Pada Rabu (14/6/2023) pada sesi pertama, telah diselenggarakan kegiatan pertemuan sosialisasi pembentukan unit pemeliharaan alat kesehatan/Regional Maintenance Center (RMC). Sesi pertama kegiatan ini diisi oleh Ir. Rakhmat Nugroho, MBAT, Hadi Tri Karyanto, SKM, dr Aswan Usman M.Kes. Sesi dipandu oleh Indra Komala, R.N., MPH selaku moderator.
Pentingnya Pembentukan Regional Maintenance Center (RMC) di wilayah kerja dinas kesehatan
Aswan Usman M.Kes.
dok. PKMK FK-KMK UGM
Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan R.I., dr. Aswan Usman M.Kes menyampaikan pentingnya pembentukan Regional Maintenance Center (RMC) di wilayah kerja dinas kesehatan. Per Juni 2023 telah terbentuk 73 RMC, dan diharapkan dapat segera terbentuk di wilayah-wilayah lain yang belum tersedia, karena mengingat besarnya manfaat tersedianya RMC.
Setelah dr. Aswan Usman M.Kes membuka acara dan sambutan, dilanjutkan pemaparan materi tentang pembentukan dan prospek pengembangan serta penguatan RMC. Diperlukannya alat penunjang dalam skrining diagnostik penyakit di puskesmas; perlu dipantau pastikan ketersediaan dan kondisi alat. Kondisi alat kesehatan di fasyankes per Mei 2023 di rumah sakit sebesar 253.5000 buah, 59% dalam kondisi baik, dan tidak dioperasikan, 24% rusak. Di puskesmas lebih besar lagi, 17.5% tidak berfungsi atau rusak. Di RS lebih rendah dr puskesmas krn tersedianya unit IPSRS (instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit). Itu sebabnya perlu di puskesmas yang bertanggung jawab untuk meminimalkan tingkat kerusakan. Manfaat RMC, mencegah kejadian yg tidak diinginkan karena tidak tersedianya fasilitas, efisiensi SDM khusus teknisi, mengawal perolehan alat kesehatan baik dr Kemkes agar sesuai tujuan teknisnya.
Dari kesimpulan materi yang dipaparkan bisa disimpulkan dengan adanya RMC di daerah akan terjadi optimalisasi tenaga teknis pemeliharaan alat kesehatan dlm lingkup provinsi, kabupaten dan kota yang terorganisir secara regional juga memberi efisiensi anggaran dan terbangunnya pusat dan daerah.
Ir Rakhmat Nugroho, MBAT (Pengenalan RMC)
dok. PKMK FK-KMK UGM
Beberapa permasalahan pemeliharaan alat kesehatan di fasyankes primer (khususnya puskesmas) dikarenakan terbatasnya pemeliharaan alat kesehatan, paradigma lebih mudah membeli alat baru dibandingkan melakukan pemeliharaan, paradigma pemeliharaan adalah pengeluaran atau belanja anggaran, banyaknya jumlah puskesmas hingga di DTPK Kurangnya pengetahuan operator menggunakan alat kesehatan yang baik dan benar.
Potensi kerugian, jika alat kesehatan tidak terpelihara dengan baik: penurunan kualitas alat, usia alat tidak optimal, terganggunya pelayanan kesehatan, banyak energi yang terpakai, meningkatkan biaya pemeliharaan, lingkungan kerja buruk, meningkatnya belanja alat, terganggunya pelayanan kesehatan.
Regional maintenance center (RMC) adalah suatu unit kerja yang merupakan unsur pelaksana di Dinas Kesehatan yang bertugas melaksanakan perawatan dan pemeliharaan alat kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dapat dibentuk secara regional. Tugas dan fungsi RMC diantaranya inventarisasi/perencanaan, penerimaan/pelatihan pengawasan, pemeliharaan preventif atau korektif, pengujian dan kalibrasi (quality control), penghapusan.
