manajemenrumahsakit.net :: Jakarta ( Berita ) : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) DKI Jakarta mengancam putuskan kerja sama dengan rumah sakit swasta yang menolak mengobati pasien yang memegang Kartu Indonesia Sehat (KIS).
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta ( Berita ) : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) DKI Jakarta mengancam putuskan kerja sama dengan rumah sakit swasta yang menolak mengobati pasien yang memegang Kartu Indonesia Sehat (KIS).
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Riset di beberapa rumah sakit (RS) di
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Inilah nama-nama anggota Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) yang akan bertugas pada 2014 hingga 2019! Slamet Riyadi Yuwono, mantan Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan, Daeng M Faqih dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Tien Gartinah mewakili Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Soemaryono Rahardjo yang mewakili Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) serta Irwan Julianto yang merepresentasikan masyarakat.
Pembentukan BPRS merupakan amanat
manajemenrumahsakit.net :: SLAWI – RSUD dr Soeselo Slawi bakal menerapkan absen sidik jari atau fingerprint bagi semua karyawannya, termasuk bagi dokter dan tenaga medis lainnya.
Hal itu menyusul tragedi ngamuknya Bupati Tegal Enthus Susmono di Poli Anak di rumah sakit tersebut saat melakukan inspeksi mendadak (sidak).
Menurut Direktur RSUD dr Soeselo Slawi, dr Widodo Joko Mulyono, alat absen fingerprint yang baru datang belum lama ini, akan segera diaktifkan. Alat itu akan diletakkan di tempat strategis supaya karyawan dapat melihatnya.
“Alatnya sudah ada, nanti akan kita gunakan,” kata dokter Joko, sapaan akrab pria berkacamata ini, kemarin.
Joko mengaku sangat berterimakasih dengan ketegasan Bupati Tegal dalam menertibkan para dokter yang selama ini dikeluhkan masyarakat.
Sejauh ini, pihaknya juga sudah berupaya maksimal untuk peningkatan pelayanan. Upaya itu mulai menunjukan hasil positif dengan tingkat disiplin dokter yang mulai meningkat.
manajemenrumahsakit.net – Dua orang Tanaga Kerja Indonesia asal Jawa Timur yang baru saja tiba dari Liberia tiba-tiba mengeluh demam. Meski gejala demam itu belum tentu Ebola tetapi pemerintah tak mau kecolongan.
Keduanya langsung diperiksa dengan diambil specimen darahnya untuk dikirimkan ke laboratorium Balitbangkes Kemenkes RI di Jakarta. Untuk mengetahui disebabkan Ebola atau bukan, hasil pemeriksaan akan keluar paling lambat 48 jam setelah sampel diterima laboratorium.
Meski selama ini tak ada WNI yang terindikasi terjangkit Ebola, namun, Jawa Timur sudah mempersiapkan rumah sakit khusus untuk merawat pasien Ebola. “Ada delapan rumah sakit rujukan regional,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Harsono ketika dihubungi VIVAnews, Minggu, 2 November 2014.
Delapan rumah sakit rujukan itu adalah RSU Soedono di Madiun, RSUD Jombang, RSUD Pare di Kediri, RSUD Tulung Agung, RS Saiful Anwar di Malang, RSUD Soepomo di Surabaya, RSUD Soebandi di Jember, dan RSUD Ibnu Sina di Gresik.
Menurut Harsono, di delapan rumah sakit itu telah disiapkan ruangan khusus isolasi untuk merawat pasien Ebola. Selain itu, disiapkan pula dokter khusus, para tenaga medis, alat-alat medis dan pakian yang digunakan agar para pekerja medis itu tak tertular endemik.
“Semua sudah dipersiapkan, standar untuk tangani pasien Ebola,” ujar dia.
Masing-masing rumah sakit, kata Harsono memiliki satu ruangan khusus yang bisa menampung sekitar 15 pasien. “Ada 15 bed dalam satu ruangan di masing-masing rumah sakit,” ujar dia.
Sebelumnya, dua warga Jawa Timur, yang masing-masing berasal dari Madiun dan Kediri, diduga terkena virus Ebola. Kini, keduanya masih menjalani perawatan.
Mereka harus menjalani isolasi dan pengawasan khusus karena masa inkubasi Ebola antara 2 sampai 21 hari. Sampai saat ini, keduanya sudah memasuki hari ketujuh dan kondisinya semakin membaik.
Sebelum tiba di kota asalnya, kedua pasien tersebut sudah menjalani penelitian dan pemeriksaan saat masih berada di Liberia dan Jakarta.
Sumber: viva.co.id
manajemenrumahsakit.net :: RSUD Pare, Kabupaten Kediri mengisolasi seorang pasien yang mengisyaratkan menderita penyakit ebola. Laki-laki berusia 45 tahun itu mengeluhkan rasa nyeri pada tenggorokan disertai suhu badan yang cenderung meninggi.
“Pasien masuk sejak Jumat (31/10) dan langsung ditempatkan di ruang isolasi melati. Kita sebut saja mister X. Sebab prosedurnya memang seperti itu. Kita tidak bisa memberitahukan identitas pasien, ” ujar Humas RSUD, Hari Susanto kepada wartawan, seperti dikutip Okezone, Sabtu (1/11/2014).
Informasi yang dihimpun, pasien pernah bekerja selama tujuh bulan di Liberia, sebuah negara di benua Afrika yang merupakan pusat endemi ebola. Dan, pasien tiba di tanah air pada 6 Oktober 2014 lalu.
Hari mengatakan, pihak rumah sakit tidak ingin berspekulasi pasien penderita ebola sebelum berakhirnya masa inkubasi (virus) 21 hari. Tim medis yang dipimpin dr Harnowo juga melakukan pemeriksaan darah lengkap, hapusan darah, liver, ginjal, dan tes malaria terhadap pasien. Selain itu, pasien juga mendapatkan cairan infus ke dalam tubuhnya.
“Setiap petugas medis juga mengenakan alat perlindungan. Kita juga melarang keluarga pasien menunggu di dalam ruangan, ” tuturnya.
Seperti diketahui, virus yang penularannya melalui binatang monyet dan babi tersebut ditemukan di benua Afrika. Pada tahun 1976, untuk pertama kalinya penyakit mematikan itu teridentifikasi di wilayah Republik Congo, di kawasan desa yang berdekatan dengan sungai Ebola.(*)
Sumber: pasberita.com
manajemenrumahsakit.net :: Medan, (Analisa).
manajemenrumahsakit.net :: KBRN, Banda Aceh : Untuk pertama kalinya Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh memberikan akta kelahiran gratis untuk bayi baru lahir
manajemenrumahsakit.net :: TANJUNG REDEB, TRIBUN