| Edisi Minggu ke 1: Selasa 7 Januari 2020
15 Tahun Pasca Tsunami: Pengembangan Sistem Rujukan untuk Pemerataan Akses Pelayanan Kesehatan Meskipun bencana Tsunami sudah berlalu (15 tahun yang lalu), namun masih lekat dalam ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia, bagaimana bencana dahsyat tersebut memporakporandakan wilayah Aceh dan sekitarnya. Pemerintah menetapkan tiga fase mitigasi bencana, yaitu fase tanggap darurat (sampai dengan Desember 2005), fase rehabilitasi sarana dan prasarana (Desember 2005 sampai dengan Desember 2006) dan fase rekonstruksi (selama 10 – 12 tahun). Bantuan datang dari dalam dan luar negeri, umumnya untuk membantu pada fase tanggap darurat. Dana yang digunakan pada fase ini dan fase rehabilitasi diperkirakan masing – masing sebesar 1,35 Trilyun rupiah. Tahap rekonstruksi diperkirakan menghabiskan dana sebesar 10 Trilyun rupiah. Kesiapan Rumah Sakit Menghadapi Banjir dan Dampak Banjir Terhadap Kesehatan
Di tengah maraknya perayaan tahun baru di seluruh pelosok dunia, Indonesia kembali menghadapi bencana melalui peristiwa banjir yang terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta, hanya beberapa jam setelah pergantian tahun pada 2019 – 2020. Rabu lalu, tepatnya 1 Januari 2020 banjir terjadi di sejumlah wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, mengubah semarak kegembiraan perayaan tahun baru menjadi kesedihan dan kecemasan di hati para penduduk ibukota. Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia, khususnya ibukota Jakarta ketika curah hujan yang turun cukup tinggi. Dampak banjir dirasakan penduduk Jakarta mulai dari kerugian ekonomi, sulitnya mencari makanan dan air bersih, hingga ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh banjir. Pengetahuan dan Tindakan untuk Kesetaraan Kesehatan
Menghubungkan pengetahuan dengan tindakan untuk kesetaraan kesehatan melibatkan intervensi yang dapat mendistribusikan kembali kekuasaan dan sumber daya di tingkat lokal, nasional, dan global. Meskipun ada banyak bukti kuat tentang sifat, distribusi, dan dampak ketidakadilan kesehatan, memajukan keadilan kesehatan dihambat oleh karena kebijakan yang dibentuk dari warisan kolonial dan ideologi neoliberal. Kemajuan yang efektif menuju keadilan kesehatan membutuhkan perhatian pada bukti yang dapat mendorong jenis restrukturisasi sosial -politik yang diperlukan untuk mengatasi akar penyebab ketidakadilan kesehatan. Sebuah artikel menyajikan sintesis dari interpretasi kritis praktik yang menjanjikan dari knowledge with action (KWA) untuk kesetaraan kesehatan. Artikel ini ditulis oleh Katrina M. Plamondon, C. Susana Caxaj, Ian D. Graham & Joan L. Bottorff yang dipublikasikan di International Journal in Equity for Health pada Desember 2019. Webinar Using Information and Communication Technology Based on Webinar January 14 and 21, 2020 As health equity community are bigger, health equity fellows need a platform to build strong community. Using information technology can support community activities to share fellows’ experiences, achievements, advocacy, and to bound fellows. In this digital era, the latest knowledge are available through websites and other platforms in actively and communicatively. This knowledge sharing is conducted by interactive system and able to trigger communication amoung people. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Tantangan Bagi Akuntan Rumah Sakit di Era 4.0 |
|
Bagaimana Mendesain Ulang Website Rumah Sakit bagi Pasien Lansia sebagai Bentuk Implementasi e – Health? |
|
|
Kekuatan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan | ||
Edisi Minggu ke 54: Selasa 31 Desember 2019
| Edisi Minggu ke 54: Selasa 31 Desember 2019
Tantangan Bagi Akuntan Rumah Sakit di Era 4.0
Akuntansi rumah sakit merupakan salah satu urat nadi bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, terutama setelah masuknya era JKN pada 2014. Rumah sakit dituntut untuk mampu mengembangkan diri meningkatkan kualitas data keuangan dan akuntansinya untuk mendukung berbagai keputusan manajemen serta mendorong efisiesi operasionalnya. Seiring berjalannya waktu, industri 4.0 mulai didengungkan, dan mulai akan masuk ke industri rumah sakit. Bagaimana Mendesain Ulang Website Rumah Sakit bagi Pasien Lansia sebagai Bentuk Implementasi e – Health?
