Dalam proses pelayanan ada titik-titik dimana pasien bertemu dengan petugas kesehatan – yang disebut dengan sistem mikro klinik – dan ada yang tidak. Penilaian terhadap sistem mikro klinik bisa membantu manajemen untuk mengidentifikasi masalah dalam operasional pelayanan dan dengan demikian dapat menuntun pada tindak lanjut berupa perbaikan, pengembangan maupun merancang ulang pelayanan. Sebuah penelitian mencoba menggunakan teknik penilaian sistem mikro untuk untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada Klinik Khusus Tumbuh Kembang Anak RSAB Harapan Kita. Penelitian ini melihat pada tujuan, pasien yang dilayani, para tenaga profesional yang bekerja dalam tim, proses dan pola pelayanan. Blended Learning Analisis Biaya Satuan Pelayanan Rumah Sakit DKI Jakarta Jakarta – 19 Januari 2017 Bertempat di Ruang rapat 1 Gedung Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan pertemuan pertama blended learning Unit Cost Satuan Biaya Pelayanan rumah sakit. Acara ini menandai dimulainya kegiatan pengembangan SDM RSUD DKI Jakarta melalui website, kerjasama antara PKMK FK UGM, Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta dan RSUD Kelas D di DKI jakarta. Rekam Medis: Rahasia?
Dalam memproses pengajuan klaim dari RS; verifikator BPJS harus menelusuri berbagai informasi untuk melakukan cross-check. Tidak jarang verifikator merasa perlu untuk melakukan cross-check dengan memeriksa laporan operasi, laporan pemeriksaan penunjang hingga dokumen rekam medis. Untuk memfasilitasi hal tersebut, BPJS mengajak RS menandatangani Perjanjian Kerjasama yang salah satu klausulnya berbunyi bahwa BPJS diberi hak akses ke Rekam Medis. Simak selengkapnya di sini Mengenal Sistem Rujukan Wajib
Ke depannya BPJS diharapkan terus meningkatkan peran promotif kepada masyarakat dengan tujuan masyarakat semakin mengetahui proses dalam menggunakan haknya sebagai peserta BPJS, karena masih ditemukan masyarakat yang tidak mengetahui proses dan tahapan menggunakan fasilitas BPJS. Banyak yang beranggapan bahwa jika jatuh sakit langsung ke rumah sakit dan berharap pasti akan dilayani oleh pihak rumah sakit. Namun, kerap kali terjadi pasien yang tidak dapat dilayani karena harus memenuhi ketentuan misalkan harus mencari surat rujukan dari faskes primer, banyak kemudian masyarakat yang kecewa (SW). Selengkapnya di sini |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Reportase: Seminar dan Launching Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia |
|
Kegiatan In-house Training Gel-2 RSUD Sanggau bekerjasama dengan RSUP Dr. Sardjito DIY |
Archive for January, 2017
Sistem Mikro Klinik untuk Mendeteksi Kelebihan dan Kekurangan dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Artikel Hasil Penelitian
Sistem Mikro Klinik untuk Mendeteksi Kelebihan dan Kekurangan dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Dalam proses pelayanan ada titik-titik dimana pasien bertemu dengan petugas kesehatan – yang disebut dengan sistem mikro klinik – dan ada yang tidak. Penilaian terhadap sistem mikro klinik bisa membantu manajemen untuk mengidentifikasi masalah dalam operasional pelayanan dan dengan demikian dapat menuntun pada tindak lanjut berupa perbaikan, pengembangan maupun merancang ulang pelayanan.
Sebuah penelitian mencoba menggunakan teknik penilaian sistem mikro untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada Klinik Khusus Tumbuh Kembang Anak RSAB Harapan Kita. Penelitian ini melihat pada tujuan, pasien yang dilayani, para tenaga profesional yang bekerja dalam tim, proses dan pola pelayanan.
Klinik Khusus Tumbuh Kembang (KKTK) adalah salah satu layanan unggulan di RSAB Harapan Kita, yang didukung oleh tim dokter (spesialis dan sub spesialis anak, spesialis rehabilitasi medik, psikolog, fisioterapis, terapis okupasi dan terapis wicara. Seluruh anggota tim ini diwawancarai saat pengambilan data, kecuali yang berhalangan hadir. Selain itu, ada 50 orang tua pasien yang direkrut menjadi responden untuk memberikan keterangan terkait dengan pelayanan yang mereka dan anak mereka alami.
