DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali terus mematangkan persiapan jelang uji coba Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara pada Bulan Mei mendatang. Pembangunan fisik telah rampung, alat-alat kesehatan berstandar internasional pun mulai ditata. Meski demikian, bukan berarti RS yang digagas oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika ini dikhususkan bagi orang ‘berduit’ dan bule. Terbukti dengan disediakannya ruang inap kelas III untuk pasien tak mampu dengan 49 bed dan juga layanan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS).
Penegasan tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Bali, Dewa Gde Mahendara didampingi Plt. Dirut RSBM, dr. Gede Bagus Darmayasa, Kadis Kesehatan, Ketut Suarjaya, serta Kadis Pekerjaan Umum, Nyoman Astawa Riadi ketika meninjau progres RSBM bersama awak media. Menurutnya, RSBM memang dibangun dengan standar internasional. Artinya, seluruh pelayanan, ruangan, serta alat-alat kesehatannya sudah berstandar internasional. Gedung 5 lantai yang menelan anggaran Rp 215,89 miliar inipun digadang-gadang akan menyediakan pelayanan khusus kanker pertama di Bali.
“Rumah sakit ini memilki standar International dalam artian bangunannya, alat kesehatannya, pelayananannya berstandar internasional. Kualitas layanan rumah sakit ini bisa setara atau bahkan lebih baik dari Royal Darwin Hospital. Hal itu mengingat hingga saat ini RDH masih menjadi benchmark pembangunan RSUD Bali Mandara .Meski bertarafinternasional, bukan berarti rumah sakit ini diperuntukkan bagi orang asing atau kaya melainkan rumah sakit ini tetap diperuntukkan bagi masyarkat miskin di Bali. Mereka akan dapat pelayanan kesehatan terbaik disini,” tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya mengimbuhkan RSBM memiliki 49 tempat tidur (beds) untuk kelas III, 53 bed kelas II, 41 bed kelas I, VIP sebanyak 21 bed, VVIP 11 bed, serta VVIP suite 6 bed. Uniknya, untuk mengoptimalkan pelayanan bagi pasien kurang mampu, apabila ruang kelas III penuh maka bisa digeser ke ruang kelas II tanpa menambah biaya. Di samping itu, aula juga bisa berubah fungsi sebagai tempat perawatan apabila diperlukan dalam kondisi pasien membludak ataupun mendesak.
Sedangkan untuk mewujudkan layanan unggulan khusus kanker, tahun ini Dinas Kesehatan menarget penuntasan Feasibility Study (FS) dan DED. Sehingga, di tahun 2018 mendatang proses pembangunan sudah mulai digarap dengan rancangan anggaran Rp 200 miliar. “Harapanya di tahun 2018 sudah bisa terbangun di tempat ini, ancer-ancer anggaran Rp 200 miliar untuk fisik dan alatnya. Nanti pelayanan kanker disediakan lengkap mulai dari radiologi hingga kemoterapi di gedung 4 lantai. Bangunan juga akan dilengkapi dengan klinik spesialis,” ungkapnya.
Di sisi lain Plt Dirut RSBM, dr. Gede Bagus Darmayasa menyampaikan RS yang akan beroperasi tepat di HUT ke-59 Pemprov Bali juga tak memperioritaskan keuntungan (nonprofit). Pelayanan untuk pasien kurang mampu tetapi menjadi prioritas. Bahkan, apabila seluruh ruang kelas III penuh, pihaknya sudah menyiapkan aula yang bisa menampung 100 pasien. Sedangkan untuk tahap perizinan, disampaikan masih dalam proses. Mengingat, untuk menerbitkan izin operasional sebuah rumah sakit, diperlukan persyaratan yang panjang. Mulai dari kelengkapan peralatan medis, Sumber Daya Manusia (SDM), hingga kualitas konstruksinya. Kini seluruhnya masih dalam proses, dan diharapkan sebelum opening di tanggal 14 Agustus 2017 mendatang, sudah rampung.
Berdasarkan pantauan di lokasi, pembangunan fisik RSMB memang telah rampung. Selama masa pemeliharaan, sejumlah petugas konstruksi memang masih terlihat memoles di beberapa bagian gedung. Seperti plafon hingga operasinal lift yang masih mendapat catatan khusus. Tempat tidur pasien untuk ruang kelas III juga sudah ditata hingga taman yang memberi kesan sejuk di RS yang didominasi warna putih tersebut. W-019
Sumber: fajarbali.com