Sumber: https://www.mayoclinic.org/ Website rumah sakit seringkali dikembangkan tanpa mempertimbangkan aspek kolaborasi dengan pasien. Preferensi dan kemampuan pasien sebagai pengguna layanan rumah sakit adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan website. Sebuah artikel dari European Journal of Cancer Care yang dipublikasikan pada 2019 ini menceritakan bagaimana melakukan optimalisasi website rumah sakit dengan kolaborasi dari pasien lansia. Pasien yang dilibatkan adalah pasien lansia dengan kanker kolorektal. Pasien lansia memiliki tantangan tersendiri yaitu menurunnya fungsi kognitif dan sensorik, misalnya penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam mengembangkan website yang lebih mudah diakses. Kekuatan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan
Power atau kekuasaan bukanlah konsep yang sangat populer dalam pelayanan kesehatan karena prinsip ini tidak dipegang petugas medis dalam melayani kesehatan pasien. Namun, organisasi pelayanan kesehatan, seperti organisasi lain, adalah sistem kekuasaan. Organisasi adalah sistem kompleks yang terdiri dari individu – individu yang berkoalisi, dimana di dalamnya masing – masing orang memiliki ketertarikan, kepercayaan, nilai, preferensi, dan sudut pandang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bagaimanapun level jabatan menetukan kuasa yang mereka miliki terhadap organisasi tersebut. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Ponsel Sebagai Alat Pemicu Patogen Potensial Di Rumah Sakit | ||
Edisi Minggu ke 53: Selasa 24 Desember 2019
| Edisi Minggu ke 53: Selasa 24 Desember 2019
Ponsel Sebagai Alat Pemicu Patogen Potensial Di Rumah Sakit
Ponsel cerdas yang digunakan dalam pengaturan klinis mengandung bakteri yang berpotensi patogen, dan ini dapat menimbulkan risiko infeksi. Penelitian sebelumnya telah mengandalkan metode berbasis kultur. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi jumlah dan keragaman kontaminasi mikroba pada ponsel pintar staf rumah sakit menggunakan metode yang bergantung pada kultur dan kultur – independen; untuk menentukan prevalensi patogen potensial yang kebal antibiotik; untuk membandingkan komunitas mikroba staf rumah sakit dan telepon kelompok kontrol. Hasilnya, hampir semua (99,2%) ponsel pintar staf rumah sakit terkontaminasi dengan patogen potensial, dan unit pembentuk koloni bakteri (colony forming units/ CFUs) secara signifikan lebih tinggi pada telepon rumah sakit daripada pada kelompok kontrol. Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan terhadap metisilin dan Enterococcus yang resisten vankomisin hanya terdeteksi pada ponsel rumah sakit. Metabarcoding mengungkapkan banyaknya kontaminan Gram – negatif yang jauh lebih besar, dan keanekaragaman yang jauh lebih besar, daripada metode berbasis kultur. Bacillus spp secara signifikan lebih berlimpah di kelompok rumah sakit. Penelitian ini memperkuat kebutuhan untuk mempertimbangkan kebijakan pengendalian infeksi untuk mengurangi risiko potensial yang terkait dengan peningkatan penggunaan ponsel cerdas di lingkungan klinis, dan menyoroti keterbatasan metode berbasis budaya untuk swabbing lingkungan. Artikel ini dimuat dalam Journal of Hospital Infection pada 2019. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Reportase Webinar Scaling up Health Equity and Innovative Solution for UHC in South East Asia |
|
Medical Tourism : Angin Segar Dunia Kesehatan dan Pariwisata Indonesia |
Edisi Minggu ke 52: Selasa 17 Desember 2019
| Edisi Minggu ke 52: Selasa 17 Desember 2019
Reportase Webinar Scaling up Health Equity and Innovative Solution for UHC in South East Asia Community of Practice for Health Equity 12 Desember 2019
