Reportase Workshop Manajemen Klinik Bayi Tabung
Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan klinik infertilitas (IVF, In-Vitro Fertilization) atau lebih dikenal dengan Klinik Bayi Tabung semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin tingginya kesadaran masyarakat berkat informasi yang tersebar dan makin mudah diakses. Data menunjukkan, di Indonesia ada 200.000 pasangan infertil per tahun yang membutuhkan penanganan di IVF Clinic. Di seluruh dunia, angkanya mencapai 48,5 juta pasangan. Ini menyebabkan demand terhadap layanan IVF Clinic terus meningkat. Hal tersebut dibahas oleh para pembicara di Workshop IVF Clinic Management yang untuk pertama kalinya diselenggarakan pada 29 April 2018 sebagai salah satu bagian dari agenda tahunan Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia(PERFITRI) di Yogyakarta, 28 April – 1 Mei 2018 yang lalu. Kunjungan Pembelajaran Smart Hospital ke National Hospital Surabaya National Hospital di Surabaya merupakan pionir penerapan smart hospital di Indonesia. Ketika rumah sakit lain masih ragu dan mempertanyakan keabsahan rekam medis elektronik, beragam inovasi digital telah diterapkan di National Hospital. Tidak hanya untuk perekaman data pasien ke dalam aplikasi rekam medis elektronik, layanan jarak jauh juga disediakan untuk pasien penyakit kronis, sehingga pasien dapat melakukan konsultasi pemantauan kadar gula darah sewaktu dan tekanan darah dari rumah melalui wearable devices. Penggunaan QR code dan RFID (radio frequency identifier) juga sudah jamak dilakukan sebagai penanda logistik, pasien, maupun dokter. Reportase Seminar Nasional IndoHCF IV Jakarta, 25-26 April 2018 Seminar nasional IndoHCF yang keempat digelar di Hotel Fairmont, Jakarta pada 25 dan 26 April 2018. Seminar ini mengambil tema utama “Meraih Keunggulan Kompetitif melalui Transformasi Industri Kesehatan di Era Disrupsi”. Tema besar ini kemudian dijabarkan dalam dua topik harian. Tema pada hari pertama adalah “Peran Industri Kesehatan dalam Mendukung Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” (25 April 2018). Sedangkan topik pada hari kedua adalah “Transformasi Pelayanan Kesehatan di Era Disrupsi” (26 April 2018). Acara ini diselenggarakan atas dukungan dana corporate social responsibility dari idsMED. Upaya Eliminasi Kasus Malaria di Indonesia Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan plasmodium, yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung Plasmodium di dalamnya. Plasmodium yang berpindah ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, lalu akan hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. World Malaria Report 2015 menyebutkan bahwa malaria telah menyerang 106 negara di dunia. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Rumah Sakit Syariah di Indonesia |
|
Update Jumlah RS di Indonesia Tahun 2018 |
Kunjungan Pembelajaran Smart Hospital Ke National Hospital Surabaya
Kunjungan Pembelajaran Smart Hospital
Ke National Hospital Surabaya
Pengantar
National Hospital di Surabaya merupakan pionir penerapan smart hospital di Indonesia. Ketika rumah sakit lain masih ragu dan mempertanyakan keabsahan rekam medis elektronik, beragam inovasi digital telah diterapkan di National Hospital. Tidak hanya untuk perekaman data pasien ke dalam aplikasi rekam medis elektronik, layanan jarak jauh juga disediakan untuk pasien penyakit kronis, sehingga pasien dapat melakukan konsultasi pemantauan kadar gula darah sewaktu dan tekanan darah dari rumah melalui wearable devices. Penggunaan QR code dan RFID (radio frequency identifier) juga sudah jamak dilakukan sebagai penanda logistik, pasien, maupun dokter.
Beragam inovasi berbasis teknologi maju tersebut merupakan terobosan penting dalam upaya meningkatkan efektivitas pelayanan, keselamatan pasien serta efisiensi rumah sakit. Di sisi lain, inovasi teknologi tidak datang begitu saja. Visi dan kepemimpinan rumah sakit merupakan hal yang menentukan selain kemitraan dengan berbagai pihak yang menyediakan perangkat keras, jaringan, perangkat lunak serta berbagai teknologi maju.
