JAKARTA – Mewarnai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2017, Yayasan Ksatria Medika Airlangga, yang akan mengoperasionalkan Rumah Sakit Terapung ‘Ksatria Medika Airlangga’, diterima Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, di kantornya, Selasa (2/5/2017) siang tadi. Dalam tanggapannya kepada tim yayasan yang dipimpin Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, Wapres sangat antusias dan secara spontan memberi bantuan baik untuk pembuatannya maupun untuk operasionalnya nanti.
“Alhamdulillah kami berbahagia sekali memperoleh apresiasi dukungan yang luar biasa dari Pak Wapres,” kata Suwaspodo Henry Wibowo, dr., Sp.And., MARS., Sekretaris Yayasan YKMA dihubungi seusai diterima Wapres.
Tim Yayasan YKMA yang diterima Wapres tadi, dipimpin Rektor UNAIR Prof. Moh Nasih, juga terdapat Ketua Yayasan Christrijogo Sumartono, dr., Sp.An.KAR., Ketua Umum IKA-UA Drs. Ec. Haryanto Basoeni, Ketua IKA-FK UNAIR Dr. Poedjo Hartono, dr., Sp.OG(K)., Herni Suprapti, dr., M.Kes bendahara yayasan, pemilik ide RS Terapung dr. Agus Hariyanto, Sp.B (alumni FK Unair yang sehari-hari dinas di kawasan kepulauan Maluku), IDGN Nalendra J. I., dr., Sp.B, Sp.BTKV (alumni FK-UA yang berpengalaman dalam KRI bantuan Rumah Sakit Dr. Soeharso), dan beberapa pengurus yayasan lainnya.
Diterangkan dr. Henry Wibowo, Wapres Jusuf Kalla secara spontan untuk sementara membantu dana untuk penyelesaian pembuatan kapalnya, yakni kapal jenis phinisi khas Makassar, sebesar Rp 100 juta. Namun untuk biaya operasionalnya nanti yang dinilai masih akan lebih banyak lagi, Wapres juga menyatakan akan membantu dengan beberapa alternatif. Misalnya disebut Wapres, dengan BPJS, kemudian juga akan menghubungkan dengan sebuah yayasan milik Bill Gates.
”Bentuk bantuannya seperti apa, sebaiknya RS Terapung UNAIR ini dioperasionalkan dulu, nanti akan ketemu mana yang perlu bantuan dan sebagainya,” kata Henry Wibowo mengutip penjelasan Wapres Jusuf Kalla.
Bahkan Wapres juga bersedia untuk meresmikan peluncuran RS Terapung sivitas Universitas Airlangga ini, seperti disampaikan Rektor UNAIR kemungkinan besar akan diluncurkan pada tanggal 10 November 2017 bersamaan dengan Dies Natalis ke-63 Universitas Airlangga.
Kepada Wapres dalam kesempatan itu, Rektor UNAIR Prof. M Nasih menjelaskan, rencana RS Terapung ini akan digunakan untuk membantu pelayanan kesehatan, khususnya bagi masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) yang selama ini masih banyak membutuhkan. Dalam jangka pendek kepulauan yang akan disinggahi di Jawa Timur dulu, dan kemudian meluas operasionalnya hingga ke kawasan Indonesia Timur yang banyak terdapat kepulauan berpenghuni yang terpencil dan terluar. RS Terapung itu nanti akan dikendalikan oleh dokter-dokter lulusan UNAIR dari berbagai keahlian.
Penjelasan Rektor ini juga dipertegas dengan keterangan dr. Agus Hariyanto, SpB., inisiator RS Terapung yang mengusulkan berdasarkan pengalaman empirisnya melayani kesehatan bagi masyarakat di ribuan pulau di Maluku.
”Di Maluku saja ada 1.040 pulau, 400 diantaranya berpenghuni. Tapi dari 400 pulau itu hanya enam pulau yang ada rumah sakitnya, antara lain di Ambon, Pulau Seram, Tanimbar, dan Kei Besar,” kata Agus.
Cara mengakses layanan dokter juga sulit. Bayangkan dari empat pulau hanya ada seorang dokter umum, untuk mengelilingi pulau-pulau itu dalam pelayanan kesehatan membutuhkan waktu 40 hari. Bahkan di Pulau Lirang, Maluku Barat Daya, seorang penderita kanker anus terpaksa harus berobat ke Timor-Leste, karena minimnya fasilitas disana, kata alumni FK UNAIR angkatan 1985 itu.
Ditambahkan oleh dr. Henry Wibowo, dalam rancangan anggarannya untuk RS terapung yang akan didesain serupa Rumah Sakit Tipe C itu diperlukan total biaya Rp 5 milyar, dimana separonya untuk biaya kapal sepanjang 27 meter dan lebar 7,2 meter. Sedang sisanya untuk biaya peralatan medis. Sampai pada awal Mei 2017 ini kondisi kapal sudah 70% dimana mesin kapal sudah naik di perahu dan sedang dipasang. (red)
Sumber: indonesiaterkini.com