manajemenrumahsakit.net :: Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta, hari ini telah menerima surat edaran perintah penarikan obat
BBPOM akan Tarik Obat Anestesi Dari RS di Lampung
manajemenrumahsakit.net :: BANDAR LAMPUNG — Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Lampung akan menarik produk obat anestesi buvanest spinal yang beredar di seluruh rumah sakit negeri maupun swasta di Lampung.
Kepala BPOM Lampung Sumaryanta mengatakan BBPOM Lampung sudah mendapat surat edaran dari pusat untuk menarik produk obat anestesi buvanest spinal khususnya di rumah sakit di Lampung.
“BPOM Lampung telah menerima surat edaran dari pusat terkait (Buvenest Spinal) hari ini. Dan Insya Allah besok akan ditindaklanjuti, tim akan turun kelapangan untuk melakukan penarikan obat yang dimaksud sesuai dengan nomor seri pembuatanya,
Pelatihan 4 Dasar Kemampuan Karyawan
manajemenrumahsakit.net :: Pekalongan- Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan mengadakan pelatihan 4 dasar bagi seluruh karyawan yang ada di dalam RSI. Pelatihan tersebut terdiri dari
Tingkatkan Layanan, RSU dr Soetomo KSO dengan Pihak Ketiga
Surabaya – Terbatasnya anggaran rumah sakit pemerintah membuat RSU dr Soetomo melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dengan sistem Kerja Sama Operasional (KSO). Kerjasama ini untuk memenuhi tuntutan perkembangan teknologi khususnya pembelian peralatan medis guna mendukung pelayanan pasien.
Direktur RSU dr Soetomo Surabaya Dodo Anondo, Senin (16/2/2015), mengatakan, rumah sakit pemerintah berbeda dengan rumah sakit swasta besar dan berkelas yang memang mengedepankan lengkapnya peralatan. “Untuk mengatasi persoalan tersebut selama ini beberapa rumah sakit di Jatim menerapkan sistem kerja sama operasional (KSO) dengan pihak ketiga,” katanya.
Sistemnya yakni peralatan dimiliki oleh pihak ketiga, namun digunakan dan dimanfaatkan oleh rumah sakit dan nanti hasil/laba dari penggunaan alat tersebut dilakukan pembagian hasil.
Menurut dia, RSU dr Soetomo sudah sejak lama dan merasakan manfaat KSO. “Selain dapat memberikan pelayanan yang lengkap dan terbaik bagi pasien. Dengan KSO ini kita bisa menghemat sehingga anggarannya bisa digunakan untuk pengembangan membuat pelayanan kepada masyarakat dapat terus meningkat,” tuturnya.
Dikatakannya, infrastruktur, sarana prasana, dan peralatan penunjang menjadi kunci utama operasional layanan rumah sakit. Idealnya, jika rumah sakit ingin mengembangkan usaha atau pelayanannya, sarana prasana dan perlengkapan penunjang juga harus mengikuti perkembangan. Dan, solusi yang dilakukan adalah membeli atau dengan sistem KSO tersebut. Untuk beberapa perlengkapan yang harganya masih dijangkau dengan anggaran bisa dilakukan dengan pembelian, namun yang harganya mahal dan tidak terjangkau biasanya dilakukan secara KSO.
“Bukan hanya rumah sakit besar dan pusat rujukan, KSO ini juga disarankan dilakukan oleh rumah sakit di daerah agar mereka bisa memberikan pelayanan yang lebih optimal sehingga pasien tidak selalu harus dirujuk ke pusat,” imbuh Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jatim ini.
Di RSU dr Soetomo, beberapa peralatan yang dilakukan secara KSO yakni laboratorium, alat MRI, dan beberapa peralatan lainnya. Termasuk untuk pengembangan fasilitas dan gedung baru nanti, juga akan melakukan KSO untuk pemenuhan perlengkapan.
“Kami dalam tahap pengembangan Pusat Pelayanan Jantung Terpadu dan pusat paliatif. Nantinya perlatan yang belum mampu kami beli juga akan kami adakan secara KSO,” pungkasnya.
