Reportase
Pelatihan Exercise is Medicine Course for Allied Health and fitness Professional
3-4 Maret 2025
PKMK-Singapura. Pada 3 dan 4 Maret 2025 penulis berkesempatan mengikuti kursus Exercise is Medicine Singapore (EIMS) for Allied Health and Fitness Professional yang di selenggarakan RS Changi Singapore. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Departemen Sports Medicine RS Changi Singapore dengan lisensi American College of Sport Medicine (ACSM). Kursus ini bertujuan untuk mendorong professonal kesehatan termasuk fisioterapi untuk memberikan interfensi berupa peresepan exercise (exercise prescription) sebagai bagian dari pengobatan penyakit dalam praktik klinis.
Fisioterapi Indonesia mendorong praktik klinis berbasis promotif dan preventif apalagi di era transformasi kesehatan yang dicanangkan oleh Kemenkes terutama transformasi layanan primer dan transformasi SDM kesehatan. Dari sisi transformasi SDM kesehatan, kursus ini sangat sejalan dengan transformasi profesi fisioterapi, dimana fisioterapi tidak hanya sebagai pemberi layanan rehabilitasi saja tapi bisa lebih aktif sebagai layanan promotif, preventif dalam sistem kesehatan di era JKN. Dalam segi transformasi layanan primer fisioterapi bisa lebih berperan dalam penguatan sistem layanan primer di puskesmas maupun praktik mandiri, dimana pasien bisa mengakses langsung (direct access) tanpa rujukan. Upaya kesehatan individu inilah yang akan membuat sistem layanan kesehatan primer lebih efektif dalam pencegahan penyakit.
Kursus ini bertujuan mendorong profesional kesehatan termasuk fisioterapi untuk berperan dalam upaya promotif preventif dengan memberi desain latihan/ olahraga melalui peresepan aktivitas fisik dalam pencegahan maupun penyakit, terutama penyakit kronik atau penyakit tidak menular. Dalam pelatihan ini peserta diberikan materi tentang :
- Pengantar konsep Exercise is Medicine
- Manfaat aktifitas fisik dan pedoman aktivitas fisik nasional standar WHO
- Skrinning pra partisipasi dan strata resiko olahraga
- Pembuatan program latihan termasuk intepretasi dan evaluasi
- Latihan/olahraga pada penyakit kronik
- Praktik klinis dan penilaian kebugaran (fitness appraisal)
- Studi kasus dan asesmen
Pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan kompetensi fisioterapi layanan primer di Indonesia, karena fisioterapi menjadi ujung tombak layanan/ upaya kesehatan berbasis promotif preventif di puskesmas. Kasus-kasus yang bisa ditangani fisioterapi di puskesmas tidak terbatas pada cidera akut muskuloskeletal seperti nyeri pinggang, nyeri lutut, nyeri leher tetapi juga kasus penyakit tidak menular tanpa komplikasi seperti hipertensi, jantung, diabetes dan obesitas. Penyakit kronik/ penyakit tidak menular di layanan primer bisa ditangani fisioterapi dengan pemberian edukasi kesehatan dan peresepan aktifitas fisik/olahraga dengan konsep Exercise is Medicine. Dengan layanan primer fisioterapi diharapkan dapat mengendalikan bahkan mencegah penyakit kronik seperti jantung, hipertensi, diabetes dan obesitas. Konsep inilah yang menjadi fokus transformasi profesi fisioterapi dari kuratif dan rehabilitasi menuju promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Di Singapura inisiasi Exercise is Medicine sudah ditetapkan dalam alur layanan kesehatan secara nasional, terutama di layanan primer dan kedokteran keluarga (family medicine). Praktik dokter umum General Practioner selain memberi resep medis/obat juga memberi resep aktifitas fisik/ exercise kepada fisioterapi /fitness professional untuk assesment kebugaran dan membuat program latihan terkait dengan penyakit yang dialami pasien. Alur layanan kesehatan di Singapura mengandalkan dokter umum/ GP untuk pemeriksaan di tingkat dasar, penyakit kronik seperti hipertensi, diabetes, dan sindrom metabolik tanpa komplikasi. Selebihnya mereka akan bekerjasama dengan fisioterapi untuk merujuk pasien untuk mendapatkan peresepan aktivitas fisik/ latihan terkait penyakitnya. Sistem ini bisa menekan angka rujukan tingkat lanjut ke rumah sakit sekunder maupun tersier yang tidak perlu. Pembiayaan tingkat dasar ini ditanggung oleh negara dengan skema subsidi jaminan social.
Pemerintah Singapura membuat kebijakan layanan primer kesehatan dengan program GP FIRST, dengan tagline Your Family doctor, Your First Stop, program yang menganjurkan warga Singapura untuk datang ke dokter umum (GP) terlebih dahulu sebelum ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit, kebijakan ini membuat UGD untuk fokus pada kasus yang lebih mendesak yang memerlukan tindakan medis. Program ini diperkenalkan RS Changi sejak 2014 di wilayah Singapura timur, dan sudah menjangkau dseluruh distrik barat, utara dan pusat kota.
Rujukan UGD rumah sakit hanya untuk keadaan darurat yang mengakibatkan komplikasi serius atau kematian seperti stroke, serangan jantung dan cidera serius.
Belajar dari konsep layanan GP First Singapore, fisioterapi di Indonesia bisa menerapkan program Physio First, yaitu inisiasi layanan primer fisioterapi berbasis pencegahaan dengan peresepan aktifitas fisik/olah raga untuk mengendalikan angka penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung, stroke kanker, hipertensi dan obesitas. Faktanya penyakit tersebut menyedot pembiayaan kesehatan yang mahal dan lama. Menurut data BPJS pembiayaan kesehatan yang ditanggung BPJS banyak dipakai untuk pengobatan penyakit kronik seperti kanker, jantung, stroke, dan penyakit uro-nefrologi. Penyakit tersebut pada dasarnya bisa dicegah dan dikendalikan dengan usaha promotif preventif. dengan mendorong penguatan layanan primer fisioterapi.
Untuk itu fisioterapi mendorong program Physio FIRST, layanan primer Fisioterapi bisa menjadi solusi pengendalian biaya penyakit kronik yang membebani budgeting BPJS, dengan upaya promotif preventif sehingga akan tercapai pebiayaan yang efektif (cost effectiveness) secara nasional.
Reporter:
Tri Wibowo SST. Ftr. AIFO-FIT,
Fisioterapis (RSUP Dr Sardjito)