MedanBisnis – Kisaran. Alat CT Scan dan Haemodialisa milik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Manan Simatupang (RSUD-AMS) Kisaran kini masih jadi pajangan di rumah sakit milik Pemerintah Daerah Asahan. Padahal diharapkan kedua alat kesehatan itu segera dioperasikan agar dapat membantu masyarakat Asahan dan masyarakat lainya.
“Bila kedua alat CT Scan yang berfungsi untuk mengetahui detail anatomi dan kelainan organ tubuh dan haemodialisa berfungsi sebagai alat pencuci darah dapat segera dioperasikan, tentunya akan banyak masyarakat yang dapat terbantu dan tertolong,” kata Bupati Asahan saat berkunjung ke rumah sakit tersebut, Minggu (29/6).
Direktur RSUD AMS dr Nilwan Arif mengatakan, tahun 2014 rumah sakit yang dipimpinnya tersebut telah dilengkapi alat CT Scan dan haemodialisa yang dananya bersumber dari APBN.
Namun alat kesehatan tersebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya, khususnya untuk pasien. Persoalanya rencana peraturan daerahnya masih diproses di lembaga legislatif.
“Untuk mengoperasikannya, kita butuh peraturan daerah tarif pelayanan. Sedangkan untuk tenaga medis yang terlatih guna mengoperasikan alat tersebut sudah disiapkan,” kata Nilwan saat berbincang dengan MedanBisnis..
Direktur RSUD AMS juga mengharapkan alat kesehatan yang menelan biaya Rp 10 miliar tersebut dapat beroperasi dalam tahun 2014, agar masyarakat tidak perlu lagi susah ke Kota Medan untuk berhubungan dengan alat ini. (indra sikoembang)
KANDANGAN – Direktur Rumah Sakit Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Hasan Basry Kandangan, dokter Rasyidah mengatakan Rumah Sakit Hasan Basry sudah mulai berbenah. Seiring dengan ditunjuknya BLUD menjadi rumah sakit rujukan se Banua Anam oleh Gubernur Kalimantan Selatan beberapa bulan yang lalu.
Dengan menjadi rujukan tersebut, pembenahan yang sudah dilaksanakan adalah dari segi pemberian pelayananan. Penambahan fasilitas dan peningkatan SDM dan lainnya.
Diharapkan, dengan dilaksanakannya pembenahan-pembenahan ini dapat menambah nilai plus bagi masyarakat yang dilayani dan rumah sakit yang melayani. “400 karyawan yang ada di BLUD ini, masing-masing memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaanya,” ujar Rasyidah.
Lebih rinci Rasyidah mengatakan, bahwa pada tahun 2014 ini, pihak manajemen BLUD Hasan Basry juga menyiapkan program untuk membuka bangsal jiwa dalam rangka penanganan sementara dan rawat jalan bagi pasien yang terganggu kejiwaanya. Dengan terbangunnya bangsal jiwa ini. Maka masyarakat yang ada di Banua Anam, akan mendapatkan pelayanan kejiwaan di BLUD. (rif/ij/ran)
PANGKALANKERINCI – Bupati Pelalawan HM Harris melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke RSUD Selasih Pangkalan Kerinci, Selasa (1/7/14). Aksi Sidak ini mengundang perhatian dari sejumlah keluarga pasien. Pasalnya, hampir seluruh ruangan di rumah sakit plat merah itu tak luput dari kunjungan Harris.
Kepada sejumlah awak media, Bupari Harris menegaskan, bahwa Sidak yang dia lakukan itu adalah untuk memastikan pelayanan publik di RSUD Selasih berjalan seperti hari biasanya. “Kan ini, bulan puasa. Makanya tadi saya berinisiatif melakukan Sidak di RSUD Selasih,” paparnya.
Kesannya, kata Harris setiap bulan puasa pegawai banyak bermalas-malasan masuk kantor. “Kesannya kan begitu, apabila bulan puasa pegawai bermalas-malasan ngantor. Namun alhamdulillah, setelah saya datang langsung pelayanan berjalan normal,” imbuh Harris.
