Ohio, Amerika bisa dikatakan sebagai gudangnya teknologi mutakhir dalam bidang medis. Kali ini Amerika menyusul Swedia dengan membuka rumah sakit pertama yang memberikan layanan transplantasi rahim.
Tahun lalu, tim dokter dari University of Gothenburg, Swedia berhasil membantu proses persalinan seorang ibu yang bisa memiliki anak setelah menjalani transplantasi rahim. Ini merupakan yang pertama di dunia.
Hingga saat ini belum ada yang bisa menyaingi Swedia terkait terobosan baru itu. Apalagi negara itu telah berhasil melakukan 9 kali transplantasi rahim. Empat dari pasien cangkok saat ini sedang mengandung, dan lima lainnya sudah melahirkan.
Menyusul Swedia, rumah sakit pertama di Amerika yang memberikan layanan ini adalah Cleveland Clinic, Ohio. Namun untuk saat ini tim dari Cleveland Clinic baru akan memulai tahapan percobaan klinis, yang rencananya akan dimulai beberapa bulan mendatang
Untuk keperluan percobaan, peneliti akan merekrut 10 pasien sekaligus dengan usia berkisar 21-39 tahun. Syaratnya, mereka mengalami apa yang dalam istilah medis disebut dengan ‘uterine factor infertility (UFI), yaitu mereka yang mandul karena terlahir tanpa uterus atau rahim; kehilangan rahim karena suatu alasan; atau memiliki rahim namun tidak dapat berfungsi dengan baik.
“Kalaupun ingin punya anak, mereka hanya punya sedikit pilihan, yaitu menggunakan ibu pengganti dan adopsi. Tapi terkadang kedua cara itu kurang bisa diterima secara personal, kultural ataupun secara legal,” papar Tommaso Falcone dari Cleveland Clinic Women’s Health Institute seperti dikutip dari CBS News, Minggu (15/11/2015).
Organ didapatkan peneliti dari donor yang rata-rata sudah meninggal. Falcone beralasan, ini untuk menghindari adanya komplikasi dari proses transplantasi yang mungkin didapat jika peneliti memutuskan memakai donor yang masih hidup.
Nantinya mereka yang terpilih dalam percobaan ini akan menjalani berbagai pemeriksaan medis, baik fisik maupun psikis. Kemudian sel-sel telur mereka akan diambil, dibuahi, dan embrionya dibekukan sampai kondisi fisik mereka sendiri dianggap siap untuk transplantasi.
Setelah dirasa siap, rahim donor akan ditanamkan di dalam pinggul partisipan, dan butuh pemulihan kurang lebih selama setahun sebelum siap untuk dimasuki embrio. Setelah itu barulah satu per satu embrio dimasukkan ke rahim partisipan sembari menunggu sampai ia benar-benar mengandung. Bayi yang dihasilkan nantinya akan dilahirkan lewat operasi caesar.
Meski begitu, Falcone mengingatkan prosedur ini juga bukan tanpa risiko, sebab partisipan harus mengonsumsi obat anti-penolakan, bahkan selama kehamilan untuk memastikan rahim barunya menyatu dengan tubuh mereka. Belum lagi jika ada komplikasi lain yang pada akhirnya memaksa partisipan untuk menjalani beberapa kali operasi lagi.
Untuk mengurangi risiko lain, ‘pemasangan’ rahim ini hanya bersifat sementara. Setelah pasien sukses melahirkan 1-2 bayi, rahim itu akan diangkat kembali, sehingga pasien bisa berhenti mengonsumsi obat anti-penolakan.
(lll/vit)
Sumber: crystalsweb.com