manajemenrumahsakit.net :: SANGATTA
Setelah 8 Tahun, Pusat Kesehatan Ibu Anak RSCM Selesai Dibangun
manajemenrumahsakit.net – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini, Selasa 9 September 2014, meresmikan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kiara. SBY mengungkapkan, pusat kesehatan ini merupakan impian RSCM, impian para dokter, dan impian semua orang di Indonesia.
“PKIA Kiara, yang artinya teguh, resmi saya buka,” kata Presiden. SBY mengatakan bahwa PKIA ini bisa menjadi salah representatif dan berkualitas untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah bagi masyarakat.
Pembangunan kesehatan, menurut SBY, merupakan pembangunan dan proses jangka panjang. Untuk itulah, proses perbaikan itu harus terus dilanjutkan.
“Setiap pemimpin pasti akan berbuat yang terbaik bagi rakyatnya dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,” katanya.
SBY menambahkan, ia sudah tahu perkembangan pelayanan kesehatan dari masa ke masa selama 10 tahun kebelakang. Dia juga mengaku telah mempunyai infografik mengenai peningkatan rumah sakit, puskesmas, apotik, dan jumlah tenaga medis di seluruh Indonesia.
Presiden melanjutkan, perkembangan ini tidak lepas dari baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat baik dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Sementara itu, Direktur Utama RSCM, Cheresna Heriawan Soejono, mengungkapkan walaupun gedung RSCM terlihat megah, namun sebagian besar melayani pasien melalui Jaminan Kesehatan Nasional sebesar 93,25 persen.
PKIA ini, menurut Cheresna, terdiri dari 12 lantai dan dibangun sejak 2006 lalu. Tahap
Garut Luncurkan Rumah Sakit Intan Husada
manajemenrumahsakit.net :: GARUT,FOKUSJabar.com : Gabungan
RS Adam Malik Rawat Pasien Suspek Ebola
manajemenrumahsakit.net – Medan .Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan merawat pasien diduga terinfeksi virus ebola, NN (57), warga Tanjung Morawa, Deliserdang. Korban sempat dirawat inap di RSUD Lubuk Pakam.
“NN rujukan dari RSUD Lubuk Pakam, masuk ke RSUP H Adam Malik, Minggu (7/9) pukul 04.00 WIB dini hari. Pasien ini pulang dari Afrika pada 27 Agustus,” kata Kabag Humas RSUP HAM Medan, Sairi M Saragih, di Medan, Senin (8/9).
Hasil pemeriksaan saat ini, dikatakan Sairi, pasien yang bekerja selama empat tahun di Nigeria itu mengidap penyakit malari berat, infeksi paru, dan kesadaran terganggu. Pasien ini tidak bisa dikatakan terkena suspek ebola, namun tidak boleh mengabaikan virus ebola.
“Hasil positifnya saat ini malaria berat, infeksi paru dan kesadaran terganggu sehingga penyakit yang dideritanya sekarang mengganggu organ-organ seperti otak, hati dan ginjal. Itu hasilnya diberitahu oleh dokter penyakit dalam yang menangani pasien,” katanya.
Ia menyebutkan, dari hasil itu juga ada gangguan fungsi hati dan gangguan fungsi ginjal meningkat, kemudian HB 8,8 rendah, dan hasil foto tidak memberatkan bagian paru. Sairi menjelaskan, pihak medis telah melakukan pemeriksaan pasien, yakni, foto thorax, pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap, plasmodium dan nasal swab.
Petugas tim investigasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Provsu), Romaida Aritonang SKM menyebutkan, korban susfek telah diobservasi pihak RSUP HAM di ruang VIP isolasi.
“Pasien sudah diberikan obat. Keadaan pasien dipantau lewat monitor yang terpasang di ruang perawat. Hasil yang didapat dari laboratorium, HB 8,8, eritrosit 2,72, leukocyt 10,88, trombosit 37, ureum 227, 10, kretinin 5,33, SGOT 129 dan SGPT 47. Hasil diagnosa pasien mengidap positif malaria celebral ,” kata Romaida.
Langkah lain yang telah dilakukan, lanjutnya, pihaknya telah melakukan wawancara dengan kontak serumah. “Termasuk dengan istri, lima orang anak, menanti satu dan cucu 1 orang,” terangnya.