Dari aspek tujuan pelayanan, sebagian besar responden memahami tujuannya dan ada sebagian kecil yang datang karena dirujuk dan tidak paham tujuan pelayanan tersebut. Sebaliknya, ada sebagian kecil tenaga profesional yang tidak mengetahui tujuan pelayanan.
Sebagian besar pasien berusia 13-36 bulan, datang dari keluarga ekonomi menengah-bawah yang ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga, rentang gaji 1-5 juta per bulan dan menggunakan Jamkesmas. Sebagian besar responden memberikan kesan positif terhadap pelayanan KKTK, mulai dari pelayanan perjanjian, pelayanan pemeriksaan, ketepatan waktu dan kenyamanan tempat. Hanya waktu tunggu yang lama yang menjadi keluhan pasien.
Sebagian besar karyawan merasa diperlakukan dengan hormat oleh semua orang di dalam RS, dan hanya sebagian yang sepakat bahwa peralatan sudah sesuai dengan kebutuhan mereka dalam bekerja. Faktanya, tidak jarang para klinisi membawa peralatan milik pribadi untuk melayani pasien di KKTK. Namun sebagian besar setuju bahwa klinik ini sudah jauh lebih baik dibandingkan setahun yang lalu.
Kemampuan interpersonal yang sering digunakan oleh karyawan adalah mengatur waktu, membagi tugas dalam pertemuan, memecahkan masalah serta komunikasi terbuka dan efektif. Ada juga yang sering menggunakan kemampuan feedback, negosiasi dan memberikan dukungan emosional. Penelitian ini juga menemukan bahwa sumber keluhan karyawan selain masalah kurangnya peralatan juga karena kurangnya SDM. Di satu sisi mereka merasa perlu untuk mengikuti perkembangan ilmu dan informasi melalui seminar maupun pelatihan, di sisi lain jadwal sesi terapi dengan pasien sangat padat. Ada juga kegiatan lain yang mengurangi jadwal sesi dengan pasien, misalnya kegiatan rapat atau cuti sakit/melahirkan.
Dari aspek proses pelayanan, KKTK melayani pasien pada setiap hari kerja, pukul 07.30 hingga 15.00 Wib. Waktu tunggu antrian berkisar antara kurang dari 1 minggu hingga lebih dari 1 bulan. Rata-rata pasien dilayani selama 2,5 jam. Waktu tunggu pasien sangat bervariasi, antara 5 menit hingga 2,5 jam.
Penelitian ini mengamati prosedur perjanjian dan proses evaluasi untuk mendapatkan gambaran mengenai pola pelayanan. Penyebab utama batalnya perjanjian adalah karena profesional yang tidak bisa hadir untuk melayani dan/atau pasien yang tidak bisa datang. Tidak jarang sesi yang sedang berlangsung diinterupsi untuk kegiatan lain. Saat ini, solusinya adalah pasien disarankan untuk melakukan terapi di tempat lain, dan tentu saja berdampak pada angka kunjungan di KKTK. Jadwal evaluasi terapi terlalu lama (2-3 bulan) sehingga menyebabkan terapi tidak efektif. Pertemuan staf untuk evaluasi juga tidak dilaksanakan secara reguler dan tidak ada catatan pertemuannya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada masalah pada setiap aspek dari penilaian sistem mikro di KKTK dan saling terkait satu sama lain. Usulan perbaikannya antara lain meningkatkan komitmen untuk memperbaiki dan mengintegrasikan kerja tim, mobilisasi dan penambahan dokter terapis, membenahi sistem penjadwalan dan pertemuan rutin antar-karyawan.
Abstrak penelitian bisa dilihat disini:
Artikel ini dirangkum oleh Putu Eka Andayani.
Blended Learning Analisis Biaya Satuan Pelayanan Rumah Sakit DKI Jakarta
Reportase
Blended Learning Analisis Biaya Satuan Pelayanan Rumah Sakit DKI Jakarta
PKMK – Jakarta. Pada 19 Januari 2017 dilaksanakan pertemuan pertama blended learning Unit Cost Satuan Biaya Pelayanan rumah sakit bertempat di ruang rapat 1 Gedung Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Acara ini menandai dimulainya kegiatan pengembangan SDM RSUD DKI Jakarta melalui website, yang merupakan kerja sama antara PKMK FK UGM, Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta dan RSUD Kelas D di DKI jakarta.