Tujuan
Kegiatan tersebut bertujuan untuk :
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para konsultan di PKMK dan mahasiswa MMR serta SIMKES tentang strategi implementasi smart hospital.
- Memperluas wawasan para konsultan di PKMK dan mahasiswa MMR serta SIMKES khususnya dari segi inovasi serta teknologi potensial di rumah sakit.
- Mempelajari tantangan dan solusi dalam mengatasi kendala implementasi smart hospital.
Tempat, Waktu, dan Tanggal Pelaksanaan
Berkaitan dengan hal tersebut, PKMK, MMR, dan SIMKES FKKMK UGM berencana melaksanakan kunjungan belajar (study visit) ke National Hospital pada :
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Mei 2018
Waktu : 09.00 – 16.00
Tempat : National Hospital Surabaya
Target Peserta
- Pimpinan RS.
- Konsultan PKMK.
- Mahasiswa MMR.
- Mahasiswa SIMKES.
- Pemerhati dan peneliti informatika kesehatan.
- Pemerhati teknologi informasi rumah sakit.
Agenda Acara
- Pengantar Smart Hospital di National Hospital.
- Kunjungan ke unit-unit pelayanan.
- Diskusi dan rencana tindak lanjut.
Pendanaan
Peserta luar Surabaya *) : Rp. 3.100.000
Peserta Lokal Surabaya : Rp. 750.000
*biaya meliputi tiket pesawat yogyakarta-surabaya (pp) dan transport lokal
Pembayaran peserta dapat dilakukan dengan melalui transfer ke rekening:
No Rekening : 9888807172010997
Nama Pemilik : UGM FKU PKMK Dana Kerjasama Penelitian Umum
Nama Bank : BNI
Alamat : Jalan Persatuan, Bulaksumur Yogyakarta 55281
Bukti transfer pembayaran tersebut di kirim melalui (pilih salah satu)dengan diberi nama lengkap peserta
– Fax ke 0274-549425
– Email ke [email protected]
– Whatsapp Messenger ke No. 0811 101 9077 / 081329760006
Informasi dan Pendaftaran
Maria Lelyana
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM
Phone: 0274 – 549425
Hp: 08111019077
Email: [email protected]
Batas waktu pendaftaran diterima paling lambat 17 Mei 2018.
Solusi Pengolahan Limbah Rumah Sakit tanpa Pembakaran
DENPASAR — D&V Medika sebagai perusahaan agen tunggal pemasok mesin pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) di Indonesia menggandeng Asosiasi Pengusaha Daur Ulang Plastik Indonesia (APDUPI). Keduanya menghadirkan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyolusikan tuntas penanganan limbah medis noninsenerasi (tanpa pembakaran) berteknologi modern dan ramah lingkungan.
Founder dan Chairman D&V Medika, Vincentius Lianto mengatakan perusahaannya mengadakan mesin pengolah limbah medis berteknologi microwave yang mampu mengubah limbah medis berbahaya menjadi tidak berbahaya. Mesin bernama Ecodas berkapasitas pengolahan 150 kilogram (kg) per 30 menit ini sudah terpasang satu unit di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Limbah dibakar dengan teknologi uap, tidak menghasilkan polusi, sehingga bisa diolah langsung di dalam area rumah sakit. Selama ini limbah B3 biasanya dimusnahkan dengan cara dibakar dan menghasilkan asap, sehingga tempat pengolahan limbah diwajibkan berjarak minimal 500 meter dari pemukiman penduduk, berdasarkan aturan pemerintah yang berlaku.
“Ini bentuk kepedulian kami akan sampah medis di Bali dan dalam rangka mewujudkan Bali bebas sampah medis,” kata Vincentius dijumpai Republika.co.id, Kamis (3/5).
Perusahaan juga sedang menyiapkan pabrik pengolahan limbah B3 berkonsep green medical waste solution di level lokal Bali. Ini untuk membantu fasilitas layanan kesehatan meminimalkan biaya pengolahan pihak ketiga yang saat ini relatif mahal sebab diolah di Pulau Jawa.
Pabrik pengolahan limbah B3 ini nantinya berada di Negara, Kabupaten Jembrana. Ketua APDUPI, Saut Marpaung menambahkan APDUPI sebagai asosiasi pendaur ulang bertugas mendampingi dan mengedukasi rumah sakit memanfaatkan hasil olahan limbah medis untuk didaur ulang.