Webinar masyarakat praktisi health equity kali ini membahas isu ketidaksetaraan kesehatan dalam implementasi Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia dan Filipina, dimoderatori oleh Senior Equity Initiative Fellow, dr. Tiara Marthias, MPH. Sebagai narasumber dari Indonesia, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD membahas seputar kondisi UHC di Indonesia. Beberapa isu yang saat ini dihadapi oleh Indonesia antara lain defisit dan kesetaraan, fragmentasi sistem kesehatan dan kualitas layanan kesehatan. Defisit diakibatkan sebagian besar oleh kelas menengah dan terdapat perbedaan signifikan antar wilayah geografis dalam hal kualitas layanan. Alokasi pembelanjaan negara untuk kesehatan hanya 5% termasuk untuk orang tidak mampu , sementara lapangan kerja untuk kesehatan sangatlah terbatas, tidak cukup menampung tenaga kesehatan yang baru lulus di setiap tahunnya. GDP Indonesia selalu naik, tetapi pembelanjaan untuk kesehatan tidak meningkat. Di sisi lain, selama beberapa tahun terakhir Indonesia mencapai perbaikan taraf kesehatan seperti meningkatnya angka harapan hidup. Diharapkan, UHC di Indonesia hadir untuk kesetaraan bagi semua dalam akses layanan kesehatan. Medical Tourism : Angin Segar Dunia Kesehatan dan Pariwisata Indonesia
Pada Sabtu (14/12/2019), Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah secara resmi meluncurkan provinsi NTB sebagai destinasi wisata medis (medical tourism). Gubernur percaya bahwa keindahan wisata yang ditawarkan NTB ditambah dengan keunggulan layanan kesehatan akan menarik banyak wisatawan untuk melakukan wisata medis ke provinsi yang dipimpinnya. Keunggulan utama yang ditawarkan adalah dalam bidang radioterapi karena saat ini RSUD NTB telah dilengkapi CT Scan Simulator yang belum pernah dimiliki oleh rumah sakit lain di Indonesia. Selain itu peralatan radioterapi yang ada telah diperbaharui mengikuti versi terbaru yang ada di pasaran. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Dampak ICD-10 dan Peraturan Sistem Pengkodean Lain Terhadap Produktivitas Pekerja Medis: Sebuah Observasi Terhadap Situasi Pelayanan Kesehatan di Amerika |
|
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Rumah Sakit |
Edisi Minggu ke 50: Selasa 10 Desember 2019
| Edisi Minggu ke 50: Selasa 10 Desember 2019
Dampak ICD-10 dan Peraturan Sistem Pengkodean Lain Terhadap Produktivitas Pekerja Medis: Sebuah Observasi Terhadap Situasi Pelayanan Kesehatan di Amerika
Industri pelayanan kesehatan diatur oleh banyak peraturan, dengan alasan yang baik, karena jutaan jiwa dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di seluruh pelosok negeri. Namun, mungkinkah industri medis dapat terlalu banyak diatur? Bagaimana dengan meningkatnya tekanan peraturan baru, proses baru, dan peraturan yang semakin ketat berdampak pada jutaan profesional kesehatan yang membentuk tenaga medis? Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Rumah Sakit
KPBU dalam penyediaan infrastruktur diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (“Perpres 38/2015”) dan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (“Permen PPN 4/2015”). Penyediaan infrastruktur didefinisikan sebagai kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur (“Penyediaan Infrastruktur”). Webinar Scaling up Health Equity and Innovative Solution for UHC in South East Asia Community of Practice for Health Equity December 12, 2019 WHO has clearly stated that universal health coverage (UHC) is not only a health-oriented goal, but also a step to tackle inequity. SDG agenda for 2030 pledging that no one will be left behind and that every human being will have the opportunity to fulfil their potential