Surabaya: Peringatan hari Tuberkulosis (TB) sedunia yang jatuh hari ini (24/3) masih menyisakan pekerjaan bagi pemerintah dalam pemberantasan dan pengobatan pasien TB. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2012 (Riskesdas), TB menjadi penyakit menular penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia, dan Jatim menjadi provinsi kedua di Indonesia.
“Jumlah penderita terbanyak yang diobati, yaitu sebanyak 40.185 kasus ditahun 2015. Sementara itu Kota Surabaya menjadi kota di Jatim dengan jumlah penderita paling banyak, yaitu sebanyak 4.754 kasus, kemudian disusul Jember sebanyak 3.128 kasus, Sidoarjo 2.292 kasus, Kabupaten Malang 1.932 kasus, dan Kabupaten Pasuruan sebanyak 1.809 kasus,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr Harsono, Rabu (23/3/2016).
Harsono menjelaskan, tingginya jumlah kasus TB di Surabaya selain karena jumlah penduduknya yang memang besar, faktor kebersihan lingkungan dan tempat tinggal turut menjadi penentu. Dimana lingkungan yang padat penduduk, kebersihan kurang dijaga dengan ventilasi dan sanitasi yang buruk membuat penyakit ini mudah menyebar. Belum lagi kesadaran masyarakat kesehatan dan untuk berobat masih kurang.
“Oleh karena itu ini menjadi perhatian tersendiri bagi Dinkes. Kami semakin menggiatkan berbagai program untuk menemukan dan mengobati penderita serta mendorong kedisiplinan mereka untuk berobat,” terangnya.
Diperlukan tindakan paripurna dalam penanganan pasien TB. Termasuk pemantauan lingkungan tempat tinggal dan mengajak mereka memperbaiki kondisi lingkungan tempat tinggal menjadi lebih bersih dan nyaman. Termasuk lingkungan sekitar rumah.
Berdasarkan data Dinkes Jatim, tahun 2015 lalu dari 40.185 kasus, 2.232 kasus atau sekitar 5,55 persen diantaranya merupakan pasien TB anak. Dimana terdapat 412 pasien TB koinfeksi TB-HIV di Jatim.
Saat ini pengobatan TB dipusatkan beberapa rumah sakit di Jatim, seperti RS Paru Surabaya, RS Paru Batu, RS Dungus, dan beberapa rumah sakit lain. Selain dirumah sakit, pengobatan TB juga dapat dilakukan di 962 puskesmas induk dan 2.691 puskesmas pembantu di Jatim. Pusat layanan kesehatan menjadi tempat pasien dapat menjalani pengobatan dan mendapatkan obat, termasuk menjalani pemantauan konsumsi obat.
“Kenapa kami siagakan layanan pengobatan yang banyak dan menyebar luas sampai ke puskesmas pembantu karena kunci pengobatan TB adalah pasien mudah dalam mendapatkan obat dan disiplin mengkonsumsi obatnya sesuai jadwal,” terang Harsono.
Pengobatan menjadi kunci kesembuhan pasien TB karena penyakit yang ditularkan oleh mycobacterium tuberkulosa ini hanya bisa sembuh dengan pengobatan yang disiplin. Waktu pengobatannya juga tidak singkat, minimal enam bulan, dan minimal dua tahun bagi pasien TB multy drugs resistance (MDR) atau resisten obat. Biaya pengobatan TB sebenarnya juga tidak murah, akan tetapi sudah ada.program pengobatan gratis bagi masyarakat, sehingga segala jenis obat bisa didapat secara gratis.
“Untuk pengobatan TB MDR selama dua tahun obat-obatannya saja bisa mencapai Rp 130 juta. Kedepan kami harapkan program pengobatan TB ini sukses dan didukung kedisiplinan mereka untuk menjalani pengobatan sehingga Jatim bisa terbebas dari TB,” pungkasnya. (BH/AKS)
Sumber: rri.co.id