“Beberapa jenis limbah plastik medis yang masih bernilai ekonomi, di antaranya botol infus, kemasan cairan asam kuat, selang, masker oksigen, spuit bekas, dan kemasan bekas obat-obatan,” katanya.
Sampah-sampah medis tersebut bisa didaur ulang menjadi produk baru, seperti kantong sampah medis untuk rumah sakit, segel gas, dan ember cor. Limbah hasil olahan yang tidak bernilai ekonomis, kata Saut bisa dimanfaatkan menjadi batu bata sampah.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan Indonesia darurat pengolahan limbah medis. Saut mengatakan saat ini ada sekitar delapan ribu ton sampah medis yang belum terolah di Indonesia.
Kapasitas pengelolaan limbah medis lebih kecil ketimbang pertumbuhan sampah medis. Contoh kejahatan luar biasa adalah kasus pembuangan limbah medis berbahaya di sebuah tempat pembuangan sampah (TPS) Desa Panguragan Wetan, Kabupaten Cirebon akhir tahun lalu.
Sumber: republika.co.id
RSUD Pemprov Sulit Gaet Dokter Spesialis, Masih Butuh 60 Dokter
TANJUNG SELOR – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan masih membutuhkan 60 dokter spesialis. Untuk mendapatkan itu, pihak RSUD masih merasa pesimistis.
Direktur RSUD Tarakan Hasbi Hasyim bahkan khawatir sudah tidak ada lagi dokter spesialis yang mau mengabdi di daerah.
Karena kebanyakan mereka ingin mengabdi di daerah dan tempat yang punya aksesibilitas dan tunjangan yang lebih memadai.
“Yang jadi masalah sekarang, di Jawa banyak rumah sakit swasta besar. Biasanya mereka lari ke sana. Jadi kalau ke daerah itu agak susah kalau tidak ada perlakuan khusus,” kata M Hasbi saat disua Tribun, Kamis (3/5/2018) di Tanjung Selor.
Perlakuan khusus yang dimaksud seperti penyediaan rumah tinggal dan kendaraan operasional.
Gaji dokter spesialis yang berstatus ASN berlaku besaran gaji seperti ASN lainnya berdasarkan golongan dan kepangkatan.
“Kalau BLU (Badan Layanan Umum) sekitar Rp 15 juta per bulan. Itu di luar banyaknya jasa layanan yang mereka kerjakan. Artinya sesuai berapa banyak kasus yang ia tangani,” ujarnya.
Aturan baru mewajibkan semua layanan dokter spesialis hanya bisa digantikan oleh dokter spesialis yang berkompetensi sama.
Berbeda dengan dulu, kata Hasbi, dokter umum masih bisa menggantikan peran dokter spesialis.
Sesuai kualifikasinya yang bertipe B, RSUD milik Pemprov Kalimantan Utara itu sebetulnya sudah harus terisi 100-an dokter spesialis. Termasuk juga sub spesialisnya sudah harus ada.
“Karena kita arahnya ke tipe B pendidikan. Karena seperti keinginan Pak Gubernur, kalau bisa itu jadi tipe A. Sekarang baru terisi 40 dokter spesialis,” katanya.
Masih terbatasnya dokter spesialis, membuat layanan RSUD Tarakan kedodoran.
“Contohnya kasus penyakit dalam. Yang merawat di poliklinik ini cuma dua orang. Belum lagi pasien di ruangan. Di poliklinik itu bisa sampai 100 pasien. Belum lagi yang di ruangan,” katanya.
Jika memang pasien butuh pelayanan yang lebih tinggi, pasien dirujuk ke RS AW Sjahranie Samarinda, Kaltim.
“Kita sudah jalin MoU beberapa waktu lalu. Sebetulnya dari dulu berjalan. Karena RSUD ini kan dulunya bagian dari aset Pemprov Kaltim sebelum pemekaran,” ujarnya.
Selain karena keterbatasan keuangan menggaet dokter spesialis, hambatan Pemprov Kalimantan Utara mengadakan dokter spesialis adalah syarat usia pelamar formasi CPNS dokter spesialis.
