
Penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan mental kini menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat, termasuk di lingkungan perguruan tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), PTM bertanggung jawab atas sekitar 74% dari seluruh kematian global, dengan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko gaya hidup seperti kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol, dan stres berkepanjangan (1). Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi PTM di usia produktif, termasuk di kalangan mahasiswa (2,3). Studi oleh Global Burden of Disease (GBD) juga menunjukkan bahwa PTM dan gangguan mental kini mendominasi beban penyakit global, menggantikan dominasi penyakit menular (4). Jika dibiarkan tanpa pendekatan promotif dan preventif yang sistematis, perguruan tinggi sebagai lingkungan pendidikan berisiko menjadi episentrum masalah kesehatan kronis yang menghambat pembangunan sumber daya manusia berkualitas, terutama menuju Indonesia Emas 2045.