Meskipun bulan puasa kata Harris, para tenaga medis justru lebih semangat bekerja.”Iya bulan puasa seperti saat ini, kita ingin masyarakat tetap memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau,”ujar Bupati.
Pada kesempatan itu, Bupati Harris juga menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan sejumlah pasien rumah sakit RSUD Selasih.***(feb)
Liputan6.com, Jakarta Sistem analisa visual tidak hanya digunakan di bisnis perbankan, multifinance maupun asuransi yang memiliki data besar. Rumah Sakit di Belanda pun kini sudah menggunakan
HARIANJAMBI.COM, KUALATUNGKAL – Seperti diketahui, Rumah Sakit Jantung di Tanjabbar ini dibangun dengan menyedot dana Rp 25 miliar. Dimana letaknya pembangunannnya, persis di sebelah Kompi Brimob, Kecamatan Betara.
Berdasarkan pantauan di lapangan, bangunan megah itu masih dipagari dengan seng. Tak ada aktifitas di lokasi pembangunan rumah sakit tersebut.
Ketua Komisi III DPRD Tanjabbar, Ahmad Jakfar menilai, perencanaan RS Jantung di Dusun Terjun Jaya, Kecamatan Betara tersebut tidak tuntas. Artinya, perencanaan yang dibuat pemkab tidak terangkum secara keseluruhan, dan tidak menyebutkan rincian hingga operasional.
“Perencanaan setiap tahun dilakukan, dan sifatnya sepotong-potong. Kami inginkan perencanaan harus tuntas, termasuk pengadaan Alkes hingga tenaga medisnya,” ujar Jakfar.
Tahun ini, kata dia, dewan tidak bisa menyetujui pembangunan lanjutan RS Jantung tersebut, sampai perencanaan yang dibuat tuntas dan matang. Politisi dari Partai Golkar ini menambahkan, banyak instansi terkait yang tidak dilibatkan dalam mega proyek tersebut, seperti RSD KH Daud Arif maupun Dinkes Tanjabbar.
“Ini pengajuannya melalui Bappeda, sementara pihak RSD sama sekali tidak tahu dengan perencanaan lanjutannya,” katanya lagi.
Sebaiknya, lanjut jakfar, RSD KH Daud Arif ditingkatkan kembali, daripada membangun rumah sakit jantung di Kecamatan Betara. RSD yang ada, masih membutuhkan bangunan ruang inap pasien. Tak hanya itu, alat kesehatan di rumah sakit induk perlu ditambah lagi.
Terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Tanjabbar, Mukhlis M Si, membantah, perencanaan rumah sakit jantung tidak matang. Katanya, desain awal sudah dibuat, termasuk alat kesehatan serta bangunan tambahan yang bakal dibangun di sekitar bangunan induk.
Semua pihak, kata Sekda, dilibatkan dalam menyusun perencanaan pembangunan RS Jantung tersebut. “Baik itu RSD, Dinkes, semuanya dilibatkan,” kata Sekda.
Diakui Mukhlis, tahun ini pembangunan fisik belum dilanjutkan, terutama penambahan ruang paviliun untuk pasien. Pemkab masih menunggu bantuan dana dari perusahaan yang ada. Untuk pengadaan Alat kesehatan, Pemkab mengharapkan bantuan dari Kemenkes RI.
“Kita sudah ada pembicaraan dengan perusahaan, dan siap membantu pembangunan ruang Sal Paviliun. Kalau pembangunan tahap I sudah selesai,” jelasnya.
Meski nantinya dibantu pihak ketiga, RS Jantung di Dusun Terjun Jaya tetap bagian dari Rumah Sakit Daerah KH Daud Arif. “Tidak ada masalah, tetap rumah sakit pemerintah,” timpal dia.
Ditambahkan dia, melalui Dinkes Tanjabbar, pemkab tengah menyelesaikan dokumen analisa mengenai dampak lingkungan (amdal), terutama untuk penambahan ruangan pasien. “Semuanya tinggal berjalan, dan kita harapkan selesai,” kata Muklis.