Kementerian PAN-RB menetapkan syarat usia pelamar hanya 35 tahun.
“Di lain sisi, rata-rata usia dokter spesialis di atas usia itu (35) baru bisa selesai. Karena memang yang bisa di bawah 35 tahun itu yang orangtuanya mampu. Setelah dokter umum, langsung sekolah. Dan yang tidak, biasanya sambil kerja dulu cari modal untuk sekolah spesialisasi,” katanya. (*)
Sumber: tribunnews.com
Progres RSUD Provinsi Sumatera Selatan Sudah 87 Persen
PALEMBANG –– Progres pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Sumatera Selatan telah mencapai 87 persen secara keseluruhan.
Dimana pada tahap V, pembangunan fisik telah selesai sampai lantai 5 dan interior selesai sampai lantai empat. Pekerjaan tahap VI selanjutnya menunggu proses lelang yang sedang berlangsung.
“Sekarang sedang dalam proses sinkronisasi dan persiapan semua komponen yang terlibat dalam pelayanan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Lesty Nurainy, Rabu (2/5/2018).
Lanjut Lesty, Rumah sakit yang nantinya menjadi rumah sakit rujukan provinsi dan rumah sakit tipe B pendidikan itu direncanakan akan dilakukan grand opening sebelum pelaksanaan Asian Games 2018, yakni pada Juni mendatang.
Salah satu kesiapan untuk grand opening, diantaranya, SDM yang telah direkrut di tahap pertama beberapa waktu lalu, sebanyak 169 personil yang memenuhi persyaratan, baik tenaga medis maupun non medis, serta tenaga pendukung lainnya dari 4.000 orang pelamar.
Sedangkan, rekrutmen tahap II akan segera dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan SDM oleh pihak ketiga Manajemen Operasional Rumah Sakit (MORS). Tenaga yang direkrut terdiri dari PNS dan non PNS.
Sementara itu, disisi lain RSUD ini juga akan dilengkapi kardiologi, ortopedi dan traumatologi, serta medical check up. Kapasitas tempat tidur nantinya akan ada lebih dari 400 tempat tidur.
Hal ini untuk memenuhi kebutuhan Sumsel yang masih kekurangan 1.400 tempat tidur dari seluruh kapasitas rumah sakit yang sudah ada.
“Pembangunan RSUD ini seluruhnya menggunakan dana APBD Sumsel, demikian juga peralatan medis dan non medis pada tahap awal. Baru tahun ini didapatkan bantuan dana DAK dari APBN untuk pengadaan alat kesehatannya,” jelasnya.
Hadirnya RSUD kebanggan Sumsel itu, diharapkan akan menjadi rumah sakit kebanggaan masyarakat Sumsel yang dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas internasional atau World Class Hospital.
“RSUD ini juga pastinya akan melayani pasien BPJS dan pasien umum yang dalam pelayanannya tidak dibedakan,” tutupnya.(cr26)
Sumber: tribunnews.com
RSUD Bendan Sosialisasikan Fasilitas Katlab Jantung
KOTA PEKALONGAN – RSUD Bendan Kota Pekalongan menyosialisasikan fasilitas Kateterisasi Laboratorium (Katlab) Jantung kepada pimpinan Puskesmas, rumah sakit, dokter, IDI, dan dokter spesialis penyakit dalam yang berasal dari wilayah Kota Kabupaten Pekalongan, Batang, Pemalang, Pemalang dan Tegal dalam kegiatan simposium ‘Update Coronary Artery Disease From Diagnostic to Intervention’, Sabtu (28/4).
Direktur RSUD Bendan, dr Junaedi Wibawa MSi Med SpPK mengatakan, simposium digelar untuk mengenalkan bahwa RSUD Bendan memiliki fasilitas Katlab Jantung yang mampu memberikan pelayanan jantung yang lebih diagnostik. Fasilitas tersebut, merupakan satu-satunya yang dimiliki rumah sakit dari wilayah Brebes hingga Kendal.
“Fasilitas ini sudah 100 persen siap, baik dari segi peralatan maupun dari SDM semuanya sudah siap. Namun kami masih menunggu klarifikasi dari BPJS Kesehatan pusat terkait pelayanan terhadap peserta BPJS Kesehatan menggunakan alat ini. Bulan depan dari BPJS akan turun kesini untuk melakukan klarifikasi. Jika sudah rampung, maka usai Lebaran kami bisa launching pelayanan dengan Katlab Jantung ini,” tuturnya.