Pembukaan dilakukan oleh Een Haryani, sekretaris dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta. Dalam sambutannya Een menyatakan bahwa saat ini 20 RSUD DKI Jakarta sedang menyiapkan lembaganya menjadi BLUD penuh. Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri (Permendagri) terkait BLUD, tarif rumah sakit harus berdasarkan pada unit cost. Sehingga tarif yang akan berlaku sesuai dengan kebutuhan operasional rumah sakit. Een juga menyemangati peserta agar selalu antusias dalam mengikuti pelatihan blended learning dan jangan menunda penugasan, karena hal tersebut akan menghambat selesainya analisis biaya pelayanan rumah sakit. Penghitungan unit cost merupakan pekerjaan tim yang tidak bisa dikerjaan sendiri, harus dibentuk tim yang melibatkan personel dari bagian keuangan, perencanaan, farmasi, peralatan, pengadaan, pemelihaaan dan semua unit yang terlibat.
Acara ini dihadiri kurang lebih 50 peserta dari 19 RSUD DKI Jakarta meliputi:
No | Nama Rumah Sakit |
1 | RSUD Cempaka Putih |
2 | RSUD Tugu, Koja |
3 | RSUD Kembangan |
4 | RSUD Kemayoran |
5 | RSUD Sawah Besar |
6 | RSUD Tebet |
7 | RSUD Jagakarsa |
8 | RSUD Tamansari |
9 | RSUD Tanah Abang |
10 | RSUD Pademangan |
11 | RSUD Kalideres |
12 | RSUD Pesanggrahan |
13 | RSUD Cilincing |
14 | RSUD Kramat Jati |
15 | RSUD Ciracas |
16 | RSUD Tanjung Priok |
17 | RSUD Mampang Prapatan |
18 | RSUD Matraman |
19 | RSUD Johar Baru |
Pelatihan yang bersifat blended learning ini berbasis website yang dikembangkan PKMK FK UGM yakni rsukdki.net. Dengan adanya pelatihan model ini, diharapkan SDM RSUD di DKI Jakarta dapat ditingkatkan secara berkesinambungan dan mengurangi kendala jarak dan biaya. Pelatihan blended learning ini akan diikuti berbagai pelatihan blended learning lainnya (BP).
RSUD Bali Mandara Bukan Khusus Bule dan Orang Berduit, Prioritaskan Pasien Tak Mampu
DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali terus mematangkan persiapan jelang uji coba Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara pada Bulan Mei mendatang. Pembangunan fisik telah rampung, alat-alat kesehatan berstandar internasional pun mulai ditata. Meski demikian, bukan berarti RS yang digagas oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika ini dikhususkan bagi orang ‘berduit’ dan bule. Terbukti dengan disediakannya ruang inap kelas III untuk pasien tak mampu dengan 49 bed dan juga layanan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS).
Penegasan tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Bali, Dewa Gde Mahendara didampingi Plt. Dirut RSBM, dr. Gede Bagus Darmayasa, Kadis Kesehatan, Ketut Suarjaya, serta Kadis Pekerjaan Umum, Nyoman Astawa Riadi ketika meninjau progres RSBM bersama awak media. Menurutnya, RSBM memang dibangun dengan standar internasional. Artinya, seluruh pelayanan, ruangan, serta alat-alat kesehatannya sudah berstandar internasional. Gedung 5 lantai yang menelan anggaran Rp 215,89 miliar inipun digadang-gadang akan menyediakan pelayanan khusus kanker pertama di Bali.
“Rumah sakit ini memilki standar International dalam artian bangunannya, alat kesehatannya, pelayananannya berstandar internasional. Kualitas layanan rumah sakit ini bisa setara atau bahkan lebih baik dari Royal Darwin Hospital. Hal itu mengingat hingga saat ini RDH masih menjadi benchmark pembangunan RSUD Bali Mandara .Meski bertarafinternasional, bukan berarti rumah sakit ini diperuntukkan bagi orang asing atau kaya melainkan rumah sakit ini tetap diperuntukkan bagi masyarkat miskin di Bali. Mereka akan dapat pelayanan kesehatan terbaik disini,” tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya mengimbuhkan RSBM memiliki 49 tempat tidur (beds) untuk kelas III, 53 bed kelas II, 41 bed kelas I, VIP sebanyak 21 bed, VVIP 11 bed, serta VVIP suite 6 bed. Uniknya, untuk mengoptimalkan pelayanan bagi pasien kurang mampu, apabila ruang kelas III penuh maka bisa digeser ke ruang kelas II tanpa menambah biaya. Di samping itu, aula juga bisa berubah fungsi sebagai tempat perawatan apabila diperlukan dalam kondisi pasien membludak ataupun mendesak.