HUT Ke-16, RSUD Terus Berbenah Diri
manajemenrumahsakit.net :: DUMAI – Menginjak usia ke-16 tahun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai, berbagai harapan yang diinginkan masyarakat ditampung dan disambut oleh pihak RSUD Kota Dumai.
Diantaranya adalah pengaharapan agar RSUD Kota Dumai dapat memberikan dan lebih meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat Kota Dumai, baik yang melakukan rawat jalan maupun rawat inap.
Harapan-harapan yang diinginkan masyarakat tersebut secara terus-menerusnya selalu diupayakan oleh pihak RSUD Kota Dumai, hal itu terbukti dengan adanya beberapa waktu belakangan ini pihak RSUD telah mempunyai Sarjana Keperawatan (SII) yang akan mulai aktif pada Senin (16/2).
SII Keperawatan yang baru hanya ada beberapa orang saja di Provinsi Riau khususnya Kota Dumai tersebut nantinya yang akan mengatur kembali konsep-konsep keperawatan maupun pelayanan medis yang ada di RSUD Kota Dumai.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai, Dr.Syaiful mengatakan dalam kegiatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RSUD ke-16 yang dilaksanakan di gedung Poli RSUD, yang bertema ‘Memberikan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Kota Dumai’, Minggu (15/2) kemarin.
Bahwa Sarjana Keperawatan yang dimiliki oleh RSUD itu, nantinya yang akan membenahi dan mengatur konsep-konsep keperawatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat yang menjalani rawat inap dan rawat jalan.
Dan pembenahan yang dilakukan tersebut akan sesuai oleh keinginan masyarakat guna memberikan jawaban dalam wujud nyata kepada pengharapan yang telah diberikan tersebut.
“Sebagai contoh terlebih dahulu mereka akan membenahi keperawatan pelayanan di ruangan Poli Klinik di RSUD Kota Dumai. Sebab di ruangan itu, volume masyarakat yang melakukan rawat jalan sangat tinggi sekali,” tambahnya.
“Sementara untuk selanjutnya, kita akan membenahi pelayanan kepada masyarakat secara bertahap hingga permintaan pelayanan yang diinginkan masyarakat dapat terjawab, dan hal tersebut sesuai pada tema HUT RSUD kali ini,” ujar Syaiful.
Tidak hanya itu saja, dikatakan Syaiful, pihak RSUD juga berencana akan melakukan pembenahan kembali terhadap jam besuk pasien, sebab pasien juga butuh kenyamanan dalam beristirahat untuk proses kesembuhan pasien itu sendiri.
“Ya mungkin dahulu jam besuk malam dibatasi sampai pukul 22.00 WIB, kini hanya sampai pukul 20.00 WIB, sebab pasien selain membutuhkan istirahat mereka juga membutuhkan kenyamanan dan ketenangan,” jelasnya.
Syaiful juga berharap bahwa dengan adanya HUT ke-16 tersebut pihaknya akan dapat semakin memberikan pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat Kota Dumai.