Melalui simposium tersebut, dikatakan Junaedi, RSUD Bendan ingin melakukan sosialisasi sehingga ketika rumah sakit, puskesmas maupun dokter jika menemui kasus bisa dirujuk ke RSUD Bendan. “Kalau memerlukan pemeriksaan jantung melalui Katlab RSUD Bendan sudah bisa melakukan, sehingga pasien jantung tidak perlu harus dirujuk ke Semarang,” katanya.
Saat ini, lanjut Junaedi, jumlah pasien jantung meningkat signifikan. Sebagai gambaran, di RSUD Bendan jumlah pasien poliklinik jantung membludak setiap pembukaan pelayanan pada Sabtu dan Minggu. Sehingga pihaknya juga harus melakukan pembatasan jumlah pasien yang diperiksa.
Pengadaan alat Katlab Jantung menjadi perwujudan visi RSUD Bendan saat awal didirikan yakni menjadi rumah sakit rujukan penyakit jantung dan mata. Alat Katlab Jantung, dijelaskan Junaedi juga dibeli secara mandiri dan bukan merupakan bantuan dari APBD maupun APBN. RSUD Bendan membeli alat tersebut dari hasil pengumpulan dana Silpa setiap tahunnya sejak 2009 hingga 2015.
Ia berharap, adanya fasilitas Katlab Jantung bisa menjadikan RSUD Bendan sebagai rumah sakit rujukan, sehingga dapat melayani masyarakat dengan maksimal.
Dalam simposium, dokter spesialis jantung RSUD Bendan yakni dr Bima Suryaatmaja SpJP dengan memberikan paparan terkait fungsi Katlab Jatung dan gejala klinis yang dapat ditangani melalui materi ‘Acute Coronary Syndrome’. (nul)
Sumber: radarpekalongan.co.id
RSUD Latemmamala Masih Kekurangan Dokter Spesialis Jantung
SOPPENG – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Latemmamala, Soppeng selalu kebanjiran pasien setiap harinya.
Ketua Dewan Pengawas (Dewan) RSUD Latemmamala Nurmal Idrus mengatakan, rata-rata setiap hari, tak kurang dari 70 pasien ditangani poli jantung dan 200 pasien di poli interna.
“Padahal, spesialis jantung kita hanya 1 orang dan interna hanya 3 orang. Belum lagi mereka tiap hari harus melakukan visite pada pasien rawat inap. Kita sangat kewalahan,” ujar Nurmal.
Sehingga salah satu solusi yang harus segera dilakukan RSUD Latemmalama ialah, penambahan dokter spesialis jantung dan interna.
Selain itu, ia juga meminta kepada dinas kesehatan untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas yang ada di setiap kecamatan.
Hal ini terkait dengan semakin membludaknya pasien di poliklinik rumah sakit Latemmamala khususnya di poli jantung dan interna.
“Kami meminta Dinas Kesehatan Soppeng melakukan pembenahan menyeluruh, baik sarana maupun pra sarana, agar lebih banyak penyakit yang bisa diselesaikan di tingkat Puskesmas dan tak selalu merujuk ke rumah sakit,” tambah Nurmal.
Nurmal juga mendesak rumah sakit – rumah sakit sekitar Soppeng seperti Wajo, Sidrap, Barru dan Bone untuk meningkatkan kemampuan layanannya terutama untuk penanganan jantung dan jiwa.
“Kami menemukan banyak sekali pasien RSUD La Temamala yang berasal dari kabupaten sekitar. Fasilitas jantung dan jiwa di Soppeng memang paling lengkap di wilayah Bosowa,” tambah Nurmal.