Sedangkan untuk mewujudkan layanan unggulan khusus kanker, tahun ini Dinas Kesehatan menarget penuntasan Feasibility Study (FS) dan DED. Sehingga, di tahun 2018 mendatang proses pembangunan sudah mulai digarap dengan rancangan anggaran Rp 200 miliar. “Harapanya di tahun 2018 sudah bisa terbangun di tempat ini, ancer-ancer anggaran Rp 200 miliar untuk fisik dan alatnya. Nanti pelayanan kanker disediakan lengkap mulai dari radiologi hingga kemoterapi di gedung 4 lantai. Bangunan juga akan dilengkapi dengan klinik spesialis,” ungkapnya.
Di sisi lain Plt Dirut RSBM, dr. Gede Bagus Darmayasa menyampaikan RS yang akan beroperasi tepat di HUT ke-59 Pemprov Bali juga tak memperioritaskan keuntungan (nonprofit). Pelayanan untuk pasien kurang mampu tetapi menjadi prioritas. Bahkan, apabila seluruh ruang kelas III penuh, pihaknya sudah menyiapkan aula yang bisa menampung 100 pasien. Sedangkan untuk tahap perizinan, disampaikan masih dalam proses. Mengingat, untuk menerbitkan izin operasional sebuah rumah sakit, diperlukan persyaratan yang panjang. Mulai dari kelengkapan peralatan medis, Sumber Daya Manusia (SDM), hingga kualitas konstruksinya. Kini seluruhnya masih dalam proses, dan diharapkan sebelum opening di tanggal 14 Agustus 2017 mendatang, sudah rampung.
Berdasarkan pantauan di lokasi, pembangunan fisik RSMB memang telah rampung. Selama masa pemeliharaan, sejumlah petugas konstruksi memang masih terlihat memoles di beberapa bagian gedung. Seperti plafon hingga operasinal lift yang masih mendapat catatan khusus. Tempat tidur pasien untuk ruang kelas III juga sudah ditata hingga taman yang memberi kesan sejuk di RS yang didominasi warna putih tersebut. W-019
Sumber: fajarbali.com
Kasus Anthrax di Yogyakarta Terus Diperiksa RS Sardjito
JAKARTA – Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Oscar Primadi mengatakan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta hingga saat ini masih melakukan serangkaian pemeriksaan lebih detil untuk memastikan adanya bakteri antrax. Pemeriksaan dilakukan terhadap pasien yang meningal diduga dikarenakan Anthrax.
“Pemeriksaan pada pasien yang meninggal pada tanggal 6 Januari lalu dan perlu konfirmasi laboratorium Litbangkes,” kata Oscar dalam rilisnya di Jakarta, Minggu (22/1/2017).
Oscar membantah berita sebelumnya bahwa kabar di media sosial yang menyatakan ada 15 orang Kulon Progo yang dirawat di RSUP dr. Sardjoto. Menurut Oscar, RS Sardjito hanya merawat 1 orang pasein diduga antrax. “Masyarakat tidak perlu khawatir karena rumah sakit aman untuk berkunjung maupun berobat,” jelasnya.
Menurut Oscar, Dinas Kesehatan Kulon Progo sebelumnya telah melakukan investigasi bersama dengan Dinas Peternakan, Field Epidemiology Training Program (FETP) Fakultas Kedokteran UGM, INA RESPOND Litbangkes, Balai Besar Veteriner Wates, dan RSUP Dr. Sarjdito.
Sedangkan hasil investigasi selanjutnya akan diverifikasi oleh Kemenkes dan Tim memastikan tidak ada kasus tambahan pada manusia. Hingga saat ini Dinas Kesehatan Kulon Progo masih dapat menangani kasus di wilayahnya.
