manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI menganggarkan Rp 27 miliar dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Tarakan.
Anggaran tersebut adalah untuk pengadaan
manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI menganggarkan Rp 27 miliar dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Tarakan.
Anggaran tersebut adalah untuk pengadaan
manajemenrumahsakit.net :: Painan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), menargetkan pendapatan asli daerah (PAD) dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Zein kabupaten setempat sebanyak Rp35 miliar, pada tahun 2015.
“Kami optimistis target PAD dari RSUD RSUD M Zein Painan pada tahun ini tercapai, bahkan kita harapkan dapat melebihi target. Tahun lalu (2014) capaian PAD dari rumah sakit ini sudah mendekati Rp35 miliar,” kata Direktur RSUD M Zein Painan, Busril, di Painan, Selasa.
Mengejar target yang telah ditetapkan, pemkab setempat terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang berobat ke RSUD milik Pesisir Selatan itu agar kunjungan terus meningkat.
Menurutnya, pelayanan di RSUD M Zein Painan terus meningkat, bahkan setiap hari pasien rawat inap terus masuk, tidak saja pada hari-hari kerja tetapi pada hari libur akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu.
“Atas dasar jumlah pasien ini, kita yakin PAD tahun ini bisa mencapai angka Rp35 miliar. Dalam mencapai target ini kami akan terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, ” ujarnya.
Ia mengatakan sumber masukan PAD di rumah sakit tersebut berasal dari seluruh pelayanan yang diberikan terhadap pasien yang datang, baik rawat jalan maupun rawat inap. Terkait biaya berobat di rumah sakit tersebut, pihaknya menyesuaikan dengan peraturan daerah (Perda) setempat.
Rumah sakit itu akan berupaya melakukan pelayanan lebih maksimal terhadap masyarakat untuk berobat dalam berbagai jenis penyakit yang dikeluhkan, baik pasien umum, maupun pasien melalui Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).
Sementara Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD M Zein Painan, Riyantis Capanai mengatakan pada tahun 2014 tingkat hunian RSUD M Zein Painan atau Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 76,26 persen.
Total pasien yang berobat melalui poliklinik RSUD M Zein Painan sebanyak 54.202 orang. Dari jumlah itu pasien terbanyak terdapat pada penyakit dalam yakni sebanyak 14.460 orang.
Urutan kedua terdapat pada pasien penyakit mata yang dilakukan rawat inap dan jalan sebanyak 8.602 orang. Disusul oleh pasien lainnya yang dilakukan rawat inap dan jalan. (*/jun)
Sumber: antarasumbar.com
manajemenrumahsakit.net :: BANDUNG, Komisi D DPRD Kota Bandung dan Pemerintah Kota Bandung mulai tahun 2015 akan memberlakukan semua rumah sakit menggunakan call center untuk melaporkan kamar pasien.
“Setiap saat rumah sakit wajib melaporkan jumlah ruangan rawat inap yang kosong untuk mempermudah pasien masuk rumah sakit,” ujar Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung, Ahmad Nugraha di Gedung DPRD Kota Bandung, Rabu (04/03/2015).
Menurut Ahmad, call center sangat penting karena selama ini banyak rumah sakit menolak pasien BPJS dan pasien tidak mampu dengan alasan ruangan penuh. Dengan adanya call centre, rumah sakit harus memberikan laporan berapa banyak ruangan yang kosong sehingga mempermudah
pasien yang akan masuk.
Ahmad mengakui, banyak menerima keluhan mengenai buruknya pelayanan rumah sakit untuk pasien BPJS. Padahal, seharusnya mereka mendapatkan pelayanan yang sama, terlebih untuk pasien Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS, karena kesehatan mereka ditanggung pemerintah.
Kewajiban rumah sakit lainnya, Komisi D DPRD meminta rumah sakit milik Pemkot Bandung memiliki peralatan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau unit peralatan intensif untuk bayi baru lahir. Alat Nicu di Kota Bandung, baru ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dan rumah sakit swasta dengan jumlah sangat terbatas. Sementara rumah sakit milik Pemkot Bandung, yakni RSUD Ujungberung dan Rumah Sakit Ibu dan Anak belum memiliki Nicu. (tsm)
Sumber: tribunnews.com
manajemenrumahsakit.net :: Ambon, Ketiadaan tenaga medis terutama dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dikeluhkan masyarakat maupun direksi rumah sakit umum itu.
“Tidak adanya tenaga dokter spesialis ini diketahui saat kami melakukan kunjungan pengawasan serta bertatap muka dengan Direktur RSUD Piru, dr Michael A. Siwabessy bersama jajarannya,” kata Ketua komisi D DPRD Maluku, Suhfi Majid di Ambon, Selasa (3/3).
Akibatnya, perkembangan layanan kesehatan bagi pasien di RSUD itu belum berjalan maksimal, sementara RSUD Piru saat ini sedang diupayakan peningkatan statusnya menjadi rumah sakit tipe C.