Surabaya- Peluang bisnis kesehatan dan rumah sakit sangat menjanjikan. Bahkan, seiring dengan perkembangan teknologi, teknologi kesehatan pun dituntut semakin canggih. Begitu pula dengan kesadaran menjaga kesehatan dan meningkatnya angka harapan hidup, membuat layanan rumah sakit semakin laris manis.
Komisaris Utama PT Nusantara Medika Utama, Ir Djoko Santoso, mengatakan, kesadaran untuk menjaga dan memelihara kesehatan sudah semakin tinggi. Sehingga, ke depan, masyarakat ke rumah sakit bukan hanya untuk berobat tetapi juga untuk mengantisipasi agar tidak sampai sakit.
BPJS INFO – Jakarta: BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik yang dibentuk oleh pemerintah untuk mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pembentukan BPJS Kesehatan didasari oleh Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS Pasal 14 yang menyatakan bahwa setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program Jaminan Sosial.
Dalam upaya meningkatkan mutu layanan kepada peserta, BPJS Kesehatan terus memperluas jalinan kerjasama dengan berbagai fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Sebelumnya, BPJS Kesehatan telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan PP Muhammadiyah di Samarinda pada 23 Mei 2014 lalu. Kerjasama tersebut kemudian dipertegas dengan dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara BPJS Kesehatan dengan 5 rumah sakit milik Muhammadiyah di RS Muhammadiyah Lamongan, Jawa Timur, Minggu (8/6).
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, terdapat 27 rumah sakit dan 50 Klinik milik Muhammadiyah yang tersebar di Jawa Timur, 14 di antaranya sudah lebih dulu bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Rencananya 9 klinik akan bekerjasama dengan bPJS Kesehatan dan untuk tambahan kelima rumah sakit yang siap bekerjasama dengan BPJS Kesehatan adalah RS Muhammadiyah Lamongan, RS Muhammadiyah Sumberejo, RS Muhammadiyah Ponorogo, dan RS Muhammadiyah Mojokerto, RS Muhammadiyah Surya Melati di Kediri.
Dear Pengunjung Web,
Kami mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi Anda yang menjalankannya. Semoga ibadahnya berjalan lancar dan diberkati Yang Maha Kuasa.
Minggu ini kami akan melaporkan secara lengkap acara Temu Alumni dan Konferensi Hospital Hygiene in Patient Safety Framework yang telah berlangsung pada 26-28 Juni lalu di FK UGM. Konferensi ini terselenggara atas kerjasama GIZ (Gesselschaft f
Tahun 2007 yang lalu GIZ memulai sebuah program bernama ILT-HM (International Leadership Program on Hospital Management) yang ditujukan bagi para manajer RS pemerintah maupun swasta, konsultan maupun peneliti yang terkait dengan manajemen perumahsakitan untuk menempuh kursus mengenai manajemen RS di Jerman. Kursus berlangsung selama 4 (empat) bulan di Berlin HWR (Berlin Business School for Economics and Law) dan dilanjutkan dengan magang di RS-RS tertentu di Jerman selama 3 bulan. Sebelum menjalani kursus, peserta dipersiapkan untuk menguasai Bahasa Jerman dasar untuk memudahkan komunikasi di kelas maupun saat magang di RS. Total waktu yang digunakan oleh peserta ILT-HM selama berada di Jerman adalah 12 bulan penuh. Program ini berakhir tahun 2012, sehingga total ada 5 (lima) angkatan yang telah menjalani kursus. Tahun 2014 ini GIZ berencana untuk mengadakan Temu Alumni sebagia bagian dari upaya pemerintah Jerman untuk dalam memelihara partnership dengan Indonesia.
Universitas Gadjah Mada dipilih sebagai partner dalam penyelenggaraan kegiatan ini karena dari 18 alumni ILT-HM asal Indonesia, 2 diantaranya berasal dari UGM. Selain itu, lingkungan kampus dirasa dapat menghadirkan suasana yang tepat untuk melakukan seminar dan diskusi ini.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempertemukan alumni ILT-HM dari berbagai angkatan dan mempertemukan alumni dengan ekspert dari Jerman sehingga terjalin hubungan komunikasi antar-alumni yang lebih kuat untuk peluang networking yang lebih luas dimasa mendatang. Selain itu, pertemuan ini diharapkan bisa menjadi ajang untuk meng-update perkembangan alumni, mengenai apa saja yang telah dilakukan sepulang dari training di Jerman, hasil-hasil yang didapat, hambatan dan sebagainya. Isu yang lebih spesifik dibahas pada pertemuan ini adalah hygiene di RS yang masih merupakan masalah baik di negara maju seperti Jerman, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia.
