Diabaikan Dokter, Pasien Obesitas Dapat Kompensasi Rp 3,5 M
![]() Para ahli kesehatan Australia mengatakan, kasus Luis Almario ini merupakan kasus pertama di negara bagian New South Wales, dan akan memaksa para dokter untuk memastikan para pasien yang kegemukan menurunkan berat badan, bila mereka tidak mau digugat, demikian lapor situs smh.com.au hari Kamis (7/2). Dr Emmanuel Varipatis, seorang dokter di daerah Manly di Sydney, sekarang mengajukan banding ke Mahkamah Agung Australia, karena dianggap lalai tidak mengirim Almario (68) ke klinik obesitas ataupun merujuk ke ahli bedah mengenai apakah dia bisa menjalani operasi “gastric band.” Almario yang berasal dari Colombia dan pernah menjadi calon anggota parlemen NSW, berada di bawah naungan dokter Varipatis dari tahun 1997 sampai 2011. Selama masa ini, beratnya 140 kilogram meskipun tingginya hanya 154 cm. Pengadilan menyebutkan bahwa Almario menderita kanker hati disebabkan oleh penyakit hati yang disebabkan karena kegemukan. Dia diperkirakan hanya akan hidup selama 40 minggu lagi. Dalam keputusannya, Hakim Joseph Campbell mengatakan ketika dr Varipatis bertemu dengan pasiennya pertama kali di tahun 1997, Almario “sudah sangat gemuk dan menderita berbagai penyakit – yang disebabkan karena kegemukan, termasuk penyakit hati.” Hakim mengatakan sang dokter bertanggung jawab secara hukum karena penyakit itu kemudian berkembang menjadi sirosis, gagal ginjal dan akhirnya kanker ginjal. “Saya puas bahwa kalau tergugat tidak lalai, penyakit hati ini tidak akan berkembang menjadi cirrhosis, dan kesehatan sang pasien akan meningkat tajam bila dia menjalani operasi pengikatan usus, dan dia akan mencapai berat badan ideal.” kata Hakim Campbell. Dr Varipatis didukung oleh perusahaan asuransi Avant yang sekarang mengajukan banding. Hakim menjatuhkan hukuman kompensasi senilai 569.332 dollar, namun dikurangi menjadi 364.372 dollar, dengan memperhitungkan bahwa Almario kemungkinan hanya akan bertahan hidup selama 40 minggu lagi. “Almario sekarang sudah cacat total. Dia sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Semua makanannya harus dibuat jadi bubur, dan dimasukkan lewat selang. Dia tidak bisa berjalan ke dapur. Semua obatnya harus dimasukkan lewat selang. Dia hanya bisa duduk di ruang tamu menonton televisi ataupun di ranjang melihat komputer.” kata Hakim Campbell. Ikatan Dokter Australia belum mau memberikan komentar karena masih ada banding. Namun Dr Adrian Sheen, presiden dari kelompok bernama Doctor’s Action mengatakan keputusan Mahkamah Agung ini akan memberikan “beban” berlebihan bagi para dokter. “Ini akan membuat dokter merujuk pasien untuk melakukan tes apa saja karena takut akan digugat. Biayanya bagi sistem layanan kesehatan akan sangat besar sekali.” kata Sheen. Sumber: health.kompas.com |
Materi Penyusunan Laporan Keuangan Rumah Sakit BLUD
Silakan login untuk mengakses laman berikut
Warga Perbatasan Punya RS Bergerak
![]() Mereka tidak perlu lagi bersusah-payah harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Harapan Insan Sendawar (HIS) yang membutuhkan waktu tempuh hampir dua hari karena berlokasi di ibukota Sendawar. Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan dana sebesar Rp 8,5 miliar untuk pembangunan rumah sakit umum bergerak atau yang dikenal dengan istilah rumah sakit pratama atau rumah sakit kelas D untuk wilayah perbatasan pada tahun anggaran 2012. Pembangunan rumah sakit Pratama yang berlokasi di Kampung Long Lunuk Kecamatan Long Pahangai tepat berada di tengah antara Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai yang dicapai dengan waktu sekitar 1 jam. Saat ini proses pembangunan rumah sakit Pratama sudah dalam tahap pondasi berukuran 50 x 50 meter persegi di atas lahan seluas 1 hektare (ha). Lahan itu telah dihibahkan oleh masyarakat Long Lunuk dan diharapkan pada April 2013 rumah sakit ini sudah mulai beroperasi. “Rumah Sakit Pratama ini atau rumah sakit bergerak ini dibangun tidak dari bahan baku beton melainkan menggunakan partisi-partisi yang terbuat dari baja yang akan dikirimkan dari Jakarta oleh Kementerian Kesehatan. Hanya saja proses pengiriman itu tanggung jawab Kementerian Kesehatan,” ungkap dr Teguh Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kutai Barat yang juga sekaligus Kepala Pengawasan Pembangunan Rumah Sakit Bergerak atau Pratama. Lebih jauh diceritakannya, rencana pembangunan rumah sakit bergerak di Kabupaten Kutai Barat sudah tergaung pada tahun 2010, hanya saja baru dapat terealisasi pada 2012. Kementerian Kesehatan menawarkan pembangunan rumah sakit tersebut di wilayah perbatasan Kubar, menerima lampu hijau itu, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan DPRD Kubar dan masyarakat Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai menyiapkan lahan seluas 1 hektar di Kampung Long Lunuk Kecamatan Long Pahangai. Lokasi tidak jauh dari Lapangan Terbang Datah Dawai. Hal ini penting sekali apabila ada pengiriman obat-obatan dari Kutai Barat atau Samarinda atau Jakarta tidak terlalu jauh untuk diantar ke rumah sakit Pratama ini. Kalau beda kampung saja, berapa besar lagi ongkos transportasi keluar agar dapat mengantar obat-obatan tersebut maupun tenaga medis yang harus segera datang. “Akhirnya dengan penuh keikhlasan masyarakat Long Lunuk menghibahkan tanah seluas 1 hektare yang berlokasi di atas gunung yang kebetulan tanah datar sehingga tidak terlalu banyak diratakan, serta utama jauh dari banjir karena kebetulan sangat dekat dengan Sungai Mahakam sekitar 100 meter,” ujar Teguh. Dia menambahkan, bangunan rumah sakit ini tidak dibangun dari beton melainkan dari partisi baja sehingga tidak berkarat dimakan cuaca. Selain itu di dalamnya terdapat sekat-sekat seperti rumah sakit umum. Seperti ruang rawat inap, ruang pelayanan kesehatan, ruang unit gawat darurat, ruang bedah, ruang obat. Rumah sakit bergerak ini juga dilengkapi dengan udara pendingin (AC), serta disiapkan dua genset berkekuatan besar yang dipergunakan secara bergantian selama 24 jam. “Kalau tidak ada halangan direncanakan April 2013, RSU Bergerak sudah beroperasi karena seluruh partisinya sudah mulai dikirimkan dari Jakarta, karena pondasinya telah selesai dibangun dan bangunan ini akan berdiri setinggi 1 meter dari tanah guna menghindar banjir,” tegas Teguh. Sumber: tribunnews.com |
Sampah rumah sakit kotori Pantai Laehari
Ambon-Puluhan kantong berisi ratusan botol plastik dan kain berdarah yang diduga limbah buangan dari satu rumah sakit mengotori tiga lokasi berbeda di Pantai Desa Laehari, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Maluku, pada beberapa hari ini.
“Kantong-kantong itu diduga berasal dari sampah pencucian darah yang dilakukan salah satu rumah sakit di sini,” kata Wenly Thenu, anggota DPRD Kota Ambon dalam rapat dengar pendapat antara Komisi I DPRD dengan sejumlah staf eksekutif setempat, Selasa.
Ia menyatakan khawatir, limbah rumah sakit itu membahayakan kesehatan orang di sekitarnya.
Karenanya, Wenly minta perhatian Pemerintah Kota Ambon untuk melihat dan menegur pembuang sampah tersebut.
“Paling tidak ada teguran, sebab kalau tidak, pembuangan sampah seperti itu akan dilakukan terus,” ujar Wenly yang berdomisili di Desa Hutumury yang bertetangga dengan Desa Leahari.
Sekretaris Kota Ambon Antony Latuheru berjanji pada hari itu juga meninjau lokasi untuk memastikan sampah apa saja yang dibuang di sana.