Lebih rinci, Oscar menjelaskan, adapun yang dilakukan Dinkes setempat diantaranya adalah Penemuan dan penanganan penderita, Pemeriksaan laboratorium untuk kepastian diagnosis; Pelacakan faktor risiko penularan dan Update knowledge di Puskesmas Girimulyo 2.
Langkah lainnya dilakukan Dinkes setempat adalah melakukan pengobatan, Penanganan limbah medis : limbah B3B ke Medivest; Pengendalian faktor risiko; Sosialisasi kepada camat, kepala desa dan kepala dusun, serta Pemberian Suplemen kepada petugas di lapangan.
Kemenkes menyampaikan kepada masyarakat khususnya di wilayah Kulon Progo tidak perlu takut mengonsumsi daging asalkan dagingnya sehat; pastikan daging yang dibeli bersertifikat, masak daging dengan sempurna dengan suhu >100 derajat celcius selama 5 – 10 menit, serta selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. (asr)
Sumber: erabaru.net
RSPP Siap Menjawab Tantangan 20 Tahun ke Depan
Jakarta – “Kita semua bangga dengan keberadaan RSPP. Semoga kebanggaan ini akan terus pemanfaatan yang lebih baik dan barokah bagi kita semua.”
Hal tersebut dikatakan oleh Dirut Pertamina Dwi Soetjipto ketika memberikan sambutan dalam perayaan hari ulang tahun ke-45 Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) di lobby Gedung F RSPP, Jumat (6/1). Hadir dalam perayaan tersebut Dirut Pertamina Dwi Soetjipto, Direktur Pengolahan Pertamina Toharso, dan Corporate Secretary Pertamina Wisnuntoro. Hadir pula Dirut Pertamina Bina Medika (Pertamedika) Dr. Mardjo Soebiandono, Direktur RSPP Dr. Abdul Harris, para mantan Direktur RSPP, diantaranya Prof. Satyanegara. Serta tamu undangan lainnya.
Dwi Soetjipto melanjutkan sambutannya, bahwa apa yang kita capai hari ini, termasuk Pertamina dan RSPP, sesungguhnya adalah hasil dari apa yang dikerjakan oleh para pendahulu kita 20 tahun yang lalu. “Dan apa yang kita lakukan hari ini, itu baru akan terlihat hasilnya pada 20 tahun yang akan datang,” tegas Dwi.
Sehingga untuk hasil yang telah dicapai oleh RSPP, maka kita perlu mengucapkan terima kasih untuk para pendahulu dan karyawan yang telah mengabdi pada RSPP. Demikian Dwi Soetjipto.
Dr. Mardjo dalam sambutannya menyatakan ada 2 prestasi yang menonjol dari RSPP. Pertama, RSPP kini diresmikan sebagai Rumah Sakit Kepresidenan. “Jadi dengan segala konsekuensinya, maka kita harus betul-betul siap mengatasi apabila Presiden dan Wakil Presiden dan keluarganya, serta para menteri berobat ke sini,” kata Mardjo.
Yang kedua, Pertamedika dipercaya oleh Menteri BUMN sebagai operator atau memimpin 78 rumah sakit BUMN yang rencananya akan segera diresmikan. “Ini menjadi satu prestasi, satu kebanggaan kita, dimana kita dipercaya untuk memimpin 78 rumah sakit BUMN, dan RSPP akan menjadi ikonnya,” lanjut Mardjo. “Jika Pertamina menjadi powerhouse Indonesia di bidang minyak, maka RSPP akan menjadi powerhouse Indonesia di bidang kesehatan.”
Sementara Abdul Haris kepada Energi Weekly dan Pertamina TV usai acara menyatakan bahwa sudah menyiapkan beberapa program untuk 20 tahun ke depan, yaitu Excellence Center, Cancer Center dan Burned Center. “RSPP sudah terkenal sejak dulu sebagai pusat luka bakar. Kita menjadi salah satu rujukan rumah sakit luka bakar,” kata Haris.
Selain itu juga disiapkan Indo Cardio Vascular Center, yaitu pusat pengobatan yang bukan sekadar mengobati, tetapi juga untuk pencegahan stroke dan serangan jantung. Untuk RSPP akan bekerjasama dengan RS local. Seperti RSCM dan Harapan Kita, serta jaringan kerjasama dengan RS dari Malaysia.