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, yaitu tanggal 26-28 Juni 2014. Agar mendatangkan manfaat yang lebih luas, konferensi di hari kedua dibuka untuk umum sehingga dapat diikuti oleh non-alumni ILT-HM.
Hari Pertama, 26 Juni 2014
Konferensi hari pertama ini ditujukan khusus untuk alumni ILT-HM yang akan membahas tentang isu hospital hygiene dengan narasumber dari Jerman dan RSUP Dr. Sardjito. Pertemuan dibuka oleh DR. Dr. rar.med Istiti Kandarina mewakili Prof. Dr. Adi Utarini, MSc, PhD (Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan Kerjasama). Dalam sambutannya, Dr. Istiti menyambut gembira kegiatan ini sambil mengenang waktu selama 17 tahun yang dilewati di Stüttgart Jerman dalam rangka meneruskan pendidikan dan penelitiannya.
Pada konferensi hari pertama ini, pembicara utama, yaitu Prof. Dr.med Axel Kramer mengawali materi dengan informasi mengenai Universität Greifswald tempatnya bekerja dan Kota Greifswald yang merupakan kota kecil di Jerman. Prof. Kramer adalah seorang ahli hygiene and environmental medicine yang telah memimpin Institute for Hygiene and Environmental Medicine sejak tahun 1990. Sebagai seorang peneliti yang sangat aktif, Prof. Kramer telah menghasilkan 52 hak paten, hampir 400 tulisan di jurnal ilmiah lebih dari 200 tulisan ilmiah dalam textbooks, monograf dan serial serta 63 paragraf scientifik pada berbagai proceeding konferensi, brosur dan sebagainya. Seluruhnya dalam bidang yang digelutinya tersebut hingga sekarang. Dengan konsistensinya dalam bekerja, Prof. Kramer sangat menguasai masalah hygiene dan lingkungan medis.
Salah satu fakta mengejutkan yang diungkapkan oleh Prof. Kramer melalui presentasi materinya di konferensi ini adalah bahwa pasien dan staf RS merupakan sumber utama mikroorganisme yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial. Dalam hal ini, tangan memegang peranan sangat penting dalam mentransmisi kuman penyebab infeksi. Meskipun ada risiko dari sisi pasien yang tidak dapat dicegah, misalnya karena usia, terlalu lama dirawat di RS dan sebagainya, namun ada juga berbagai faktor non-pasien yang perlu diwaspadai, misalnya perubahan resistensi kuman.
Pada sesi ini, Prof. Kramer memaparkan berbagai fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah dipublikasi dalam berbagai bentuk tulisan ilmiah. Misalnya kuman MRSA yang menempel dipermukaan suatu benda menurut hasil penelitiannya ternyata dapat bertahan hidup dari 7 hari hingga 1 tahun. Jadi jika peralatan di OK dibersihkan secara kurang seksama, ada kemungkinan kuman yang tertinggal masih bisa berkembang biak jika akhirnya menempel pada organ tubuh pasien yang sedang dioperasi.
Prof. Kramer juga memaparkan mengenai peran tangan yag sangat potensial sebagai penyebar kuman. Oleh karena itu, klinisi harus membersihkan tangan secara seksama sebelum dan sesudah menyentuh pasien. Berbagai cairan pembersih memiliki tingkat efektivitas sendiri-sendiri. Memahami sifat dan kandungan senyawa pembersih akan bermanfaat dalam memutuskan penggunaannya secara efektif dan efisien.