in dignity and equality. UHC is recognized as a unifying platform for making progress on SDG 3 for health and the aspiration that all people can obtain the health services without suffering financial hardship. It cover promotion, prevention, treatment, rehabilitation and palliative care. In fact, there are contrast findings in the field, where some studies in many countries have shown that the increasing of access and coverage to health care after the introduction of UHC has shown a disparity of health facility access in different socioeconomic group. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Analisa SWOT Dalam Pengembangan Rencana Strategis RS |
|
Ketidaksetaraan Tenaga Kesehatan untuk Pencegahan Penyakit di Cina |
Edisi Minggu ke 49: Selasa 3 Desember 2019
| Edisi Minggu ke 49: Selasa 3 Desember 2019
Analisa SWOT Dalam Pengembangan Rencana Strategis RS
Rencana strategis (Renstra) sebagaimana yang diatur dalam UU No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencanan Pembangunan Daerah merupakah salah satu dokumen perencanaan yang harus disusun oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Renstra Rumah Sakit adalah dokumen perencanaan untuk periode waktu tertentu dan merupakan upaya terencana untuk pemberdayaan dan peningkatan kapasitas serta potensi yang dimiliki rumah sakit dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan. Upaya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan ini untuk selanjutnya akan dilakukan melalui serangkaian pelaksanaan program dan kegiatan yang mengarah kepada kepuasan pelanggan. Ketidaksetaraan Tenaga Kesehatan untuk Pencegahan Penyakit di Cina
Tenaga kesehatan masyarakat merupakan salah satu komponen dari sistem kesehatan di suatu negara. Akibat adanya masalah seperti terorisme, munculnya penyakit baru menyebabkan banyak negara memperkuat sistem kesehatannya, dimana salah satu investasi terbesar ada di penguatan sumber daya manusia. Contoh pada kasus berjangkitnya Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS) di Cina pada 2003, membuat tenaga kesehatan masyarakat di negara tersebut terus berkembang. Namun terjadi masalah distribusi yang menyebabkan ketidaksetaraan antar wilayah. Sebuah artikel mengidentifikasi akar masalah ketidaksetaraan tenaga kerja kesehatan masyarakat di Cina. Artikel ini ditulis oleh Weiqin Cai, Chengyue Li, Mei Sun serta Mo Hao dan dipublikasikan di International Journal for Equity in Health pada November 2019. Webinar Scaling up Health Equity and Innovative Solution for UHC in South East Asia Community of Practice for Health Equity December 12, 2019 WHO has clearly stated that universal health coverage (UHC) is not only a health-oriented goal, but also a step to tackle inequity. SDG agenda for 2030 pledging that no one will be left behind and that every human being will have the opportunity to fulfil their potential in dignity and equality. UHC is recognized as a unifying platform for making progress on SDG 3 for health and the aspiration that all people can obtain the health services without suffering financial hardship. It cover promotion, prevention, treatment, rehabilitation and palliative care. In fact, there are contrast findings in the field, where some studies in many countries have shown that the increasing of access and coverage to health care after the introduction of UHC has shown a disparity of health facility access in different socioeconomic group. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Reportase Webinar Inovasi Kesehatan Digital, Tantangan dan Peluangnya untuk Ekuiti Kesehatan di Indonesia |
|
Akuntansi Biaya Rumah Sakit |
Edisi Minggu ke 48: Selasa 26 November 2019