Sumber: tribunnews.com
Seminar Nasional Indo HCF IV Transformasi Pelayanan Kesehatan di Era Disruptif
Reportase
Seminar Nasional Indo HCF IV
Transformasi Pelayanan Kesehatan di Era Disruptif
Hari Kedua
Kamis, 26 April 2018
Reportase Hari 1 Pagi Reportase Hari 1 Siang Reportase Hari 2
Pada seminar hari kedua ini membahas transformasi pelayanan kesehatan di era disruptif dengan 4 topik. Pada sesi awal topik yang dibahas adalah Era Disrupsi : Bagaimana Pengaruhnya terhadap Pelayanan Kesehatan di Indonesia yang dipaparkan oleh Dr. dr. Supriyantoro, Sp. S, Ketua Umum IKKESINDO. Istilah disrupsi dipopulerkan oleh Clayton Christensen. Sedangkan ala Michael Porter kita harus berkompetisi untuk bisa menang (for you to win, you’ve got to make somebody lose). Jika kita defense maka kita akan tertinggal. Era disrupsi ini merupakan era fleksibilitas. Rumah sakit harus mengetahui kebutuhan pasien dan menjalin hubungan yang baik. Pasien yang mendapatkan pengalaman yang kurang baik akan beralih ke rumah sakit lain bahkan ke luar negeri.
Disrupsi pada pelayanan kesehatan meliputi area preventif, diagnosis, dan terapi. Hasil survei menunjukkan bahwa aspek yang terdisrupsi adalah rumah sakit, IT rumah sakit, layanan primer, farmasi, kemudian aspek-aspek lain di pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, teknologi yang mempengaruhi big bang disruption adalah social, mobility, analytics, clouds, Internet of Things, genomics, dan imaging. Mobile dan wireless application merupakan pendorong pasar kesehatan. Rumah sakit perlu mengetahui orientasi pasien dan berinvestasi pada waktu dan energi untuk menjalin hubungan dengan pasien. Patient activation juga membuat rumah sakit untuk fokus menjalin hubungan dengan pasien dalam mengetahui pelayanan kesehatan mereka. Selain itu, population health management atau hotspotting digunakan untuk mengidentifikasi tren kesehatan ke depan. Big data juga perlu dikumpulkan untuk kebutuhan rumah sakit.
Dalam menghadapi disrupsi sebaiknya jangan menjadi penentang, jangan takut menganalisa produk sendiri, dan perlu membentuk ulang atau menciptakan hal baru. Era disrupsi ini pasti akan mempengaruhi sektor kesehatan, maka diperlukan inovasi disruptif dari sisi fokus pada pasien dan menjalin hubungan yang baik serta siap untuk mengantisipasi perubahan ke depan.
Pada sesi selanjutnya membahas mengenai Peran e-Health dan IoT dalam Integrasi Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia yang dipaparkan oleh dr. Daryo Sumitro, Sp. S, Kepala Kompartemen e–Health IKKESINDO. Adanya e – health untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Komponen yang penting dalam e- health adalah leadership dan governance, di dalam satu wadah terdapat unsur pemerintah dan unsur swasta untuk melihat kebutuhan di lapangan. Ekosistem teknologi informasi kesehatan (TIK) dilihat dari aspek fungsinya meliputi standar teknis hingga kerahasiaan data pasien. Tren di bidang kesehatan yang dulunya hospital based menangani kuratif dan rehabilitatif, dengan adanya IoT disruption maka beralih ke personal based untuk menangani kuratif dan rehabilitatif, selain promotif dan preventif. Hal tersebut untuk mewujudkan Smart Home Healthcare.
Pelayanan kesehatan dengan dukungan profesional dan pendidikan masyarakat membutuhkan regulasi untuk keselamatan pasien. Dukungan profesional dan pendidikan masyarakat didukung dengan smart homecare, sedangkan pelayanan kesehatan didukung dengan telemedicine. Pemanfaatan TIK harus berbasis di fasilitas kesehatan yang memiliki ijin dan tenaga medis harus memiliki SIP. Inovasi – inovasi yang dapat diterapkan pada TIK yaitu big data, cloud, m-health, O2O, dan AI. Inovasi teknologi seperti robot, artificial organ, VR/AR, dan wearable device. Sedangkan inovasi pada bisnis adalah manajemen resiko, inovasi pemasaran, green hospital, manajemen ramping, dan CSR. Serta inovasi pada pelayanan adalah patient safety, dasar layanan, patient centre care, dan pemberdayaan pasien.
Sistem informasi kesehatan digunakan untuk meningkatkan patient safety dan dengan artificial inteligence data-data dapat digunakan oleh manajemen terkait strategi yang akan diambil. Berbagai tantangan yang masih dihadapi antara lain individual e – health record, e – health system, e – health building blocks, dan national infrastructure components.