Hal penting lainnya adalah pembaharuan peralatan medis yang sudah tua. Untuk investasi regenerasi peralatan, diperkirakan membuthkan sekitar Rp 200 miliar.
Acara juga ditandai dengan pemberian penghargaan untuk para pekerja RSPP, baik dari tenaga medis maupun penunjang. Selesai acara resmi, dilanjutkan dengan peresmian VIP Lounge, hasil kerjasama RSPP dengan BNI Life, dan taman hasil kerjasama RSPP dengan BRI.•URIP
Sumber: pertamina.com
Menampung Pasien Dhuafa di RS Medika Lampung
LAMPUNG TIMUR — Kehadiran rumah sakit yang representatif menjadi dambaan masyarakat, apalagi di daerah terpencil yang jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Warga yang ingin berobat tak lagi harus menempuh perjalanan jauh ke ibukota kabupaten atau ke kota lain, karena alasan kurangnya sarana dan prasarana kesehatan.
Setelah Yayasan Dompet Dhuafa meresmikan beroperasinya Rumah Sakit (RS) AKA Medika Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Sabtu (21/1) petang, warga setempat menyambut antusias. RS AKA Medika, menjadi tulang punggung warga Kecamatan Sribhawono untuk “menyelamatkan” kesehatannya.
Berbeda dengan (sebagian) rumah sakit lain, pengelola RS AKA Medika Sribhawono berjanji menampung semua pasien khususnya dari kaum dhuafa. Komitmen pendiri dan pengelola rumah sakit ini, tetap menerapkan konsep humanisme dalam melayani kesehatan masyarakat
“Kalau rumah sakit lain banyak yang menolak atau menyepelekan pasien dari kaum dhuafa, tapi RS AKA Medika ini menampung sebanyak-banyaknya pasien dhuafa,” kata Direktur RS AKA Medika Sribhawono, drg Wahyu Prabowo, di sela-sela tasyakuran akbar, Sabtu (21/1).
Menurut dia, pasien yang datang dari golongan masyarakat manapun tetap diterima di rumah sakit ini. Mengenai pembiayaan, pihaknya bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Bagi warga yang mampu dapat membayar sesuai dengan kemampuan, sedangkan yang tidak mampu akan diurus dengan BPJS secara maksimal dengan layanan prima.
Sebagai rumah sakit tipe C, RS AKA Medika Sribhawono yang kedua dibangun Dompet Dhuafa, setelah Rumah Sehat Terpadu di Parung, Kabupaten Bogor tahun 2012. Sebelumnya dialih kelola Dompet Dhuafa, RS ini milik dokter spesialis jantung pertama di Lampung.
RS Medika memiliki kapasitas 76 tempat tidur, tiga tempat tidur untuk layanan ICU dan satu lagi untuk ICU. Terdapat juga dua ruang operasi dan dua ruang intensif anak, layaknya rumah sakit di Jakarta. Tujuh dokter spesialis akan melayani pasien yang berobat di Lampung Timur, yang dikenal sulit akses dokter spesialis. Begitu juga dengan dokter anak hanya cuma satu di kabupaten berpenduduk 1,7 juta jiwa.
“Kami juga membawa dokter spesialis dari Jakarta untuk melayani pasien di sini. Karena mengakses dokter spesialis untuk membawanya ke Kabupaten Lampung Timur yang terpencil di sini sangat sulit,” ujarnya.
Mengenai perizinan operasional rumah sakit, ia mengemukakan, Dompet Dhuafa telah membeli rumah sakit dari pemilik sebelumnya dengan menggunakan dana wakaf, sekarang izin operasionalnya sudah atas nama Dompet Dhuafa dengan PT AKA Mitra Dhuafa.
Mengenai peran Pemkab Lampung Timur dengan kehadiran RS AKA Medika manajemen baru, ia mengemukan terkendala masalah perizinan. Menurut dia, niatan baik terkadang sulit dalam menjalankannya. Padahal, Dompet Dhuafa memiliki persyaratan standar prosedur untuk layanan kesehatan nasional sudah cukup maksimal.
“Kendalanya berbelit-belit (birokrasinya) biasa di Lampung Timur, memang sulit luar biasa, mengurus semua perizinan,” ujarnya.
