KENDARI – Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) habiskan dana Rp168,7 miliar untuk membangun rumah sakit. Anggaran tersebut telah diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir.
Wali Kota Kendari Asrun, saat meresmikan gedung private medical care centre (PMCC) RSUD Kendari, mengatakan dana yang d dikeluarkan merupakan sebuah investasi. Kegiatan tersebut dimulai saat memulai membangun gedung baru rumah sakit Kendari yang lebih representatif dan meninggalkan gedung lama yang ada di kota lama.
“Rumah sakit daerah kita yang lama itu sebelum saya menjadi wali kota bangunannya seperti puskesmas, sehingga saat menjadi wali kota saya berpikir untuk membangun rumah sakit lebih mewah meskipun itu tidak termasuk dalam visi misi saya kala itu,” kata Asrun.
Dana yang diturunkan tersebut penggunaannya diantaranya untuk untuk biaya pembebasan lahan 4,7 hektare, pembangunan gedung pelayanan dan administrasi sebanyak 26 unit termasuk gedung private medical care centre (PMCC) dan pelaratannya.
Pasien yang dilayani RSUD Kendari tidak hanya dari dalam kota, tetapi dari luar kota atau beberapa kabupaten kota di Sultra termasuk dari Morowali Sulawesi Tengah.
“Dengan investasi ditengah keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah Kendari, maka hasilnya saat ini sangat memuaskan karena RSUD Kendari telah mejadi rujukan bagi masyarakat di Sultra,” katanya.
Asrun mengklaim, jika melihat kebelakang dalam hal ini di medio 2008, jumlah kunjungan RSUD Kendari hanya berkisar di 25.000 orang per tahun. Namun saat ini dengan perkembangan yang ada, jumlahnya melonjak mencapai 68.800 orang per tahun.
“Sungguh suatu peningkatan yang luar biasa, hal ini dilandasi oleh semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap layanan yang diberikan dan juga ditunjang dengan fasilitas dan sarana playanan makin memadai dan terstadar,” katanya.
Dibagian lain Asrun menyebut, arah pengembangan pembangunan kota Kendari saat ini bergeser dari bagian Utara ke arah Selatan. Pengembanggan kota di bagian selatan dimulai saat membangun pelabuhan kontainer Bungkutoko yang ada di wilayah Kecamatan Nambo saat ini.
“Alasannya kalau pelabuhan masih kita pertahankan berada di bagian kota lama, maka susah berkembang karena kapal besar susah sandar di pelabuhan itu. Berbeda dengan pelabuhan Bungkutoko saat ini kapal besarpun bisa sandar atau berlabuh,” katanya.
Wilayah kota bagian utara atau di Kecamatan Kendari dan Kendari Barat sudah padat dan wilayanya sempit. Kondisi tersebut mendorong pengembangan kota saat ini kita arahkan ke bagian arah Selatan yakni Kecamatan Baruga, Poasia, Kambu, Abeli dan Nambo.
Setelah pembangunan pelabuhan diikuti pula dengan pembangunan jalan lingkar luar yang langsung menuju pelabuhan Bungkutoko sehingga kendaraan besar dari luar daerah tidak harus masuk dalam kota ketika ingin ke pelabuhan. “Ini juga akan mengurangi tingkat kemacetan dalam kota, karena selama ini Kendaraan pemmaut kontainer juga masuk atau melintasi tengah kota ketika hendak ke palabuhan,” katanya.
Pengembangan wilayah selatan Kendari kata Asrun, juga didukung dengan dibangunnya stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) di Nambo dan dibangunnya Terminal Tipe A di Baruga. Dengan upaya tersebut diklaim, Kendari sudah berhasil menjadikan wilayah Kecamatan Nambo menjadi halaman depan Kota Kendari. (Ant)
Sumber: cendananews.com