Sesi selanjutnya dipaparkan oleh Dr. Taulid Nur Azhar, peneliti biomedik dan neurosains mengenai Perkembangan Terkini IT Dalam Menghadapi Era Disrupsi. Masa depan teknologi kesehatan berdasar pada data management based seperti AI, Deep Learning, dan knowledge growing system. Aplikasi kesehatan ke depannya juga menggunakan data mining yang merupakan bagian dari deep learning. Masyarakat yang bertanya ke aplikasi untuk konsul kesehatan akan dijawab oleh mesin yang telah diatur dengan deep learning sehingga dapat menjawab kasus penyakit yang ditanyakan seperti layaknya tenaga medis terlatih. Selain itu, smart sensor juga mengambil bagian dalam perkembangan ini seperti plasmaplastimograph / PPG / FNIR / EBI. Data-data kesehatan yang idle akan dimanfaatkan oleh deep learning. Dengan sensor dan algoritma yang tepat akan mendukung layanan rumah sakit.
Disrupsi teknologi yang dihadapi di ranah kesehatan semisal di rumah seperti asupan nutrisi, postur dan superficial symptom, berat badan, urinalisa, feses, fisiologi kardiovaskular, tingkat stres, dan lain-lain dapat diintegrasikan dengan multi sensor seprti suhu, kelembapan, konsentrasi gas tertentu sehingga menjadi lebih kompleks. Penempatan sensor tersebut tidak hanya dalam bentuk smart band namun dalam bentuk matsial polimer semikonduktor (nano) dalam wujud pakaian. Sedangkan untuk EBI dan model interferensi dapat dibuat “virtual gate”. Image dari kamera juga dapat menghitung kandungan nutrisi dari makanan yang tersaji di piring (berdasar DKBM).
Sesi terakhir dipaparkan mengenai Empowering Health in The Disruptive Era oleh Haris Izmee, President Director Microsoft Indonesia. Layanan kesehatan berubah sangat cepat, dari pergeseran penyakit infeksius menjadi penyakit kronik serta kualitas layanan yang mempengaruhi loyalitas pasien. Bayangkan jika dokter dan perawat dapat memprediksi penyakit melalui smart devices. Dalam hal ini Microsoft memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi yang ada di Indonesia melalui transformasi digital pada layanan kesehatan. Hal tersebut meliputi menjalin hubungan dengan pasien, memberdayakan layanan, mengoptimalkan efektivitas klinis dan operasional, serta transformasi pelayanan secara terus menerus. Saat ini informasi didapatkan secara mudah hanya pada telapak tangan.
Menggunakan Ken Sci’s analytics dapat diindentifikasi resiko seperti analisa klinis yaitu memprediksi penyakit yang akan muncul, mengkoordinasi layanan pasien, dan mengoptimalkan biaya. Dari sisi Chief Financial Officer, hal tersebut dapat menjadi peringatan dini yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan, CFO dapat memprediksi apakah rumah sakit akan untung atau rugi, dari data populasi dapat diprediksi berapa biaya dan pendapatan dalam setahun, serta dapat mengambil keputusan berdasarkan data tersebut. Dari sisi Chief Medical Officer, hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan koordinasi pelayanan pasien, data pasien dapat digunakan untuk memprediksi berapa lama rawat inap dan total pengobatan yang akan diberikan. Sedangkan dari Care Manager dapat memprediksi tingkat resiko pasien, total pasien yang akan menginap dan berapa lama, prediksi resiko, kondisi pasien, dan berapa persentase pasien akan membaik kondisinya sehingga rumah sakit juga akan mendapat reputasi yang baik.
Informasi lain terkait kegiatan dapat diakses di https://www.indohcf.com/
Reporter : Elisabeth Listyani (PKMK UGM)
Berlokasi Padat Penduduk, RSUD Dr. Soewandhi Jadi Sasaran Simulasi
Siapa sangka, kobaran api yang muncul dari gedung lantai 3 RSUD dr. M. Soewandhi, Surabaya, Kamis pagi (26/4/2018), hanyalah rekayasa. Diketahui kebakaran tersebut adalah bentuk kegiatan simulasi tanggap bencana yang serentak dilaksanakan oleh petugas gabungan.