Acara tasyakuran akbar beroperasinya RS AKA Medika Sribhawono pada Sabtu (21/1) petang, tanpa dihadiri Bupati Lampung Timur Chusnuniah Halim dan pejabat eselon lainnya. Tanpa kehadiran birokrat di kabupaten berpenduduk 1,7 juta jiwa tersebut menjadi sorotan masyarakat setempat terhadap komitmen pemkab dalam layanan kesehatan di daerah.
Ketua Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi dan pengurus lainnya seperti Bambang Widjoyanto (mantan pimpinan KPK) dalam pidatonya menyentil keras ketidakhadiran bupati dan pejabat di Pemkab Lampung Timur atas beroperasinya satu-satunya rumah sakit yang representatif di kabupaten tanpa biaya APBD.
Parni Hadi mengatakan, donasi tanpa dhuafa tidak ada apa-apanya, jadi tetap bersyukur adanya kaum dhuafa sehingga semua masih dapat beramal. “Saya ingin rumah sehat bukan rumah sakit. Kalau rumah sakit, sakit fisik masuk rumah sakit sehat, keluar sakit kantong,” ujar pendiri Dompet Dhuafa tahun 1993.
Menurutnya, rumah sakit hanya sebagai wahana. Di RS AKA Medika, harus menyediakan layanan kesejahteraan holistik masyarakat. “Jadi saya ingin sehat fisik, ekonomi, fisik, dan rohani,” ujarnya.
Sumber: republika.co.id
Pengelola Rumah Sakit Jiwa di Riau Mengeluh, Persoalannya?
Pekanbaru – Jumlah pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Provinsi Riau di Jalan HR Soebrantas, Kota Pekanbaru sudah melebihi kapasitas.
Terkait ini, pihak pengelola pun mengaku mengeluh dengan kondisi yang ada saat ini. Soalnya, jumlah pasiennya telah melebih kapasitas ruangan dan ranjang yang tersedia hingga 119 persen.
“Jumlah ranjang untuk ruang rawat hanya 219, sementara okupansi pasien sudah melebihi 119 persen,” kata Direktur RSJ Riau Haznelli Juita di Pekanbaru usai acara peresmian Gedung baru Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP), baru-baru ini.
Haznelli menjelaskan kelebihan pasien ini terjadi dikarenakan jumlah penderita jiwa di Riau tiap tahunnya terus meningkat. Sementara yang sembuh jumlahnya tidak sebanding sehingga ada penumpukan, disisi lain ruang yang tersedia tidak bertambah
“Saya tidak hafal pastinya, tetapi peningkatan bisa dipantau dari tingkat kunjungan tiap harinya bertambah,” terang dia tanpa menyebutkan angka.
Ia menjelaskan pula dari tujuh ruang rawat yang kini disediakan untuk pasien RSJ itu terisi penuh, bahkan sudah dilakukan penambahan, seperti di beberapa ruangan termasuk memanfaatkan kamar kelas atas (vip) yang sedikit penghuninya.
“Memang pasien terbanyak itu kelas III dengan okupansi 111 persen,” terang dia lagi.
Dari ratusan pasien RSJ yang saat ini dirawat, pria mendominasi sebagai penderita, sisanya wanita. “Pria jumlahnya lebih 50 persen. Bayangkan dari tujuh kamar hanya satu untuk wanita,” tegasnya.
Selain itu ia menilai tingkat okupansi kamar RSJ juga lebih banyak diisi oleh pasien kelas tiga. “Idealnya okupansi RSJ itu 80 persen,” tegasnya lagi.
Karena itulah ia berharap dengan adanya gedung baru ini maka akan ada penambahan kamar dan ranjang bagi pasien RSJ.
“Tiap bulannya ada 240 pasien dengan gangguan jiwa yang masuk RSJ,” ucapnya.
Mereka hampir semua pasien yang ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). “Pasien di sini rata-rata BPJS dengan fasilitas,” katanya mengakhiri. (re)
Sumber: riaueksis.com
RS Unpri Tebing Tinggi Jadi “Provider” BPJS Ketenagakerjaan
TEBING TINGGI — Rumah Sakit Universitas Prima Indonesia (RS Unpri) Tebing Tinggi, Sumatera Utara, melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
Kerja sama tersebut menjadi salah satu upaya rumah sakit ini mendukung program pengembangan unit Trauma Center (TC) bagi program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
“Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan peserta JKK dan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tebing Tinggi,” kata Direktur RS Unpri Tebing Tinggi, Dr Surya Darma H, MKes, kepada wartawan di Medan, Rabu (18/1/2017).