Pada siang hari, peserta diajak untuk mengunjungi RSUP Dr. Sardjito untuk melihat langsung bagaimana praktek hospitak hygiene di RS di Indonesia. Selain karena faktor lokasinya yang berdekatan dengan kampus FK UGM, RS ini juga merupakan salah satu RS Pendidikan terbesar di Indonesia yang sedang mempersiapkan diri untuk akreditasi (JCI). Oleh karenanya, berbagai prosedur termasuk dalam implementasi hospital hygiene diharapkan sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Setelah peserta diterima oleh direksi RSS dan disajikan informasi mengenai RS serta penanganan infeksi, peserta lalu diajak berkeliling ke beberapa unit pelayanan, antara lain perawatan TB, perawatan kanker anak, IGD dan CSSD. Pada kesempatan ini, selain menerima kunjungan peserta konferensi, RSS juga bisa mendapat masukan berupa komentar maupun tips sederhana dari Prof. Kramer untuk meningkatkan efektivitas upaya pengendalian infeksi di RS ini. Salah satu tips yag bermanfaat adalah penggunaan masker pada ruang perawatan pasien TB. Di RSS, untuk pasien MDR TB, petugas RS dan pengunjung menggunakan masker jenis N95 untuk mencegah penularan dari pasien. Menurut Prof. Kramer, hal ini kurang bermanfaat, karena kuman masih bisa menembus pori masker tersebut. Yang lebih tepat adalah menggunakan masker jenis N99, namun harganya sangat mahal. Oleh karenanya, dua layers masker bedah biasa bisa digunakan untuk menggantikan N99 yang lebih efektif dibandingkan dengan N95.
Hasil kunjungan diberbagai instalasi pelayanan klinik RSS kemudian dibahas setelah peserta kembali ke ruang konferensi di FK UGM. Diskusi menjadi lebih menarik saat para peserta secara aktif mengemukakan pendapat atau pertanyaan kepada Prof. Kramer. Sebagai contoh, salah satu yang dibahas adalah penggunaan pintu. Menurut Prof. Kramer, penggunaan udara bertekanan positif untuk mencegah infeksi memerlukan biaya tinggi. Lebih efisien jika daun pintu yang digunakan adalah pintu geser, bukan pintu dorong, untuk mencegah udara dalam ruangan bergerak terlalu banyak saat ada petugas keluar-masuk ruang perawatan.
Hari Kedua, 27 Juni 2014
Konferensi hari kedua ini diikuti oleh umum (manajer RS, tim PPI RS, dosen, peneliti, mahasiswa program S2 manajemen RS maupun pihak lain yang berminat) dengan menghadiri langsung di ruang konferensi. Selain itu, konferensi di hari kedua ini disiarkan juga secara live-streaming melalui di website www.manajemenrumahsakit.net. Pada konferensi ini, tema yang dibahas lebih umum, yaitu bagaimana good practice maupun tantangan implementasi patient safety di RS, baik di Indonesia maupun di Jerman. Hasil kunjungan ke RSUP Dr. Sardjito pada hari sebelumnya akan menjadi salah satu contoh kasus yang didiskusikan disini.
Pada sesi pagi hari, Prof. Kramer memaparkan bahwa seharusnya toleransi terhadap terjadinya infeksi nosokomial di instalasi rawat jalan adalah nol (0). Namun disisi lain ada tantangan berupa meningkatnya resistensi kuman serta meningkatnya resistensi dan imunitas penduduk. Di Jerman pun hal ini masih menjadi masalah. Oleh karenanya, yang terpenting menurut Prof. Kramer adalah mengembangkan safety culture di RS, yang akan memungkinkan setiap usaha memerangi infeksi nosokomial mendapat perhatian cukup. Disadari bahwa pengendalian infeksi di RS merupakan tugas yang berat, sehingga staf yang diberi tanggung jawab untuk hal ini harus memiliki kompetensi khusus. Kompetensi ini diperoleh melalui spesialisasi (dokter, perawat) dan training.
Sesi ini menajdi semakin menarik dengan adanya tayangan video (link ke videonya, jika memungkinkan) mengenai bagaimana penularan infeksi dapat terjadi di RS dan bagaimana mencegahnya. Pada video tersebut, Prof. Kramer dengan jelas menunjukkan potensi-potensi terjadinya infeksi khususnya pada luka operasi, dan bagaimana kekurangwaspadaan klinisi yang sedikit saja bisa berakibat fatal bagi pasien.