Contoh beberapa optimalisasi tenaga ATEM di beberapa daerah, seperti Kota Bima memiliki tujuh puskesmas dengan kebutuhan teknisi 2 orang. Sedangkan di Kabupaten Malang memiliki 39 puskesmas dengan kebutuhan teknisi 3 orang. Dari segi efisiensi anggaran alat kesehatan pasca RMC di Kabupaten Malang di 2018 bisa menghemat 65,8% anggaran.
Menurut Ir Rakhmat Nugroho, MBAT memulai RMC diantaranya siapkan SDM yang memenuhi syarat khusus untuk Papua karena situasi mendesak silahkan membuka RMC dengan menggunakan tenaga teknis yang tersedia dan tidak perlu khawatir dengan syarat tenaga elektromedis. Bahkan dibuka peluang atau dipermudah untuk menggunakan mahasiswa APTEMI sebagai tenaga magang. Prinsipnya tidak perlu menunggu hingga memiliki tenaga elektromedis. Pemilihan bentuk RM; UPTD, menambah tusi pada UPTD, Unit fungsional di bawah salah satu bidang.
Hadi Tri Karyanto, SKM menceritakan pendirian Regional Maintenance Center (RMC) Kabupaten Manokwari pada tahun 2020 dan diberikan mandat pada Oktober 2021. RMC di Kabupaten Manokwari berada dalam naungan Yankes, secara teknis berada di SDK. Hadi menyatakan beberapa kendala dalam menjalankan RMC diantaranya belum memiliki wewenang untuk kalibrasi alat kesehatan, dalam belum mencukupi untuk belanja alat utama dan penunjang serta support dari pimpinan masih kurang.
Pada sesi ketiga kegiatan ini diisi oleh Rizky Pelawi, SE., MBA, Yuyun Widyaningsih, S.Kp., MKM dan Ir. Andy Sambiono M.Kes (APTEMI) Sesi dipandu oleh Fajrul Fallah, MPH selaku moderator.
Business Model Canvas (BMC) sebagai Alat penguatan dan Pengembangan Regional Maintenance Center (RMC)
Rizky Pelawi, SE., MBA
dok. PKMK FK-KMK UGM
Rizky Pelawi, SE., MBA menyampaikan model kanvas merupakan strategi manajemen untuk mengembangkan model bisnis secara holistik dalam rangka menciptakan dan memberikan nilai. Konsep model kanvas ada 9 elemen: siapa pelanggan, bagaimana kebutuhan sumberdaya, mitranya siapa saja, apa yang ingin yang dicapai pelanggan, harapan konsumen, kenyamanan konsumen dari 9 ini bisa melihat kebutuhan anggaran.
Menurut Daud Limbong segmen pelanggan untuk RMC adalah puskesmas, dokter praktek mandiri, bidan praktek mandiri bila perlu RS swasta. Namun menurut Rizky Pelawi, SE., MBA ada beberapa kendala yang mendasar, rendahnya tingkat pemeliharaan alat kesehatan di Indonesia diantaranya terbatasnya tenaga teknis alat kesehatan (ATEM), biaya pemeliharaan yang tinggi, waktu tunggu lebih lama, tidak tersedianya suku cadang.
Segmen pelanggan RMC unit fungsional adalah puskesmas terdiri dari jasa perawatan, reparasi, dan kalibrasi internal kesehatan. Jasa pemeriksaan rutin dan besar alat kesehatan, serta ketersediaan suku cadang dan komponen alat kesehatan. Tersedianya RMC menjadi alat utk menyelesaikan masalah puskesmas dan tentu berdampak pengurangan biaya karena adanya usaha menurunkan risiko alat rusak, dan menjaga alat tetap prima.
Pengembangan RMC melalui Penguatan SDM: Beasiswa Pendidikan Tinggi Tenaga Kesehatan (Pandinakes)
Yuyun Widaningsih, S.kp., MKM
Pada pembahasan topik kedua, Yuyun Widaningsih, S.Kp., MKM menyebutkan bahwa Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia. Salah satunya adalah transformasi SDM kesehatan di dalam terdapat penambahan kuota mahasiswa, beasiswa dalam luar negeri, kemudian penyetaraan nakes lulusan luar negri.