Darma berharap ke depannya rumah sakit ini menjadi rumah sakit terbaik bagi peserta JKK dan BPJS Ketenagakeraan. Pihaknya siap memberikan layanan terbaik bagi para peserta.
“RS Unpri Tebing Tinggi punya rumah sakit rujukan terbesar di Kota Medan, yaitu RS Royal Prima di Jalan Ayahanda, Medan. Saat ini juga menjadi rumah sakit terbaik bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua BPH Yayasan Kesuma Husada, Rosita Ginting SE, mengungkapkan, pihaknya sangat mengapresiasi dan menyambut baik kerja sama tersebut karena telah diberi kepercayaan untuk menangani peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut dia, bergabungnya RS Unpri Tebing Tinggi menjadi provider BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan menambah pilihan bagi peserta BPJS mendapatkan layanan kesehatan yang maksimal di Kota Tebing Tinggi.
“Ini menunjukkan, RS Unpri Tebing Tinggi ikut peduli dan memberi kontribusi bagi terselenggaranya layanan kesehatan kepada masyarakat, sesuai amanat undang-undang,” ucap Rosita.
Sumber: kompas.com
RS USU Sukses Gelar Operasi Multi Disiplin Kedokteran
Medan – Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yang pada akhir 2016 lalu meraih Akreditasi Paripurna Bintang 5, sukses menggelar operasi multi disiplin dengan melibatkan Departemen Obgyn, Departemen Kardiologi, Departemen Penyakit Dalam dan Departemen Anestesi terhadap seorang pasien.
Keterangan yang dihimpun, Kamis (19/1), pelaksanaan operasi multi disiplin ilmu itu dilakukan terhadap pasien ginekologi untuk jenis pengangkatan seluruh rahim rujukan dari Kota Pematangsiantar berinisial KN.
Pasien itu sudah mengalami pendarahan selama lebih kurang lima tahun. Bahkan akibat dari pendarahan itu, pasien dimaksud pernah hanya memiliki HB 2 gram persen yang berdasarkan medis sudah merupakan angka yang sangat fatal.
Selain itu, sang pasien juga memiliki penyakit jantung dan kelainan darah sehingga pelaksanaan operasi yang dipimpin langsung Dr dr M Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG), SpOG (K) yang merupakan konsultan Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi, spesialis Obsterti dan Ginokologi. Operasi itu sendiri tergolong operasi yang berat mengingat pengangkatan rahim seluruhnya dari dalam tubuh pasien.
Dr dr M Fidel Ganis Siregar saat ditemui di RS USU didampingi Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS USU Dr.dr Nazaruddin Umar, Sp.An,KNA usai melihat kondisi pasien pasca operasi menjelaskan, dalam operasi itu, pihaknya juga melibatkan banyak Departemen lain mengingat kondisi pasien.
Apalagi, riwayat panjang penyakit yang dimiliki pasien berdasarkan catatan rekam medik si pasien sejak awal dirawat di Kota Pematangsiantar, bahkan sudah diobati dan akhirnya disarankan untuk operasi.
“Syukur Alhamdulillah, pasien dapat kita tangani dengan baik berkat kerjasama yang baik dengan seluruh rekan sejawat,” ucapnya melalui siaran pers yang diterima Analisadaily.com.
Menurut Dr dr M Fidel Ganis Siregar, hal ini membuktikan jika harapan dari Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Prof. Mohammad Nasir saat meresmikan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) yang berlokasi di Jl. Dr Mansyur depan kampus USU Medan, Senin (9/1), agar Rumah Sakit USU memberikan pelayanan maksimal sehingga membuat pasien merasa nyaman dan bisa menjadi rumah sakit pilihan masyarakat tanpa harus keluar negeri, terwujud.
“Operasi dengan melibatkan ilmu Kedokteran multi disiplin ini menunjukkan bahwa kita (RS USU) sudah mampu untuk menangani kasus besar dan kita berharap pasien tidak perlu lagi melakukan operasi keluar negeri,” urainya.
Pria yang juga menjabat Wakil Rektor II USU itu menyebut, akreditasi paripurna bintang lima di RS USU merupakan satu tolak ukur agar pelayanan pasien dan peningkatan mutu memiliki standar. (rdn/eal)
Sumber: analisadaily.com