| Edisi Minggu ke 48: Selasa 26 November 2019
Reportase Webinar Inovasi Kesehatan Digital, Tantangan dan Peluangnya untuk Ekuiti Kesehatan di Indonesia Diawali oleh dr. Gregorius Bismantoro yang membawakan materi dengan judul Health Technology for Health Equity in IR 4.0 Era. Memiliki pengalaman 15 tahun di dunia digital health, saat ini dr. Bismantoro sedang mengelola aplikasi ProSehat yang menyediakan berbagai jenis layanan mulai dari supply chain ke klinik, on – demand healthcare sampai ke pasien, chatbot yang aktif untuk informasi, doctor chat, dan layanan kunjungan dokter. Bismantoro menjelaskan bahwa kesetaraan kesehatan adalah memberikan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang, yang mana digital health bisa memudahkan proses tersebut. Akuntansi Biaya Rumah Sakit
Rumah sakit dalam menjalankan kegiatan operasional dan investasi tidak terlepas dari biaya. Berbagai macam pelayanan di rumah sakit menimbulkan biaya. Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Pentingkah Pengukuran Performa Kerja Staf Rumah Sakit? | ||
Edisi Minggu ke 47: Selasa 19 November 2019
| Edisi Minggu ke 47: Selasa 19 November 2019
Pentingkah Pengukuran Performa Kerja Staf Rumah Sakit?
Performa atau kualitas dari rumah sakit dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah performa kerja dari tenaga medis dan staf yang ada. Hal ini menyebabkan pengukuran performa kerja staf dan tenaga medis penting untuk mencapai level performa rumah sakit yang lebih baik. Manajer dalam hal ini dapat mengukur performa pekerja di rumah sakit dengan mengembangkan sebuah sistem yang mengukur kuantitas dan kualitas pekerjaan seseorang sesuai dengan jabatan dan deskripsi pekerjaan jabatan tersebut. Webinar Inovasi Kesehatan Digital, Tantangan dan Peluangnya untuk Ekuiti Kesehatan di Indonesia Community of Practice for Health Equity November 21, 2019 Menggunakan informasi dan teknologi untuk meningkatkan derajat kesehatan saat ini sudah menjadi tren yang telah diterapkan di seluruh dunia. Banyak penelitian telah menunjukkan peluang baru di sektor kesehatan digital di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada peningkatan aksesibilitas layanan kesehatan kepada orang miskin, membangun informasi kesehatan yang lebih baik, dan menyediakan cara-cara baru untuk membuat sistem kesehatan lebih akuntabel. Dengan bukti yang menjanjikan, tentunya berimplikasi pada kebutuhan investasi di masa mendatang. Indonesia telah berjuang untuk menyelesaikan ketidakadilan dalam masalah kesehatan, misalnya keberadaan anak stunting karena kurangnya aksesibilitas kesehatan bagi para ibu. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Acuan dalam Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik |
|
Reportase International Hospital Federation World Congress 2019 |
Edisi Minggu ke 46: Selasa 12 November 2019
| Edisi Minggu ke 46: Selasa 12 November 2019
Webinar Inovasi Kesehatan Digital, Tantangan dan Peluangnya untuk Ekuiti Kesehatan di Indonesia Community of Practice for Health Equity November 21, 2019 Menggunakan informasi dan teknologi untuk meningkatkan derajat kesehatan saat ini sudah menjadi tren yang telah diterapkan di seluruh dunia. Banyak penelitian telah menunjukkan peluang baru di sektor kesehatan digital di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada peningkatan aksesibilitas layanan kesehatan kepada orang miskin, membangun informasi kesehatan yang lebih baik, dan menyediakan cara-cara baru untuk membuat sistem kesehatan lebih akuntabel. Dengan bukti yang menjanjikan, tentunya berimplikasi pada kebutuhan investasi di masa mendatang. Indonesia telah berjuang untuk menyelesaikan ketidakadilan dalam masalah kesehatan, misalnya keberadaan anak stunting karena kurangnya aksesibilitas kesehatan bagi para ibu. Acuan dalam Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik
