akhirnya ikut bernyanyi bersama mereka.
“Kadang ada keluarga yang menjenguk ikut duduk bernyanyi sambil menunggu. Senang bisa ikut membahagiakan dan membuat senang orang lain,” ujar Intan.
Sumber: tribunnews.com
…Tingkatkan Pelayanan, RS SILOAM Lippo Cikarang Lakukan Groundbreaking Gedung Baru…
CIKARANG, Siloam Hospitals Lippo Cikarang, penyedia layanan kesehatan terdepan di Kabupaten Bekasi bersiap menambah fasilitas untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Pembangunan unit gedung baru setinggi 6 lantai yang mendukung fasilitas rawat inap sebanyak 52 tempat tidur dan pengembangan unit rawat jalan untuk tahap keduanya diharapkan selesai pada Mei 2017. Total investasi untuk pembangunan RS senilai Rp 4 miliar belum termasuk alat dan SDM pendukungnya.
CEO Siloam Hospitals Lippo Cikarang dr Danny Wijaya, mengatakan mulai November 2016 RS Siloam tidak hanya melayani pasien privat/perusahaan dan asuransi, tetapi juga peserta jaminan kesehatan nasional.
“…Mengingat pertumbuhan pasien yang luar biasa, maka pada bulan september ini kami mengembangkan pelayanan rawat inap sampai 50 persen, dari kapasitas 108 bed saat ini diharapkan dapat menyediakan 160 bed tahun depan…”, ujar dr. Danny.
Peletakan batu pertama (ground breaking) perluasan rumah sakit tersebut dilakukan Kamis(22/09/2016). Turut hadir dalam acara tersebut Managing Director & Chief Operations Officer Siloam, DR.dr.Andry.
“…Perluasan ini tidak lepas dari visi group Siloam untuk Standardisasi kualitas pelayanan integrated safety yang harus kami tonjolkan dan buktikan…”, jelas dr. Andry.
Selain di Lippo Cikarang, Siloam Hospitals telah mengoperasikan 22 Rumah Sakit dan klinik dan terus berkembang. Akhir tahun 2016 setidaknya beroperasi 30 unit rumah sakit Siloam, saat ini sedang progress di Bogor, Bangka, Jogjakarta, Lubuk linggau, Jember, serta Ambon.
Sumber: nrmnews.com