Tepat di sepanjang Jalan Tambak Rejo, Surabaya, ditutup sementara. Simulasi tanggap bencana kebakaran tersebut melibatkan sejumlah personil gabungan, selain dari Petugas Pemadam Kebakaran (PMK), Dinas Perhubungan, Linmas serta Satpol PP.
Menurut Chandra Oratmangun selaku Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya, RSUD Dr. M. Soewandhi menjadi lokasi pilihan karena berlokasi kawasan padat penduduk. Selain padat penduduk, pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut juga banyak.
Pantauan dilapangan, untuk memadamkan api petugas PMK menggunakan mobil skylift. Sementara skenario simulasi sendiri lancar terlaksana, api yang muncul dari lantai 3 yang merupakan ruang rapat dengan penyebab korsleting listrik diwarnai ketegangan, layaknya kebakaran sungguhan.
“Sesuai standar dan prosedur operasional rumah sakit, jadi langkah pemadaman api dilakukan. Apalagi dengan kondisi seperti itu kami ingin melihat bagaimana kesiagaan petugas serta masyarakat sekitar untuk membantu saat terjadi bencana,” terang Chandra di lokasi simulasi, yakni RSUD dr. M. Soewandhi, Surabaya, (26/4).
Sejumlah petugas keamanan di dalam rumah sakit tersebut terlihat bersikeras memadamkan api dengan alat pemadaman kebakaran (APAR) yang tersedia dalam gedung rumah sakit itu ditemukan kesulitan. Pasalnya, kobaran api makin membesar hingga merembet ke ruang pasien.
Beruntung api berhasil dipadamkan petugas PMK setengah jam lamanya. Dari 15 pasien rawat jalan berhasil dievakuasi, ada 3 pasien lainnya mengalami luka bakar cukup serius.
“Mereka (pasien, red) itu langsung kami evakuasi dari lantai 3 dengan menggunakan mobil skylift dan di rujuk ke RSU Dr. Soetomo Surabaya,” lanjutnya. (Ad)
Sumber: siagaindonesia.com
1 Kg Rp 20 Ribu, Olah Limbah Sampah RSUD
JAMBI – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi hanya mengolah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). RSUD Raden Mattaher termasuk pengelolaan limbah B3 terbaik.
Tapi, RSUD tidak mengolah limbah sampah atau limbah lainnya. Itu diakui Pelaksana Tugas (Plt) Dirut RSUD Raden Mataher Jambi, drg. Iwan Hendarawan.
“Kita menggunakan vendor atau pihak ketiga dalam pengelolaan limbah sampah,” jelasnya.
Dipilihnya pihak ketiga mengolah limbah sampah dianggap lebih murah jika mengolah sendiri.
“RSUD Raden Mattaher punya alat pengolahan limbah lain, tapi, rusak,” ujarnya.
Harga per kilo gram Rp 20 ribu jika dikelola pihak ketiga. Harga itu dianggapnya tidak memberatkan RSUD Raden Mattaher. Dan tidak membuat RSUD kerepotan.
“Kan yang mengerjakan pihak swsata, mereka provesional, jadi,kita tidak kerepotan,” ungkapnya.
Penggunaan pihak ketiga ini setelah dilakukan pengkajian. Dari hasil kajian, untuk memperbaiki peralatan pengolahan sampah yang rusak lebih mahal dari membeli peralatan yang baru. Jika akan memperbaiki, banyak peralatan tambahan yang harus ditambah, salah satunya yakni corong asap. Tinggi corong asap minimal 1 gedung setengah lebih tinggi dari gedung yang dimiliki.
“Lantai kita ada 6, mau berapa lagi tingginya,” jelasnya.
Selain itu, ada permasalahan lain jika akan melakukan perbaikan, yakni, lokasi pengolahan. Dikatakan Iwan, tidak mungking pengolahan dilakukan di belakang RSUD. Nantinya akan banyak yang terkena dampak lingkungan.
“Kalau kita letakkan jauh dari RSUD, maka, akan menimbulkan biaya tambahan, yang jelas memberatkan dan membuat semakin mahal,” pungkasnya. (nur)
Sumber: jambiekspres.co.id