MAKASSAR – Kalau kita punya kesempatan dan dana, tentunya hal yang paling mendasar yang ingin kita miliki adalah sebuah rumah. Saat kita menimbang-nimbang untuk membeli sebuah rumah, kita akan berpikir bahwa rumah tersebut tentunya akan kita tempati bersama keluarga tercinta dan dalam jangka panjang.
Lalu mari kita bersama-sama membayangkan, setelah bertahun-tahun kita tinggal di rumah milik sendiri, dengan lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih, berdirilah sebuah Rumah Sakit di areal pemukiman tempat kita tinggal.
Rumah kita yang nyaman, akan berubah drastis menjadi tempat yang tidak menyenangkan. Apalagi dengan adanya pemandangan Instalasi Gawat Darurat yang menghadap ke arah rumah kita, ditambah dengan adegan orang muntah-muntah di halaman dengan suara keras, kamar jenazah yang menghadap ke rumah kita, adanya tumpukan sampah Rumah Sakit bahkan pemandangan orang sakit yang dipapah di kursi roda, yang membuat anak-anak kami menjadi takut. Itu bukan cerita dalam Sinetron, tapi merupakan kenyataan yang akan terjadi.
“Sejak dimulainya pembangunan Rumah Sakit tersebut, sekitar awal November tahun 2015, warga sudah menyampaikan penolakannya terhadap pendirian Rumah Sakit, bahkan sudah mengingatkan bahwa sebaiknya rencana tersebut dibatalkan karena warga pasti akan keberatan, tegas Misbahuddin selaku ketua forum warga, dalam siaran persnya kepada pojoksulsel.com, Rabu (17/11).
Namun pihak Rumah Sakit tidak mempedulikan warga, pembangunan tetap saja berjalan, Karena saat ini kenyamanan warga sudah mulai terusik, dengan adanya sebuah pertanyaan besar : mengapa warga menolak tapi Rumah Sakit bisa berdiri?
“Maka mulailah kami bergerak untuk mencoba melihat beberapa persyaratan mendasar yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit. Sungguh sangat mengejutkan karena ternyata surat persetujuan warga tidak ada. Dari peraturan bahwa tetangga depan, belakang, kanan, kiri harus tanda tangan dan setuju, Tapi fakta yang lebih membingungkan adalah ada warga kami, yang jelas-jelas hanya bertempat tinggal sekitar 5 langkah dari Rumah Sakit, tidak pernah didatangi sekalipun,” ungkapnya.
Sementara pihak Rumah Sakit bersikeras bahwa mereka sudah berkeliling meminta tanda tangan warga satu per satu. Jika memang mereka berniat baik, sampai kapan pun mereka akan menunggu untuk bertemu dengan kami meminta persetujuan. Dengan adanya tanda tangan dari non warga dengan status yang tidak jelas, pihak Rumah Sakit telah menempatkan warga sebagai pihak yang dirasa bisa dibohongi dan diakali.
Malah jika dikaji lebih jauh lagi, mengapa pihak Rumah Sakit bisa mendapatkan surat ijin operasi sementara, dimana surat ijin tersebut diperoleh dari pihak instansi pemerintah yaitu Pemda, dengan tidak melihat kelayakan lokasi termasuk dampak kemacetan, fasilitas pengolahan limbah yang memadai serta tata letak yang dibuat seolah-olah semaunya memenuhi syarat.
Kami tidak pernah menentang berdirinya Rumah Sakit tersebut, asalkan didirikan di lokasi yang sudah diperuntukkan bagi Rumah Sakit atau klinik. Kami, warga perumahan Ilma Green residence, dengan didukung oleh teman-teman warga dari RT 06 adalah penduduk Indonesia yang mengerti hukum dan juga ciri khas bangsa Indonesia, yaitu musyawarah untuk mufakat.
Namun sampai saat ini pihak Rumah Sakit tidak menunjukkan itikad baik untuk bermusyawarah dengan warga. Kami selaku warga sudah mencoba bermusyawarah melalui rapat warga sekitar dan mengatakan secara terus terang, bahwa marilah kita bersama-sama berpikir dengan hati nurani, bagaimana seandainya di sebelah atau depan rumah kita tiba-tiba dibangun sebuah Rumah Sakit.
Namun memutuskan kami akan tetap maju dengan sikap penolakan tersebut. Jika memang visi mereka adalah ada untuk masyarakat, mengapa mereka mengambil lokasi di areal pemukiman sekitar dan akan sulit dicapai oleh masyarakat.
Yang patut diingat adalah bahwa RS ini bukan satu-satunya RS yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan bukan satu-satunya RS yang memiliki program kesehatan masyarakat. Sehingga tidak dapat dijadikan alasan bahwa RS ini berdiri untuk kebutuhan masyarakat karena visi misi serta program pemerintah yang ada. Dengan segala ketidaknyamanan yang timbul saat ini, kami merasa sudah sepantasnya kami bersatu untuk MENOLAK keberadaan Rumah Sakit di areal pemukiman kami.
(citizen report : misbahuddin, ketua forum warga)
Sumber: sulsel.pojoksatu.id