SEMARANG – Stroke adalah satu penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia, selain pengobatan juga perlu ada cara preventif agar penyakit ini dikurangi penderitanya dari tahun ke tahun. Rumah Sakit (RS) Kariyadi sebagai institusi pusat kesehatan masyarakat, ikut berpartisipasi dalam pencegahan penyakit tersebut.
Direktur Umum dan Operasional RS Kariyadi dr Agus Suryanto Sp PD menyatakan, selama ini rumah sakit hanya berperan pada saat pengobatan belum pada pencegahan. Peringatan hari Stroke yang ditetapkan oleh WHO pada 29 Oktober lalu, sebagai tonggak rumah sakit juga berupaya untuk melakukan pencegahan.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk merubah kebiasaan, agar terhindar dari penyakit stroke. Kampanye yang kami lakukan tidak sekedar seremonial belaka. Tetapi juga mengingatkan kepada masyarakat, ada bahaya besar di depan,” kata Agus sela-sela peringatan hari Stroke di area Car Free Day(CFD) Jalan Pahlawan, Minggu (1/11).
Probabilitas menderita stroke sambungnya, semakin tinggi jika pola hidup masyarakat tidak dirubah. Pola hidup yang dirubah adalah satu diantaranya dengan hidup sehat, senam bersama secara teratur.
“Satu diantaranya, diwujudkan dalam bentuk senam bersama. Kali ini senam bersama diikuti baik oleh orang yang sudah menderita stroke, pernah atau yang belum supaya ada interaksi dan tercipta gambaran jika tidak memperhatikan dan memelihara kesehatan,” tuturnya.
Jika masyarakat dan petugas kesehatan, tidak turut aktif dalam pencegahan maka penderita akan berjubel memenuhi pelayanan kesehatan. Rumah sakit, puskesmas dan layanan kesehatan lainnya banyak penderita yang mengantri.
Kedepannya, RS Kariyadi akan terus memperbanyak turun ke masyarakat. Memberikan sosialisasi-sosialisasi mengenai penyakit yang mematikan antara lain jantung, kanker, paru-paru dan diabetes melitus. Membuka ruang melalui stan konsultasi antara dokter spesialis dan masyarakat.
Ketua Staf Medik Fungsional Saraf Neurologi dr Dody Tugasworo Sp S menyatakan, penderita penyakit stroke yang dirawat di RS Kariyadi per tahunnya antara 400 sampai dengan 500 pasien. Rata-rata penyakit ini diderita oleh orang berumur produktif dan hal ini membuat keprihatinan pemerintah.
Sumber: suaramerdeka.com