Sistem shift 24 jam dan beban kerja yang tinggi seringkali membuat perawat kesulitan menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dengan kehidupan pribadi, yang dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental, kepuasan kerja, serta kualitas layanan kesehatan yang diberikan. Menggunakan model sosio-ekologis sebagai panduan, tinjauan ini mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi. Faktor-faktor ini mencakup tingkat individu dan interpersonal hingga tingkat komunitas dan organisasi.
Kualitas data dalam sistem informasi rumah sakit
Integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) ke dalam pelayanan kesehatan telah secara signifikan meningkatkan kualitas perawatan pasien dan efisiensi operasional. Namun, percepatan digitalisasi yang cepat telah menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam volume data yang dikelola oleh sistem-sistem ini. Hal ini menyoroti pentingnya mekanisme yang kuat untuk manajemen data dan jaminan kualitas.
Strategi Pengelolaan Biaya di Rumah Sakit
Memahami sistem rumah sakit melibatkan gambaran singkat tentang fungsi berbagai departemen di rumah sakit. Untuk bertahan dalam lingkungan yang kompetitif, elemen penting yang perlu dianalisis adalah biaya yang terlibat. Para peneliti di sini berusaha memahami sejauh mana perbedaan dalam elemen biaya, yaitu Bahan, Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead. Tujuan studi ini adalah mengevaluasi struktur biaya rumah sakit.
Pengalaman Kerja Tenaga Medis di Rumah Sakit
Tujuan studi ini untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang sikap dan pengalaman tenaga medis di rumah sakit. Studi ini mengidentifikasi enam tema utama. Masalah yang diangkat meliputi pemanfaatan yang efisien dari sumber daya tempat tidur rumah sakit, tantangan yang lebih besar bagi pekerjaan perawat, penyesuaian mode kerja dokter, hambatan komunikasi antara dokter, perawat, dan pasien, risiko medis potensial, serta perbedaan pengalaman medis pasien.
Kecerdasan Buatan Generatif, Keselamatan Pasien, dan Kualitas Layanan Kesehatan
Kemampuan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) telah berkembang pesat dalam setahun terakhir, dan mulai memberikan dampak signifikan pada sektor kesehatan. Apakah teknologi baru ini dapat membantu mengatasi masalah-masalah yang selama puluhan tahun menjadi tantangan sulit dan membandel dalam hal kualitas dan keselamatan? Meskipun kita masih berada di awal perjalanan, jelas bahwa kita sedang mengalami pergeseran fundamental dalam kemampuan AI.
Personalized Care untuk Kualitas Hidup Pasien yang Lebih Baik
Rumah Sakit sudah masuk di era tidak bisa menunggu pasien datang sendiri, namun harus melakukan strategi “jemput bola”. Hal ini terjadi karena persaingan semakin ketat, banyak rumah sakit yang menyediakan layanan tidak hanya fokus pada pelayanan, namun mulai memberikan value added, baik pelayanan maupun fasilitas lainnya. Situasi pelayanan klinis saat ini juga semakin berkembang. Dulu pasien dilayani hanya dengan satu dokter dari satu disiplin ilmu, didukung dengan tenaga kesehatan lain, seperti perawat, analis, apoteker, gizi, dan sebagainya. Namun saat ini, integrasi tidak hanya dilakukan antar tenaga medis dan tenaga kesehatan, namun juga integrasi antar dokter spesialis yang berbeda (multidisiplin), sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien lebih komprehensif. Ketika dulu hanya satu dokter yang menangani pasien, keputusan terbesar ditawarkan oleh dokter terkait. Namun, jika dilakukan integrasi multidisiplin, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan shared decision making. Dengan menggunakan pendekatan ini, harapannya kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatannya lebih terpenuhi, terutama jika pasien termasuk tergolong dalam pasien komorbid.
Strategi untuk Mengurangi Lama Rawat Inap di Rumah Sakit
Lama rawat inap di rumah sakit (hospital length of stay /HLOS) merupakan indikator kesehatan yang kritis yang mempengaruhi hasil perawatan pasien, penggunaan sumber daya, dan biaya kesehatan. Meskipun mengurangi HLOS dapat meningkatkan efisiensi rumah sakit dan aliran pasien, hal ini juga menimbulkan risiko seperti pemulangan dini, peningkatan tingkat rawat inap ulang, dan potensi pelanggaran keamanan pasien.
Model pusat ilmu kesehatan akademik di negara-negara berkembang dan pelajaran untuk implementasi di Indonesia
Dalam tangka menggambarkan model pusat ilmu kesehatan akademik (AHSC) di negara-negara berkembang, guna memberikan informasi bagi pengembangan AHSC di Indonesia. Ovid MEDLINE, ProQuest Central, Wiley online library, Scopus, dan Web of Sciences dicari untuk publikasi relevan dari 1 Januari 2015 hingga 1 Desember 2020. ‘Literatur abu-abu’ dicari secara manual melalui pencarian situs web yang ditargetkan, pencarian Google, serta komunikasi pribadi dengan pemangku kepentingan di Indonesia secara khusus.
Strategi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan di rumah sakit
Stabilitas keuangan rumah sakit secara langsung mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi misi utama mereka dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Studi ini mengidentifikasi dan memprioritaskan strategi pengurangan biaya dan peningkatan pendapatan untuk rumah sakit di Iran. Penyelidikan ini menggunakan desain campuran (mixed-methods), yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sebuah tinjauan sistematis terhadap artikel ilmiah dilakukan secara awal untuk mengidentifikasi strategi kunci dalam pengurangan biaya dan peningkatan pendapatan di rumah sakit.
Mewujudkan Ekosistem Kampus Sehat: Strategi Wellness-Campus dan Health Promoting University di Perguruan Tinggi Indonesia
Penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan mental kini menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat, termasuk di lingkungan perguruan tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), PTM bertanggung jawab atas sekitar 74% dari seluruh kematian global, dengan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko gaya hidup seperti kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol, dan stres berkepanjangan (1). Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi PTM di usia produktif, termasuk di kalangan mahasiswa (2,3). Studi oleh Global Burden of Disease (GBD) juga menunjukkan bahwa PTM dan gangguan mental kini mendominasi beban penyakit global, menggantikan dominasi penyakit menular (4). Jika dibiarkan tanpa pendekatan promotif dan preventif yang sistematis, perguruan tinggi sebagai lingkungan pendidikan berisiko menjadi episentrum masalah kesehatan kronis yang menghambat pembangunan sumber daya manusia berkualitas, terutama menuju Indonesia Emas 2045.