“Kalau memang sampah itu berasal dari sisa-sisa kotoran pencucian darah seperti yang disampaikan, kita akan melihat lagi sebab RS yang melakukan pencucian darah hanya satu di Ambon,” ujarnya.
Sumber: antaranews.com
RS Nur Hidayah Adakan Operasi Cacat Bawaan Gratis
Jakarta – Rumah Sakit (RS) Nur Hidayah di Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta DIY), akan mengadakan operasi bibir sumbing dan cacat bawaan lahir secara gratis bagi anak-anak kurang mampu pada Maret 2013.
“Ini program kerja sama kami dengan kegiatan corporate social responsibility (CSR) dari PT Tempo Scan Pacific Tbk yang bernama Program Sosial Indonesia Tersenyum. Program ini sudah berjalan sejak 2008 dan tahun ini kami adakan lagi Maret nanti,” kata Direktur RS Nur Hidayah Arrus Ferry.
Sepanjang 2008 hingga 2012 ada 157 pasien penderita cacat bawaan yang telah dioperasi melalui program tersebut. “Respons masyarakat cukup bagus, bukan Cuma dari Bantul yang datang tetapi juga dari seluruh wilayah DIY bahkan Jawa Tengah,” kata Arrus.
Syarat penerima program ini, masyarakat tidak mampu dengan umur maksimal 14 tahun dengan cacat bawaan lahir seperti bibir sumbing, kelebihan jumlah jari, jari dempet, tidak memiliki anus, alat kelamin tidak sempurna, dan lainnya.
“Bagi yang ingin mengikuti operasi gratis bisa langsung mendaftar ke RS atau bisa juga menelepon dulu untuk menjelaskan keluhannya. Selanjutnya kami akan memeriksa pasien apakah layak untuk dioperasi atau tidak,” kata Arrus.
Tak ada batasan jumlah pasien yang ingin mendapatkan layanan operasi gratis. Pihak RS justru berharap bisa mengoperasi penderita cacat bawaan lahir sebanyak-banyaknya. “Agar mereka tidak rendah diri dan bisa tersenyum menatap hidup yang lebih indah,” kata Arrus.
Sumber: pdpersi.co.id
Tak Mampu Beli Obat , Pasien RS Jafar Harun Pulang Paksa
Lasusua, Mengaku tidak mampu menebus harga obat yang diberikan petugas Rumah Sakit Jafar Harun Lasusua, seorang pasien di rumah sakit plat merah tersebut memilih pulang paksa, meskipun masa perawatan yang ditentukan dokter belum selesai.
Sementara ditempat terpisah, anggota DPRD komisi I Kolut, Imanuddin menyangkan jika benar hal tersebut dilakukan oleh pihak RS Jafar Harun.
“Rumah sakit itu pelayanan, artinya pasien dirawat dulu baru pasien mengurus administrasinya jika akan keluar, tentang mahalnya biaya itu memang terkadang ada obat tertentu yang harganya lumayan mahal, tapi petugas yang memberi resep pun harus memberi rinciannya secara detail,” bebernya.
Anggota komisi I lainnya, Tasrim mengungkapkan rumah sakit sudah memiliki aturan biaya ruangan inap tergatung kelasnya dan obat-obatan rumah sakit ada biayanya dari daerah dalam setahun.
“yang salah jika memang terjadi pemaksaan terhadap pasien untuk membeli, yang seharusnya pasien diberikan pengetian karena pada prinsipnya obat yang diberikan dokter tujuannya juga untuk membantu penyembuhan pasien, hanya proses penjelasannya yang harus dilakukan dengan baik, tapi kalau itu benar kita akan minta keterangan dari pihak rumah sakit,” tegas politisi PAN ini.
Sumber: kendarinews.com
Pemkab Berau Berencana Bangun Rumah Sakit Baru
Tanjung Redeb-Pemerintah Kabupaten Berau merencanakan membangun rumah sakit baru sebagai pengganti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Rivai di Jl Pulau Panjang Tanjung Redeb yang tidak mungkin lagi diperluas.
“Untuk mewujudkan rencana tersebut, Pemkab Berau pada tahun 2013 telah mengalokasikan anggaran perencanaan sekitar Rp5 miliar,” ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Berau Ir H Taupan Majid di Tanjung Redeh, Selasa.
Rencana pelelangan perencanaan tersebut juga telah ditindaklanjuti melalui unit layanan pengadaan (ULP) untuk segera diumumkan melalui layanan pengadaan secara elektronik (LPSE), katanya.
