Dalam pertemuan perwakilan karyawan dengan direksi RS. Marzuki Mahdi, menyeruak berita tidak sedap terkait adanya mafia yang dilakukan oleh oknum-oknum karyawan dan mantan karyawan di RS Marzuki Mahdi. Seringkali pasien sakit jiwa yang berobat di RS. Marzuki Mahdi, dilempar ke yayasan-yayasan yang sahamnya dimiliki pensiunan karyawan dan oknum dokter dengan alasan kamar penuh.
Ada empat yayasan yang bergerak di layanan jiwa dan tersebar di Kota Bogor (3 Yayasan) dan Kabupaten Bogor (1 yayasan). Hal itu sudah terjadi selama bertahun-tahun, sayangnya manajemen tidak pernah bertindak.
“Kapasitas tempat tidur khusus rumah sakit jiwa sekitar 600. Baru terisi 200-300. Tapi oknum selalu bilang penuh. Bohong saja jika mereka tidak tahu. Saya sudah 35 bekerja di sini, saya punya tanggungjawab moral. Saya sering memberitahu soal ini, tapi tidak pernah digubris,,” ujar perawat senior, Buman Yusuf kepada Bogornews.com.
Untuk mengantar pasien ke yayasan lanjutnya, oknum karyawan mendapatkan fee. “Setiap hari oknum bisa mengantarkan 4-5 orang. Bayangkan berapa yang ia terima uang tambahan, ini sudah termasuk gratifikasi,” jelasnya.
Akibat banyaknya pasien jiwa yang ‘dilarikan’ ke yayasan-yayasan yang sahamnya dimilik mantan karyawan dan oknum dokter, tak heran kata Buman, pendapatan rumah sakit jadi berkurang.
Sementara itu Direktur Utama RS. Marzuki Mahdi, Bambang Eko Sunaryanto ketika dikonfirmasi hal tersebut mengatakan dirinya saya tidak tahu pasti permasalahan sebenarnya. “Saya kurang tahu pasti. Nanti deh. Saya akan meneliti kebenatannya berita tersebut,” ujarnya.
Ia menambahkan, masalahnya sering terjadi karena bottle neck pada ruang perawatan akut. Adanya penumpukan di perawatan khusus layanan jiwa.
“Jadi pasien tidak terdistribusi di perawatan biasa, jadi kelihatan kosong. Ini karena bottle neck di ruang rawat akut. Ke depan saya akan meminta para dokter lebih melakukan tata laksana di ruang jiwa,” pungkasnya. (fery)
Sumber: bogornews.com