Pada era digital seperti saat ini, penggunaan teknologi dalam sistem rumah sakit tidak dapat dihindarkan lagi. Pengelolaan rekam medis yang lebih modern, maju, mudah, efisien dan efektif semenjak sistem informasi kesehatan telah didukung oleh teknologi maju yang ada. Sedikit demi sedikit rumah sakit di Indonesia beralih menggunakan Rekam Medis Elektronik dan meninggalkan rekam medik yang berbentuk kertas. Selain lebih efisien dan efektif, tentunya kelemahan yang ada di rekam medis kertas terdahulu seperti tulisan yang sulit terbaca dan lain – lain dapat dihindari sehingga mutu pelayanan menjadi lebih baik. Reportase International Hospital Federation World Congress 2019
Kegiatan hari pertama International Hospital Federation World Congress pada 6 November 2019 di Oman utamanya mencakup aktivitas pra kongres dan opening ceremony oleh Kementerian Kesehatan Kesultanan Oman. Kegiatan pra kongres terbagi ke dalam dua sesi paralel, yaitu workshop on unlocking hospital transformative potential for primary health care (PHC) and universal health coverage (UHC), serta workshop on economics for healthcare leaders. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
10 Teknologi Terdepan di Dunia Kesehatan 2019 |
|
Reportase Webinar Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Kesehatan di Indonesia, Thailand, dan Afrika Selatan |
Edisi Minggu ke 45: Selasa 5 November 2019
| Edisi Minggu ke 45: Selasa 5 November 2019
10 Teknologi Terdepan di Dunia Kesehatan 2019
Tahun 2019 akan segera berakhir dalam beberapa minggu. Berada pada era digital saat ini tentunya membuat peranan teknologi menjadi besar untuk digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia kesehatan menjadi salah satu tempat dimana teknologi – teknologi baru dikembangkan dan banyak diterapkan, terutama untuk kepentingan diagnosa penyakit dan juga penanganan atau penyembuhan penyakit. Berikut adalah 10 teknologi yang dikembangkan hingga 2019 dan mendapat perhatian terbanyak dari dunia. Reportase Webinar Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Kesehatan di Indonesia, Thailand, dan Afrika Selatan Dok. PKMK – (kiri) Piya Hanvoravongchai (Program Director, The Equity Initiative) dan (kanan) Prof. Laksono Trisnantoro (PKMK UGM) pada webinar terkait kesetaraan kesehatan pada Kamis (24/10/2019) di UGM. Kesetaraan kesehatan melibatkan upaya bersama dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan bagi semua orang dan mengurangi ketidakadilan kesehatan. Kesetaraan kesehatan harus dicapai oleh setiap negara. Meskipun demikian, setiap negara masih menghadapi berbagai tantangan terkait akses pelayanan kesehatan dan proteksi finansial. Webinar kali ini membahas tantangan mewujudkan kesetaraan kesehatan di Thailand, Afrika Selatan, dan Indonesia. Kesetaraan kesehatan di Thailand menunjukkan bahwa Thailand memulai proteksi jaminan sosial pada 1970 untuk rakyat miskin, pegawai pemerintah, dan sektor formal dengan tantangan adverse selection pembiayaan, cakupan yang rendah dari sektor informal. Hal tersebut bukan hanya menjadi tantangan teknis, melainkan juga sangat politis. Pada 2002, Thailand menerapkan universal health coverage (UHC) yang terkenal dengan program asuransi kesehatan “30 Baht” dengan cakupan 92.4% dari total penduduk. Akhirnya pada 2008, cakupan UHC di negara tersebut mencapai 99%. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Pembangunan Kesehatan Dalam Draft Rancangan RPJMN 2020 – 2024 |
|
Penerapan Akuntansi untuk Rumah Sakit Swasta Perorangan |






