Dia menambahkan, spesimen darah dan swab nasal telah dikirim ke Litbangkes, Senin (8/9). “Belum ada penambahan kasus, terutama kontak serumah yang mempunyai gejala klinis seperti pasien,” sebutnya. ( zahendra)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Rumah Sakit di Sydney Akan Terapkan Penggunaan Printer 3 D Untuk Operasi Jantung
manajemenrumahsakit.net :: SYDNEY -Sejumlah rumah sakit di Sydney, Australia, dalam waktu dekat akan menerapkan penggunaan printer tiga dimensi (3D) guna membantu para dokter dalam mengoperasi para pasien penderita penyakit jantung.
Meskipun teknologi printer 3D semakin popular saat ini, namun sejauh ini belum pernah dimanfaatkan untuk membantu diagnosa dan penanganan pasien RS di Australia.
Replika jantung pasien berukuran sebenarnya akan diprint sehingga memberi gambaran nyata bagi para dokter, dan memberi mereka berbagai pilihan berbeda sebelum menjalankan operasi.
Menurut Dr James Otton dari Victor Chang Cardiac Research Institute, penerapan teknologi ini dimulai dengan pengambilan gambar kualitas tinggi dari jantung pasien dengan menggunakan CT scans, MRI, dan diubah ke dalam model 3D.
Kasus Korupsi RSUD Taluk Kuantan Akan Dilimpahkan ke Pengadilan
manajemenrumahsakit.net :: PEKANBARU – Kejaksaan Negeri (Kejari) Taluk Kuantan hingga saat ini masih terus rampungkan dakwaan kasus dugaan korupsi pengadaan peralatan medis instalasi mata dan penunjang medis water treatment di RSUD Teluk Kuantan tahun 2008. Paling cepat pekan depan atau dua pekan lagi berkasnya dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri (PN) Pekanbaru untuk dilakukan penuntutan.
Menurut
6 Rumah Sakit Provider BPJS Kesehatan Raih
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada rumah sakit (RS) vertikal yang menjadi provider Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), enam rumah sakit menerima penghargaan “Hospital Awards The Best Role Model RS Vertikal” dari BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan RI.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris mengatakan, penghargaan ini diberikan berdasarkan hasil penilaian dari Tim Penilai yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan.
Parameter yang dijadikan kriteria penilaian mencakup sistem pendaftaran, sistem pelayanan terhadap peserta, sistem penagihan klaim, dan sistem penanganan keluhan peserta program JKN.
“Keberhasilan program JKN tidak bisa lepas dari dukungan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan selaku mitra BPJS Kesehatan. Karena itu, perlu ditingkatkan peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan dalam rangka kendali mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” ujar Fachmi Idris di acara pemberian penghargaan
RSJD RM Soedjarwadi Gelar Pameran Hasil Keterampilan Pasien
manajemenrumahsakit.net :: Wiwiek Endarwati – Klaten, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) RM Soedjarwadi Klaten, Jawa Tengah berusaha menghapus stigma buruk mengenai orang yang mengalami gangguan mental. Salah satunya dengan menggelar pameran hasil-hasil olah tangan para pasiennya.
Puluhan hasil kerajinan pasien dipamerkan di RSJD yang berada di Jalan Ki Pandaranan Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, Senin (08/09).
Selain itu turut dipajang foto-foto yang mengisahkan sejarah panjang awal pendirian rumah sakit ini.
Direktur RSJD RM Soedjarwadi Tri Kuncoro mengungkapkan, sebagian besar karya yang dipamerkan merupakan hasil olah tangan pasiennya. Mereka yang dilatih membuat kerajinan ini kebanyakan telah mengalami perkembangan kesembuhan yang relatif baik.
“Keterampilan yang diperoleh dari sini harapannya dapat menjadi bekal untuk kembali diterima pada lingkungan masyarakat,” ungkapnya kepada
Apa yang Baru dari Sister Hospital?
Apa yang Baru dari Sister Hospital?
4 September 2014
Reportase
Terkiat dengan kegiatan Sister Hospital di NTT yang melibatkan RS-RS Pendidikan, AIPMNH, Dinkes Provinsi NTT dan PKMK FK UGM, pada 4 September yang lalu telah dilakukan suatu pertemuan untuk meg-update pencapaian kegiatan SH sekaligus mendiskusikan best practices yang dapat diangkat ke level nasional.