“Kita berharap kedepannya di HUT ke-16 ini, RSUD benar-benar dapat memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat, apalagi dengan kita mempunyai Sarjana (SII) Keperawatan yang dapat betul-betul mengatur dan membenahi sistem perawatan medis dalam memberikan pelayanan bagi masyrakat yang melakukan rawat jalan dan rawat inap,” tutupnya. (sil/pp)
Sumber: riaugreen.com
Edisi Minggu ini: 17 – 23 Februari 2015
Pengunjung web yang budiman,
17 Feb2015
Kanker Anak dan Kesiapan RS di IndonesiaKanker Anak dan Kesiapan RS di Indonesia Menurut Convention on the Right of the Child, anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun. Hampir seluruh UU di Indonesia yang mengatur masalah hukum juga mendefinisikan anak pada batas usia dii bawah 18 tahun. Pada usia ini, anak rentan terhadap berbagai masalah fisik yang disebabkan oleh penyakit. Banyak diantara penyakit ini yang bisa dicegah, antara lain dengan memberikan gizi yang cukup dan penanganan terhadap masalah kesehatan secara adekuat. Anak merupakan representasi dari masa depan. Penanganan yang baik pada anak harus menjadi perhatian bagi semua orang. Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak adalah risiko terkena kanker. Meskipun berbagai produk hukum mendefinisikan anak sebagai indivdu yang berusia kurang dari 1 tahun, namun kanker anak didefinisikan sebagai kanker yang umumnya menyerang anak pada usia 0-14 tahun. Jenis kanker pada anak:
Di seluruh dunia, kasus kanker anak cukup tinggi. Pada setiap 1 juta anak, ada 110-130 kasus kanker, atau 1 dari setiap 600 anak di dunia (kurang dari 16 tahun) menderita kanker . Sektar 80% anak terdiagnosa kanker ada di negara berkembang. Per tahun 100.000 anak meninggal karena kanker, atau 250 anak per hari, atau 10 anak per jam. Sekitar 13% kematian terjadi di RS. Dalam 10 tahun kedepan diperkirakan ada 9 juta kematian akibat kanker per tahun. Di AS, jumlah kasus naik 0,5% dalam 35 tahun terakhir. Tahun 2014 ada 10.450 kasus baru. Kasus terbanyak (lebih dari 50% dari total kasus) adalah leukemia (acute lymphocytic leukemia), brain & central nervous system, dan Neuroblastoma. Namun meskipun jumlah kasusnya meningkat, angka kematian pada anak akibat kanker turun sebesar 50% pada 35 tahun terakhir. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan teknologi dalam penanganan kanker. Terapi untuk kanker anak (tergantung jenis kankernya) antara lain operasi, kemoterapi, cerebrospinal fluid diversion, terapi radiasi, watchful waiting, kemoterapi dengan transplantasi stem cell, terapi biological, atau targeted therapy. Di Indonesia ada 100.000 kasus kanker anak/tahun di Jakarta dan 650 diantaranya adalah kasus kanker anak. Rata-rata anak yang terkena kanker berasal dari keluarga kurang mampu. Kanker anak yang paling banyak ditemui pada anak-anak Indonesia adalah leukemia dan retinoblastoma. Di AS ada RS swasta yang menangani pasien kanker anak tanpa memandang kemampuan finansial pasien, yaitu St. Jude Children’s Hospital. Ini adalah satu-satunya RS Khusus Kanker Anak di AS yang sifatnya nonprofit. Setidaknya ada dua pusat penanganan khusus kanker di Indonesia, yaitu RS Dharmais (RS Khusus kanker) dan Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC). Selain itu, ada pula RS umum yang memiliki fasilitas penanganan kanker secara cukup memadai, antara lain RSPAD, RSCM dan RSUD Dr. Sardjito di Yogyakarta. Bahkan sejak April 201, RSU Zainoel Abidin di Banda Aceh juga telah membuka layanan untuk kanker anak. Jika melihat peta fasilitas kesehatan yang mampu menangani kasus kanker pada anak, penyebarannya masih terpusat di Jawa. Padahal anak di seluruh Indonesia mempunyai resiko menderita kanker. Data banyaknya jumlah anak penderita kanker terdeteksi di Jawa khususnya Jakarta, kebanyakan berasal dari cancer registry pada RS maupun yayasan yang bergerak di bidang ini. Tidak mudah untuk membangun fasilitas penanganan kanker anak di RS. Selain membutuhkan peralatan yang canggih, tim kanker yang diperlukan juga memiliki kualifikasi khusus yang di Indonesia jumlahnya masih sangat terbatas. Penanganan kanker anak perlu dilakukan secara komprehensif, mulai dari penanganan klinis (kuratif hingga rehabilitatif), sampai ke penanganan sosial, pendidikan dan peran krusial orang tua. Untuk membentuk fasilitas pelayanan yang komprehensif tersebut dibutuhkan biaya investasi dan operasional yang sangat tinggi. Namun, bukan tidak mungkin akan muncul provider asing untuk kasus ini, dengan dibukanya AFTA. (pea) Sumber dan referensi:
|