manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Masyarakat, terutama penderita tuberculosis (TBC), diminta waspada terhadap penyebaran virus TBC yang kebal terhadap beberapa jenis obat. Virus berkategori multi drug resistent (MDR) ini membutuhkan proses pengobatan lebih lama dan mahal dibanding TBC yang belum kebal obat anti-TB lapis pertama.
Virus ini rawan menjangkiti pasien yang tidak berobat maupun yang minum obat namun tidak rutin atau putus. Selain mengidap virus yang kebal itu, mereka juga berpotensi menularkan melalui bercak dahak yang menyembur saat batuk, bersin, maupun berbicara. Virus TBC kebal obat ini juga punya daya penularan lebih cepat.
“Untuk memutus mata rantai penularan, petugas kesehatan perlu meningkatkan pengawasan terhadap penderita. Jenis obat yang diminum, cukup banyak dan harus rutin setiap hari sampai dinyatakan sembuh oleh dokter,” kata Hikari Widodo, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kudus, belum lama ini.
Di wilayahnya, jumlah penderita TBC yang masuk kategori MDR ini, lanjut Hikari, selama lima tahun terakhir semakin bertambah, saat ini mencapai 22 orang. Agar terhindar dari TBC, masyarakat perlu membiasakan pola hidup sehat dan asupan gizi yang cukup.
“Kami perkirakan jumlah tersebut masih bisa bertambah karena hampir setiap tahun ditemukan penderita yang kebal. Pengobatan MDR lebih sulit karena obatnya lebih banyak yang harus diminum. Waktu pengobatan juga lebih lama, diperkirakan mencapai dua tahun dan memiliki efek samping lebih sering, seperti badan panas, keringat dingin, dan batuk terus menerus. Namun, kami harapkan, penderita TBC tidak patah semangat dalam melakukan pengobatan secara rutin hingga tuntas,” ujar Hikari.
Salah satu gejala TBC yang telah mencapai tahap MDR, kata Hikari, batuk mengeluarkan darah. “Jika mereka yang telah MDR menulari orang lain, TBC yang ditularkan itu langsung resisten dan tidak TB biasa lagi. Penyebab TBC MDR, umumnya karena penderita bosan berobat atau menganggap sudah sembuh, padahal dia belum memastikan ke dokter. Standar pengobatan penderita TB enam bulan. Jika pengobatan terputus, pasien diperiksa lebih dulu menggunakan alat genexpert untuk mengetahui tingkat resistensinya. Apabila dinyatakan resisten, penderita dirujuk pengobatannya ke Rumah Sakit Kariadi Semarang karena obatnya belum tersedia di Kudus,” kata Hikari. (IZN – pdpersi.co.id)
Sumber: pdpersi.co.id