JAKARTA—Pasangan muda Eliyas Setya Nugroho (20) dan Lisa Darawati (20) tengah dirundung duka. Keduanya baru saja kehilangan putri sulung mereka, Dera Nur Anggraini, akibat kelainan di sistem pencernaannya di usianya yang belum genap seminggu.
Yang lebih mengenaskan adalah Dera, yang baru berusia empat hari, meninggal dunia setelah tidak ada rumah sakit yang mau merawatnya.
Eliyas beserta ayahnya, Hermansyah, sudah berkeliling ke 10 rumah sakit, yaitu RS Fatmawati, RSCM, RS Harapan Kita, RS Harapan Bunda Pasar Rebo, RS St Carolus, RS Asri, RS Tria Dipa, RS Budi Asih, RS JMC, dan RSPP.
“Kami ditolak 10 rumah sakit. Kami sudah kasih surat (rujukan) itu, tapi dibilang fasilitasnya tidak ada, sudah penuh. Ada juga yang bilang tidak ada bidannya,” ujar Eliyas, ayah Dera saat ditemui di kediamannya di Jalan Jatipadang Baru RT 14/06, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (18/2).
Eliyas dan Lisa memiliki dua putri kembar yang diberi nama Dera dan Dara Nur Anggraini. Mereka berdua dilahirkan prematur saat usia kandungan Lisa belum mencapai 8 bulan di RS Zahira Jagakarsa, Senin (11/2) dini hari.
Sayangnya saat lahir, salah satu bayinya yang diberi bernama Dera mengalami kelainan di bagian pencernaannya sehingga harus mendapat perawatan lebih lanjut. Karena kurangnya peralatan, pihak RS Zahira merujuk Dera untuk dirawat di rumah sakit lain yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
“Setelah lahir, saya diberi tahu dokter bahwa Dera sakit. Nggak bisa minum ASI, jadi hanya bisa sampai tenggorokan,” kata Eliyas.
Untuk mendapat perawatan bagi putri sulungnya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang kaus kaki dan baju bayi di pasar malam keliling itu kemudian berkeliling untuk mencari rumah sakit yang mau menampung putrinya.
Dia mulai dari sebuah rumah sakit pemerintah di kawasan Jakarta Selatan. “Tapi dibilangnya penuh,” kata Eliyas.
Masih di hari Senin (11/2) sekitar pukul 04.00 WIB, dia bergerak ke kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Rumah sakit pemerintah yang kedua yang dia datangi ini juga menolak.”Dibilangnya penuh, diminta mencari rumah sakit lain,” ujarnya.
Eliyas tak bisa berbuat banyak. Nyawa putrinya harus segera ditolong. Dia tak ingin ribut dengan petugas rumah sakit. “Saya takut diusir satpam,” katanya.
Kemudian Eliyas ditemani ayahnya, Hermansyah, bergerak ke rumah sakit besar di kawasan Grogol, Jakarta Barat. “Tetap sama jawabannya penuh,” katanya.
Akhirnya, dia terus menyisir semua rumah sakit besar di Jakarta. Rumah sakit pemerintah tak ada yang mau, dia lari ke rumah sakit swasta. Tapi sayang, setelah ia menyambangi sekitar 10 RS, tidak ada satu pun yang bersedia menampung Dera dengan alasan tidak ada ruangan, bahkan ada yang meminta uang DP terlebih dulu.
Setelah tak kunjung mendapat rumah sakit yang bersedia menampung Dera, Eliyas hanya bisa pasrah dan memutuskan kembali ke RS Zahira dan berharap putrinya dapat bertahan. Namun Dera akhirnya meninggal dunia pada Sabtu (16/2) malam sekitar pukul 18.30.
Nasib malang Eliyas dan Lisa tak sampai di situ. Dara, saudara kembar Dera, juga harus dilarikan ke RS Tarakan, Minggu malam, karena kondisinya melemah akibat dilahirkan prematur. Eliya dan Lisa pun hanya bisa pasrah dan berharap putri keduanya bisa tumbuh dengan normal dan sehat.
Satu hari setelah dirawat, kondisi Dara mulai membaik. Dara dirawat di inkubator Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Tarakan, Jakarta Pusat. Menurut Kabid Pelayanan RS Tarakan Dr Theryoto, pihaknya menerima rujukan bayi Dara pada 18 Februari 2013 pukul 00.00 dari RS swasta. Saat itu, bayi baru berusia 7 hari dengan berat badan 1.450 gram.
“Kondisi bayi saat ini sudah ada perbaikan. Masalahnya hanya di berat badan. Kalau dari sisi medis, akibat permasalahan tersebut adalah pengembangan organ yang kurang baik. Hingga perlu ada penguatan dari organ. Saat ini kondisinya sudah lumayan dirawat dengan sistem inkubator, plus monitor tanpa ventilator,” kata
Theryoto ketika ditemui di kantornya, Jalan Kiai Caringin, Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut Theryoto, pihaknya tak mempermasalahkan administrasi karena pasien ini masuk program Kartu Jakarta Sehat (KJS). RS Tarakan menegaskan siap menangani semua pasien yang darurat.
Secara terpisah, Humas RSUP Fatmawati, Lia Parta Kusuma, membantah pihaknya menolak merawat Dera. “Fatmawati tidak pernah menolak pasien tersebut,” ujar Lia.
Menurut Lia, yang terjadi adalah saat itu pasien tidak dibawa ke RSUP Fatmawati, yang datang ke rumah sakit hanya Eliyas dan Hermansyah. Keduanya menanyakan fasilitas NICU. Namun sayang di RSUP Fatmawati hanya terdapat satu dan saat itu tengah digunakan pasien lain sehingga harus mendaftar di waiting list.
Direktur Rumah Sakit Budi Asih, Dr Nanang Hasani, menyampaikan hal serupa. Yang datang ke RS Budi Asih, kata Nanang, bukan bayi Dera, melainkan anggota keluarganya.
“Tidak ada personel RS Budi Asih menolak bayi bernama Dera. Yang datang itu keluarganya. Dengan kondisi Dera seperti yang diberitakan, maka tidak mungkin RS Zahira yang merujuknya akan membiarkan Dera dibawa tanpa kepastian RS mana yang akan menampung,” katanya di Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengakui, fasilitas rumah sakit di Ibu Kota masih minim. Akibatnya, kata Jokowi, kasus meninggalnya bayi Dera Nur Anggraini lantaran terlambat mendapatkan penanganan karena ditolak sepuluh rumah sakit, dengan alasan kamar penuh, masih terjadi.
“Kondisi rumah sakitnya yang belum memungkinkan menerima pasien. Saya bicara apa adanya,” ujar Jokowi di Balai Kota, kemarin.
Sumber: tribunnews.com