“Beberapa tenaga dokter di RSU Piru sedang menjalani pendidikan dokter spesialis, namun kebutuhan untuk jangka pendek butuh perhatian pemerintah daerah,” kata Suhfi mengutip penjelasan dr Michael.
Suhfi juga menandaskan jika dokter spesialis itu sudah menjadi keharusan pihak manajemen rumah sakit untuk menyediakannya.
Kebutuhan terhadap dokter spesialis dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti membuka formasi untuk CPNS dokter spesialis, menyekolahkan dokter rumah sakit untuk pendidikan dokter spesialis atau kerjasama dengan perguruan tinggi dalam penyediaan dokter spesialis residen.
Pihaknya memaklumi keluhan direktur RSUD Piru dan mendorong fasilitasi dokter spesialis dalam bentuk kerjasama dengan RSU Jejaring.
“Di RSUD Tulehu ada sejumlah dokter spesialis residen yang saya kira dapat membantu RSUD Piru, apalagi RSU Piru merupakan jejaring RSU Tulehu,” ujarnya.
Bentuk kerjasama ini adalah dengan membuat MoU antara RSU Tulehu dengan RSUD Piru, sehingga dokter spesialis yang bertugas di RSUD Tulehu dapat membantu memberi layanan bagi pasien di sana dalam kurun waktu tertentu sesuai agreement (persetujuan).
“Cara ini untuk menjawab keluhan RSUD Piru dalam jangka pendek,” kata Suhfi.
Dia menegaskan, dalam waktu segera pihaknya akan mengundang Dinas Kesehatan Propinsi Maluku, Dinas Kesehatan Kabupaten SBB, Direktur RSUD Piru dan Direktur RSUD Tulehu untuk membahas detail kerjasama ini.
“Komisi D akan bergerak cepat memfasilitasi kerjasama antara rumah sakit yang kita gelar dalam rapat kerja membahas soal tersebut,” katanya.
Upaya mendorong kerjasama ini agar masyarakat di Kabupaten SBB yang dirawat di RSUD Piru dapat dilayani oleh dokter spesialis dan bila kerjasama ini berjalan secara baik maka masyarakat SBB akan terbantu.(ant/tm)
Sumber: tribun-maluku.com
manajemenrumahsakit.net :: Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, mengalokasikan dana Rp50,4 miliar pada 2015 untuk membiayai program pengadaan dan peningkatan sarana prasarana empat rumah sakit yang dikelola pemkot setempat.
manajemenrumahsakit.net :: Medan. Anggota DPRD Medan Jumadi meminta kepada pihak Rumah Sakit (RS) Pirngadi Medan untuk komitmen melayani pasien mereka dengan ramah, dan tidak mengecewakan pasien. Pernyataan Jumadi ini terkait program “Senyum” RS Pirngadi Medan dalam melayani pasien yang dikeluarkan Direktur RS Pirngadi Medan Edwin Effendy baru-baru ini
“Intinya kami menyambut baik program tersebut. Namun itu merupakan standar pelayanan yang memang wajib diberikan rumah sakit. Jika ingin meningkatkan pelayanan, maka Pimpinan rumah sakit harus benar-benar serius menerapkannya. Bukan hanya sekedar melemparkan pepesan kosong sebagai upaya pencitraan diri,” ujar Jumadi, Minggu (1/3).
Jumadi juga menantang keseriusan Dirut RSUD Pirngadi dengan menjadikan nomor telepon pribadinya sebagai call center pengaduan pasien yang tidak merasa baik atas pelayanan di sana. Kalau hanya di buat call center biasa, maka dirinya menjamin pengaduan hanya akan seperti angin lalu.
“Kalau cuma call center biasa ya sama aja. Tapi kalau Dirut betul-betul mau memperbaiki, maka pasang nomor telepon yang langsung tersambung padanya untuk tempat pengaduan. Itu baru betul,” ungkapnya.
Jumadi juga menyadari bahwa selama ini masyarakat pesimis terhadap pelayanan di RSUD Pirngadi. Jika memang pimpinan mau membuat gebrakan, jangan mengadopsi istilah NATO (not action talk only).
Sementara itu Direktur RS Pirngadi Medan Edwin Effendy mengatakan, pihaknya menerapkan pola kebersamaan dan kebijakan dengan pola senyum. Hal ini dilakukan dalam meningkatkan kinerja sekaligus peningkatan pelayanan kepada pasien.
Pada prinsipnya, pihaknya bertangggung jawab dan mengikuti aturan serta ketentuan yang berlaku. Dijelaskannya, penerapan kebersamaan dan kebijakan yang dilakukan dengan pola senyum, juga dalam rangka rumah sakit Pirngadi yang kedepannya diupayakan menjadi type A. “Yang utama, semua unsur, pokja atau sema unit pelayanan kita libatkan,” ujar Edwin.