Dijelaskan Taupan, kalau proses perencanaan dipastikan tidak ada masalah. Perencanaan akan dilakukan sesuai dengan tiga lokasi alternatif yang diwacanakan Pemkab Berau, salah satunya berada di kawasan Ringroad Kelurahan Sei Bedungun Tanjung Redeb, yang akan menjadi akses utama keluar dan masuk Kota Tanjung Redeb.
Setiap perencanaan juga disesuaikan dengan luasan lahan rumah sakit baru yang diperkirakan sekitar 10 hektare.
“Kami masih koordinasikan lagi soal ketetapan lokasi. Kalau perencanaan sudah siap diawal tahun ini,” ungkapnya.
Proses perencanaan ditarget bisa selesai dalam waktu singkat. Sehingga bisa segera ditindaklanjuti dengan pembangunan fisik yang juga diharapkan bisa dikerjakan pada tahun 2013.
“Begitu perencanaan selesai, kita langsung usulkan fisiknya dan kita harapkan bisa segera,” tandasnya.
Mendesaknya pembangunan rumah sakit baru di Berau, diakui Kepala Dinas Kesehatan Berau drg. Totoh Hermanto yang menyebutkan kalau kondisi rumah sakit yang ada saat ini sudah tidak layak.
Pasalnya, kondisi RSUD Abdul Rivai sudah berada di tengah pemukiman masyarakat, yang sulit untuk dikembangkan. Selain itu, aktivitas rumah sakit juga akan berpengaruh dan terpengaruh dari aktivitas masyarakat di sekitarnya.
“Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal, ya memang harus segera direalisasikan pembangunan rumah sakit baru ini,” katanya.
Sumber: kaltim.antaranews.com
Mayat Membusuk karena RS Tidak Punya Freezer Pengawet
SOE – Jenazah Jeni Tahuni (27) yang ditemukan tewas di rumah Dominggus Benu (49) di Mnelalete, Kabupaten TTS, sejak Sabtu (2/2/2013), belum diambil pihak keluarga.
Mayat warga Desa Kalali, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, dibiarkan di kamar mayat tanpa pengawetan, sehingga mengeluarkan bau tak sedap.
Pantauan Pos Kupang (Tribunnews.com Network), Senin (4/2/2013), para pasien dan pengunjung rumah sakit sangat terganggu ketika berada di dalam kompleks RSUD SoE.
Servince Selan dan Albert Nomleni, ketika ditemui di RSUD setempat, mengatakan, mereka dan pasien yang dikunjungi sangat terganggu ketika mencium bau tak sedap di sekitar kamar mayat.
“Kami dengar ada mayat di dalam kamar mayat yang belum diambil keluarga. Kenapa sampai bau hingga mengganggu lingkungan sekitar. Kami tidak tahu kenapa mayat itu sampai membusuk,” ujar Selan.
Direktur RSUD SoE dr Musa Salurante ketika ditemui di kantor Bupati TTS, mengakui ada mayat yang belum diambil pihak keluarga.
“Mayat diletakkan saja di atas meja mayat. Kami tidak punya freezer pengawet mayat. Sudah ada dua kasus yang sama, sehingga akan kami usulkan pengadaan freezer dalam perubahan anggaran 2013 nanti. Mumpung pembahasan ABPD 2013 belum final, apakah pemda besedia menganggarkan dalam tahun ini,” paparnya.
Ketua Komisi D DPRD TTS Yoksan Benu, menanggapi kasus tersebut menuturkan, pemerintah daerah wajib menyediakan freezer untuk pengawetan mayat di RSUD SoE.
Mengingat kondisi mayat Tahuni mulai membusuk, pihak Polres dan RSUD SoE berkoordinasi dengan Pemda TTS menguburkannya, Senin (4/2/2013).
“Pihak Polres sudah berupaya mencari tahu keluarga korban di Desa Kalali, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, namun tidak ditemukan. Bahkan, kepala desa juga tidak mengenal korban. Hari ini (kemarin) atas kerja sama dengan Polres TTS, pemda siap menguburkannya di Pekuburan Umum Nunumeu,” beber Sekretaris Dinas Sosial Welem Wadu.
Sumber: id.berita.yahoo.com