Dinas Kesehatan Provinsi NTT menyampaikan bahwa masyarakat NTT sangat merasakan manfaat dari adanya program SH, dimana pelayanan spesialistik menajdi lebih terjangkau dan lebih cepat. Untuk itu, Dinkes menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap semua pihak yang terlibat, khususnya RS Mitra A (RS Pendidikan) yang telah secara konsisten mengirimkan residen dan tim manajemen ke RS Daerah di NTT untuk membantu pelayanan. Bila ada advokasi terus menerus ke Pemda, bukan tidak mungkin kegiatan ini akan dapat berlanjut dengan dukungan dana APBD.
Pada kesempatan ini ada beberapa kemajuan yang dilaporkan antara lain:
- Kegiatan Sister Hospital. Ada shifting angka kematian di beberapa RSUD, naun hal ini masih perlu diklarifikasi karena ada yang yang kurang sinkron antara RSUD, Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabuapten. Akibat adanya daerah pemekaran, maka pencatatan angka kematian ini belum baik. Oleh karena itu, tugas selanjutnya bagi RS Mitra A adalah memperbaiki manajemen data, memastikan rekomendasi AMP ditindaklanjuti, memastikan ketersediaan data kematian antara RS-Kabupaten, memastikan ketersediaan data lokasi kematian ibu dan bayi, memastikan semua rencana tindak lanjut hasil monev dapat dilaksanakan, sinkronisasi jadwal dan menentukan best practices.
- Kegiatan Performance Management and Leadership. Fokus kegiatan pada periode ini adalah mengimplementasikan billing system, dimana PKMK telah memiliki software generic-nya dan RSUD tinggal mengembangkan sesuai dengan kebutuhan. Kedepannya akan ada pengembangan implementasi dari yang sebelumnya hanya di rawat jalan dan penunjang menjadi berkembang ke rawat inap. Kendala umum yang ditemui adalah kurangnya kapasitas dan jumlah SDM di RSUD.
- Kegiatan Pengembangan Manual Rujukan. Masih ada kendala antara lain SOP-SOP pendukung perlu disusun dan dipatuhi, perlu refreshing tentang pelayanan klinis di RS maupun puskesmas, membangun sistem informasi dan komunikasi seperti yang telah dilakukan oleh Flores TImur (2H2C), perlu advokasi ke Bupati dan DPRD untuk perbaikan sistem tranpsotrasi dan sistem pembiayaan yang perlu mendapat dukungan stakeholders. Selanjutnya, kegiatan manual rujukan akan berkembang menjadi menyusun manual rujukan regional. Hal ini sekaligus menjawab masalah mengenai rujukan antar kabupaten dan rujukan baliknya. Selain itu instrumen monitoring juga akan dikembangkan.
Yang terpenting dari pelaksanaan kegiatan ini adalah komitmen dari kepala daerah terhadap pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di sebuah RSUD masalah sederhana seperti ketersediaan air bersih di RSUD sulit diatasi, meskipun daerah tersebut tidak termasuk yang kekurangan sumber air bersih.
Provinsi NTT sudah memiliki Perda No. 3/2014 yang mengatur tentang rujukan regional. Perda ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun peraturan bersama antar-kepala daerah mengenai pola rujukan, termasuk pembiayaannya.
Dalam diskusi ini, kesepakatan mengenai best practices juga telah tercapai. Topik best practice dapat berdasar tujuan kegiatan Clinical Contracting Out di SH antara lain Pengiriman dokter spesialis, peningkatan keterampilan teknis staf di rumah sakit dan pelatihan tim tenaga di Puskesmas dalam rangka penguatan siste rujukan kesehatan ibu dan anak.
Indikator best practice dalam Clinical Contracting Out (secara umum) misalnya dukungan Pemda (termasuk penganggaran dana dari APBD (persentase alokasi anggaran)), terselenggara beberapa kali peningkatan kapasitas dan Exit Strategy yang perlu disiapkan sehingga tidak ada keguncangan dalam pelaksanaan program. Topik-topik best practice (kisah dari masing-masing RSUD) bisa meliputi model implementasi manual rujukan, model penilaian/peer review terkait pelaksanaan program SH dan Penggunaan teleconference. Best practice untuk Dinkes Provinsi adalah Monitoring dan Evaluasi (Monev) kegiatan SH-PML.
(pea)