Jakarta, Kasus MERS CoV dikhawatirkan akan mewabah di Indonesia menyusul kepulangan jemaah haji dari tanah suci. Berbagai persiapan terus dilakukan.
Middle East Respiratory Syndrome Corono Virus (MERS CoV) banyak ditemukan di negara-negara timur tengah, termasuk Arab Saudi. Jelang kepulangan jemaah haji, Rumah Sakit Pusat AD (RSPAD) Gatot Soebroto melakukan sejumlah persiapan untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut.
“Dengan kedatangan jemaah haji kami harus mampu menyiapkan. Berita dari Arab Saudi, kondisi jemaah haji dari berbagai negara sepenjuru dunia serta puluhan dokter dan petugas RS King Abdul Aziz di Arab Saudi tertular MERS,” ujar Kepala RSPAD Brigjen TNI dr. Terawan A.P. Sp.Rad (RI).
Hal tersebut diungkap Terawan usai simulasi penanganan kasus MERS CoV di RSPAD, Jakpus, Selasa (22/9/2015). Dari data yang ada, sampai akhir Agustus 2015 di Arab Saudi ada 1.184 kasus MERS CoV. Di mana sebanyak 509 kasus di antaranya meninggal.
“Artinya angka kematian penyakit ini 43 persen, masih cukup tinggi. Jemaah haji kita yang sakit atau terkena penyakit umum hampir mencapai 40i55 persen. Salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang jemaah dan memiliki virulensi tinggi adalah MERS CoV sehingga sangat berpotensi timbulnya wabah,” jelas Terawan.
“Untuk mengantisipasi kepulangan jemaah dan petugas haji ke tanah air maka diperlukan kesiap-siagaan dari pemerintah RI untuk mempersiapkan upaya penanganan kasus MERS CoV. Kalau tidak dilakukan antisipasi segera, maka ini merupakan ancaman terhadap ketahanan negara. Apalagi kami dari sisi militer harus bisa siap menghadapi,” sambungnya.
Kesiapan yang dilakukan RSPAD sudah dilakukan sejak dini. Mulai dari penyiapan fasilitas kesehatan, SDM, dan bahkan hari ini RSPAD melakukan simulasi sebagai upaya peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor SDM di RSPAD.
RSPAD pun juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti kementerian, dan juga pihak bandara. Komunikasi dengan bandara disebut Terawan selalu dilakukan.
“Kami sangat siap, setiap pasien terduga akan ditangani sesuai dengan skenario. Penanganan seperti tadi, bagaimana cara-cara transportasinya, cara triage, memisahkan di ruang isolasi. Kalau pasien belum ada, kita berdoanya nggak ada,” kata Terawan.
“Kami juga sudah konsultasi dan koordinasi dengan pihak bandara supaya tidak ada yang terdadak, dari kemarin dilakukan dan akan terus dilakukan. Tentunya RSPAD tidak bisa bekerja sendiri, selalu koordinasi dengan kementerian lain dikoordinasi oleh Komisi Nasional Penanggulangan Zoonosis,” imbuhnya.
Fasilitas kesehatan untuk pasien terduga atau positif MERS pun sudah disiapkan. Termasuk SDM di RSPAD. Bahkan pihak RS sudah menyiapkan 4 ruang ICU khusus di bagian gedung penyakit paru. RSPaD pun juga memiliki ambulance semi ICU yang memiliki peralatan lengkap di dalamnya.
“Untuk bagian paru kita punya 4 kamar isolasi tekanan negatif untuk emergency. Kalau yang tidak emergency kita bisa buka kamar gedung isolasi paru, bisa kita tingkatkan sampai 50 yang sudah terisolasi. Kalau jumlahnya ratusan kami sudah siapkan Paviliun Amino, di seberang sungai, itu bisa menampung ratusan,” terang Terawan.
Lalu bagaimana masalah biaya bagi calon pasien MERS ini?
“Namanya bencana tidak mikir uang di sini. Kita lakukan upaya terhadap pasien agar MERS tidak mewabah. Ini urusan nasional, menyelamatkan bangsa ini dari bencana. Apalagi kami dari militer, harus siap,” tegas Terawan mengakhiri. (elz)
Sumber: analisadaily.com