Selain Prof. Kramer, narasumber lain yang juga mengisi konferensi ini adalah Prof. Dr. Herkutanto, SpF, SH, LL.M yang merupakan Ketua Komite Nasional Keselamatan Pasien RS dan kebetulan juga sekaligus sebagai Ketua Konsil Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia. Dalam paparannya, Prof. Herkutanto menyampaikan bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks, mulai dari kondisi geografis, demografis hingga double burden of diseases, disamping juga masalah kurangnya sumber daya. Asosiasi RS Indonesia telah mendekralasikan patient safety sejak 2007, namun saat itu baru sebatas pembentukan komite, belum sampai pada terintegrasinya berbagai aktivitas lintas sektor. Oleh karena itu, dikembangkanlah strategi patient safety yang teridri dari strategi di level mikro, meso maupun level makro.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Prof. Kramer, Prof. Herkutanto juga menekankan pada pentingnya mengembangkan budaya keselamatan pasien yang didorong oleh budaya organisasi. Sementara itu, budaya organisasi bisa dibentuk dan diarahkan jika ada leadership di aspek klinis maupun manajemen RS.
Pada sesi siang hari, para alumni menyajikan hasil kegiatannya di tempat kerja masing-masing, sebagai bagian dari upaya berbagi informasi terkini mengenai alumni. Ada lima presenter yang dipilih yaitu:
1) I Ketut Suarjana (FK Unud Bali) dengan paper berjudul Performance standard as the basis of performance based payment system
2) AA. Gede Raka Dharmasemaya dengan paper berjudul Empowering hospital training unit for staff development in Sanglah Central Hospital, Bali
3) Diah Irmawati Sari Hasibuan (Eka Hospital) dengan paper berjudul Implementation of Hospital Information System
4) Fachriah Syamsuddin (Kementerian Kesehatan) dengan paper berjudul Pharmaceutical Services in Indonesia; facing Universal Health Coverage
5) Muhammad Syarif Hidayatulloh (konsultan swasta) dengan paper berjudul Implementing Quality Management System in Puskesmas X, East Kalimantan Province based on ISO 9001:2008
Hari Ketiga, 28 Juni 2014
Pada hari ketiga ini, konferensi didesain lebih spesifik untuk alumni ILT-HM. Tujuannya adalah untuk membahas mengenai bagaimana networking antar alumni ILT-HM bisa menjadi semakin erat dan berdaya guna. Ada berbagai ide yang terlontar dari alumni, antara lain mengembangkan modul-modul pelatihan bersama. Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat selama menempuh kursus di Jerman ditambah dengan pengalaman di tempat kerja masing-masing akan diramu sedemikian rupa sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh kalangan yang lebih luas. FK UGM akan memfasilitasi berbagai kegiatan pengembangan modul dnegan infrastruktur yang telah dimiliki (sistem/website, supporting staff dan peralatan, networking). Alumni dapat memanfaatkannya seoptimal mungkin untuk mengembangkan kemampuan sekaligus menyebarkan pengetahuan secara lebih luas sebagai bentuk komitmen memajukan sistem manajemen perumahsakitan di Indonesia). (pea)
INDONESIAN-GERMAN CONFERENCE ON
HOSPITAL MANAGEMENT
Gadjah Mada University, Yogyakarta
June 25- 28 2014
(Draft) Programme
Time
Activity
Remarks
Wednesday, 25.06.2014
During the day
Arrival of alumni
Arrival and transfer to hotel
18:00 – 21.00
Getting to know each other
Venue: Hotel
Dinner
Alumni of different ILT groups meet each other
Thursday, 26.06.2014
ALUMNI DAY
Venue: Faculty of Medicine, UGM
9:00 to 9:30
Welcome and Introduction
GIZ and representative(s) of alumni
UGM Representatives: Dr. rer. nat. dr. BJ. Istiti Kandarina
(Program Manager International Master Program Public Health)
9.30 – 11.00
Workshop on Hospital Hygiene with Prof. Dr. Axel Kramer, University of Greifswald