Program unggulan transformasi SDM kesehatan Indonesia berfokus pada penyedia afirmasi calon dokter dan calon dokter gigi serta calon tenaga kesehatan (PANDINAKES). Salah satu pendayagunaan SDM adalah pengabdian tenaga kesehatan yang dibiayai pendidikannya sesuai lokus rekomendasi Kemenkes dan rekrutmen CASN (PNS/PPPK) pada instansi (puskesmas, RS, Labkes) sesuai rekomendasi Kemenkes. Di dalam peningkatan SDM kesehatan Indonesia dapat meningkatkan pelatihan kesehatan dalam rangka peningkatan, pemanfaatan kompetensi, melakukan transfer ilmu dan teknologi diaspora dengan nakes puskesmas dan RS pemerintah.
SDM kesehatan dengan jumlah cukup dan merata seluruh Indonesia. 38 Poltekkes kementerian tersebar di 33 Provinsi dengan 24 rumpun keilmuan kesehatan di 507 Program studi salah satunya Teknik Elektromedis. Selama 2016, terdapat 3.833 lulusan elektromedis dari 19 perguruan tinggi. Mayoritas berada di pulau Jawa, untuk wilayah Timur dirasakan sangat kurang. Pada tanggal 2 Juni 2023 terdapat 6650 STR aktif elektromedik. Berdasarkan analisis beban kerja 2.545 tenaga elektromedis dibutuhkan.
PKS Dinas Kesehatan dan PT Elektromedis (PKL)
Ir. Andy Sambiono, M.Kes (APTEMI)
dok. PKMK FK-KMK UGM
Penerimaan mahasiswa ATEM memang dibatasi sedikit, kita punya 3 strata (Diploma tiga, sarjana terapan dan alih jenjang). Alih jenjang sekarang disebut RPL (rekognisi pembelajaran lampau) biasanya utusan daerah, RPL belum menemukan utusan daerah dari wilayah Papua. Regional Maintenance Center (RMC) sangat banyak dibutuhkan tenaga ATEM, kebetulan saya menentukan jumlah. Jumlah dari tenaga ATEM di Poltekkes Jakarta dua, saya batasi karena ingin melihat kualitas bukannya jumlah banyak orang. Atas desakan kebutuhan saya menerima 52 mahasiswa ini khusu di Poltekkes Jakarta dua. Terdapat tiga perguruan tinggi negeri ATEM yang pertama Poltekkes Jakarta dua, Poltekkes Surabaya dan Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) milik Dikti. Untuk perguruan tinggi swasta banyak. Lulusan ATEM mayoritas bekerja di perusahaan dan diluar negeri. Kami siap membantu RMC dalam kebutuhan RMC ini.
Setelah sesi materi dilakukan pembacaan hasil kuesioner dan rencana tindak lanjut di pandu oleh Ir Rakhmat Nugroho, MBAT. mengatakan Dinas Kesehatan berkomitmen dalam membuat RMC. Kemudian untuk Sumber Daya Manusia tidak hanya ATEM, tapi teknisi apa saja yang mempunyai passion dan dapat dilatih agar berkualifikasi dan siap menjalankan RMC.
Hasil rencana tindak lanjut, dari 16 Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota yang belum memiliki RMC membuat komitmen bersama untuk menginisiasi RMC. Terdapat tujuh Kabupaten/Kota yang potensial untuk membuat RMC, tujuh Kabupaten/Kota yang potensial tersebut adalah Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kota Mimika, Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Barat Daya, Provinsi Papua Pegunungan
Asmoro Prajoko, STr.T membacakan syarat DAK fisik untuk RMC, memiliki SK, lahan ada analisa kebutuhan, surat pernyataan tidak mengalihkan fungsi bangunan, melampirkan analisa komponen RAB, lahan tidak bermasalah dibuktikan dengan surat keterangan, surat pernyataan dari Kadinkes utk bertanggung jawab soal pendanaan, surat analisa renovasi dari PU yang menyatakan tingkat renovasi rendah, menengah atau berat.
Reportase:
Indra Komala RN