Bagi pegawai yang tidak mendukung program yang diterapkan, maka akan ada sanksi yang diberlakukan. Dirinya akan memanggil dan menanyakan kepada petugas tersebut dan menegaskan agar bekerja sesuai tupoksinya.
Sebelumnya, salah satu pasien RS Pirngadi Medan, Tama mengeluhkan pelayanan dari RS Pirngadi Medan yang diarasa tidak ramah terhadapnya. Warga Kecamatan Medan Kota ini pernah hampir bertengkar dengan petugas medis di RSUD Pirngadi akibat perlakuan sombong perawat di sana. Begitu pun dengan dokter yang tidak mau menjelaskan secara detail soal penyakit yang dialaminya.
“Saya kan bayar di sana. Masak perawatnya bilang itu makan buburnya. Setengah jam lagi minum obat. Nadanya kurang ramah dan tidak senyum. Dokternya pun begitu. Saya tanya bagaimana penyakit saya dok. Dijawabnya udah, yang pasti kami sembuh. Tak mau lagi saya berobat ke sana,”kesalnya. ( prawira)
Sumber: medanbisnisdaily.com
manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA – Metode perawatan luka modern melalui prinsip keseimbangan kelembaban (moisture balance) lebih efektif membantu proses penyembuhan luka dibandingkan metode konvensional.
Menjaga kelembaban luka, penyembuhan semakin cepat sehingga pasien dapat pulih lebih cepat pula. Sehingga cepat memulihkan kualitas hidup pasien, menghemat waktu dan biaya perawatan.
“Perawatan luka dengan prinsip moisture balance melalui metode modern dressing belum banyak dikenal dalam dunia medis di Indonesia,” kata dr. Adisaputra Ramadhinara, CWSP, FACCWS saat saat temu media di Jakarta, Senin (2/3/2015).
Asia Pacific Wound Care Congress (APWCC) mencatat bahwa hingga tahun 2012, di Indonesia setidaknya baru 25 dari 1000 lebih rumah sakit, khususnya di Pulau Jawa yang telah menerapkan manajemen perawatan luka modern.
Itu sebabnya, pihak APWCC yang merupakan aktivitas tim medis tergerak untuk terus menginformasikan metode perawatan luka ke seluruh wilayah Asia Pasifik hingga metode modern ini menjadi standar.
“Masyarakat umum mengetahui cara perawatan luka konvensional biasanya memerlukan kasa sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi agar tercipta suasana lembab,” katanya.
Oleh karena itu diperlukan penggantian kasa yang sering karena luka harus sering dikompres dan diganti sebelum kasa mengering. Bahkan tak jarang penggantian kasa menimbulkan trauma pada luka yang baru sembuh dan bahkan rasa sakit pada pasien.
Modern dressing yang mulai diperkenalkan di pasar kesehatan dunia termasuk di Indonesia adalah dressing UrgoTul yang diproduksi oleh Urgo Medical.
Dressing UrgoTul ini dikembangkan dengan menggunakan Technology Lipido-Colloid (TLC) yang hak patennya dimiliki oleh Urgo Medical.
“Dressing berteknologi paling inovatif TLC, UrgoTul merupakan dressing terbuat dari jaring polyester non oklusif yang disusun dari partikel hyhdrocolloid dan lipophylic,” kata perwakilan Urgo Medical, Mr. Paul Argant.
Beberapa keunggulan yang ditawarkan produk dressing UrgoTul ini adalah menciptakan proses penyembuhan dengan cara membuat lingkungan lembab di sekitar luka.
UrgoTul yang berteknologi inovatif TLC ini terbukti mampu menjaga kelembaban hingga 80 persen setelah 24 jam menempel pada luka.
“Dibandingkan dressing lain yang ada di pasar yang hanya mampu menjaga tingkat kelembaban sebesar 20 persen saja. Sehingga dressing berteknologi inovatif TLC ini bisa dapat digunakan selama 4 hari sebelum proses penggantian,” tuturnya.
Dampaknya adalah, dressing UrgoTul dapat mengurangi frekuensi penggantian dressing sekaligus mempercepat proses penyembuhan. Selain itu, dressing UrgoTul pun tidak menimbulkan rasa sakit saat penggantian.
dr. Martin Kristiandi, Sales & Marketing Director PT Mahakam Beta Farma hasil riset yang dilakukan pada 585 responden setelah penggunaan produk UrgoTul menunjukkan bahwa 73% mengaku puas setelah menggunakan dressing berteknologi inovatif TLC.
Sebanyak 98% mengatakan bahwa produk ini tidak menimbulkan sakit saat penggantian dan 94% mengakui bahwa produk ini tidak melekat pada luka. Tak heran kalau 99% responden mengaku tidak mengalami trauma pada luka yang baru sembuh.