manajemenrumahsakit.net :: Surabaya – PT Nusantara Medika Utama yang memiliki 3 rumah sakit dan 13 Klinik Pratama dan 1 Klinik Utama di Jawa Timur mengeluhkan sistem paket pelayanan yang dikenal dengan INA CBGs yang dibatasi pemerintah dengan bayaran sangat murah. Akibatnya, rumah sakit swasta dan klinik swasta kebingungan mengelola minimnya uang kesehatan yang ditanggung pemerintah sebagai lembaga pembayar untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Menurut Dr dr Ibnu Gunawan MM, Direktur Utama PT Nusantara Medika Utama, biaya untuk paket pelayanan kesehatan yang diberikan terlalu murah karena menggunakan standar rumah sakit umum pemerintah. Namun standar itu tak bisa digunakan untuk rumah sakit swasta, sebab di rumah sakit pemerintah biaya gaji dokter dan tenaga medis lainnya hingga peralatan ditanggung pemerintah sedangkan di rumah sakit swasta semua include dalam manajemen rumah sakit.
“Kami ingin biaya paketan INA CBGs direvisi menjadi lebih masuk akal untuk RS swasta. Dan saat menetapannya kami minta diikutkan, karena selama ini hanya RS pemerintah saja yang menjadi bahan pertimbangannya. Ini jelas akan mematikan kami,” ujar Ibnu.
Dikatakan, saat ini demi menyiasati murahnya biaya paketan yang ditanggung BPJS, pihaknya harus melakukan penghematan di berbagai sektor. Termasuk pemberian obat oleh RS atau klinik kepada pasien BPJS dibatasi.
“Bayangkan saja untuk pasien BPJS yang rawat jalan, biaya pemeriksaan dokternya dibayar dengan harga Rp 8 ribu untuk dokter umum dan Rp 2 ribu untuk dokter gigi. Sedangkan di klinik pratama milik kami di Surabaya satu kali kunjungan kami membebani Rp 25 ribu untuk pasien umum,” ujarnya.
Namun Ibnu tak bisa memutuskan untuk tak lagi menerima pasien pemegang BPJS mengingat sebagai anak perusahaan milik PTPN X yang notabene-nya perusahan milik negara, dirinya harus tetap melayani pasien pemegang BPJS.
“Kami hanya ingin memberikan pelayanan yang maksimal ke semua pasien kami, tanpa membedakan pemegang BPJS kesehatan atau umum. Tetapi sering kali kami berbenturan dengan tim dokter yang mengeluhkan upah mereka yang sangat murah di BPJS. Akhirnya saat ini, pasien kami bertambah banyak karena BPJS kesehatan, tetapi sedikit dokter yang mau menangani pasien BPJS,” tandasnya.