manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA
PERSI Dorong Peningkatan Kualitas Pembangunan Hadapi MEA
manajemenrumahsakit.net :: Kuta (Antara Bali) – Pengurus Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan Ikatan Dokter Indonesia Bali mendorong seluruh rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan dan pembaruan alat kesehatan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
“Langkah yang harus diambil dalam menghadapi MEA tersebut dengan meningkatkan kualitas pembangunan atau infrastruktur dan pembaharuan alat-alat medis,” kata Ketua PRSI Bali, dr I Wayan Sutarga, di Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu.
Dalam menghadapi pasar bebas ASEAN nanti, lanjut dia, perkembangan infrastruktur rumah sakit yang ada di Bali saat ini seluruh pihak harus terus melakukan perubahan dan pembaharuan terhadap pelayanan dan infrastruktur itu.
Wayan Sutarga mengatakan bahwa sebagian besar rumah sakit swasta di Bali saat ini sudah mengajukan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk izin akreditasi itu.
“Secara umum seluruh rumah sakit negeri dan swasta di Bali sudah melakukan perubahan pelayanan, pengembangan infrastruktur dan peralatan yang dimiliki,” ujarnya.
Dalam menghadapi MEA nanti, rumah sakit di Bali sudah siap menghadapi pasar bebas ASEAN yang tiga bulan ke depan akan diberlakukan sehingga pihaknya akan terus mengawasi perubahan dan perkembangan rumah sakit tersebut.
Hal senada diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Bali dr Kompyang Gautama mengatakan bahwa seluruh rumah sakit negeri dan swasta harus memperbaiki kualitas pelayanan dari tim dokter dan juga memperbaharui informasi terkait teknologi peralatan medis dalam menghadapi MEA.
“Perkembangan teknologi medis dan infrastruktur harus diperbarui dan demikian juga dokter harus meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi pasar bebas ASEAN nanti,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa para pekerja asing yang akan bekerja di Indonesia dan khususnya Bali harus sesuai dengan prosedur dari pemerintahan untuk mengambil kebijakan MEA itu.
“Prosedur harus sesuai dengan aturan dari Kemenkes karena kebijakan itu dibuat pemerintah,” katanya.
Selain itu, persyaratan para pekerja asing tersebut harus lulus ujian nasional dan mengerti bahasa Indonesia sehingga tahapan penerimaan pekerja asing memenuhi syarat dan ketentuan yang sudah diatur oleh pemerintah.
Sementara itu, Kepala Dinkes Provinsi Bali I Ketut Suarjaya menjelaskan bahwa dalam menghadapi persiangan pasar bebas ASEAN akan semakin meningkat di berbagai lini.
“Dalam menghadapi MEA nanti profesionalisme dalam pelayanan pasien harus diutamakan dalam bekerja sehingga akan dapat bersaing dengan pekerja-pekerja asin lainnya,” ujar Suarjaya. (WDY)
Sumber: antarabali.com
RSUD Amurang Kategori B, Tetty Paruntu Jemput SK di Kemkes RI
manajemenrumahsakit.net :: Amurang
Rumah Sakit Singapura Bangun Ruang Isolasi Ebola
manajemenrumahsakit.net :: Singapura – Profesor Tjandra Yoga Aditama melalui surat elekroniknya pada Tempo, Jumat malam, 19 September 2014 menjelaskan tentang hasil kunjungannya ke Rumah sakit Tan Tock Seng di Singapura pada awal pekan ini. Tjandra yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan.
“Di RS Tan Tock Seng baru saja membangun ruangan isolasi untuk Ebola. Di halaman luar tersendiri dan terdiri dari tujuh kamar dengan tekanan negatif. Soal standarisasi kurang lebih sama dengan yang ada di Indonesia dan negara lain. Yang berbeda, setiap pasien dilengkapi dengan alat radio frequency identification (RFID). Yaitu alat sebesar sekitar 10 sentimeter dengan ketebalan sekitar setengah sentimeter yang ditempelkan di pasien, dan langsung bisa memonitor suhu dan keberadaan si pasien,” kata dia.
Hal yang menarik juga diceritakan Tjandra bahwa di rumah sakit ini adanya unit khusus yaitu Bed Management Unit (BMU). Dijelaskan Tjandra, rumah sakit ini secara ketat mengamati ketersediaan tempat tidur dan cara penanggulangan segera, sebab pada umumnya rumah sakit biasa selalu penuh.
“Selain itu, rumah sakit ini menerapkan sistem komputerisasi pengunjung yang akan besuk ke rumah sakit. Setiap yang akan masuk harus men scan bar code dipada indetitas atau kartu tanda pengenal (KTP) masing-masing untuk membuka pintu ke arah lift ruang rawat. Kalau pembesuk satu pasien sudah empat orang maka otomatis pintu tidak bisa terbuka. Dan para pembesuk lain akan masuk dalam daftar waiting list. Kalau salah seorang dari empat orang itu keluar maka pintu dapat dibuka oleh salah seorang pembesuk yang waiting list,” kata Tjandra.
Selain itu, Tjandra juga memaparkan sisi menarik lainnya yaitu tentang sistem ventilasi di dalam rumah sakit ini. Kemudian seluruh gedungnya memiliki mesin pendingin, tetapi kipas angin juga dinyalakan dengan jendela yang dibuka sebagian. “Sepintas terkesan seperti pemborosan, namun menurut mereka sistem ini bahkan lebih baik dan membuat pasien nyaman. Mereka menyebut sistem ini dengan “Spot cooling”, ” kata Tjandra.
Spot cooling ini memiliki tiga maksud yaitu suhu udara terjaga, tidak panas dan juga tidak terlalu dingin. Kemudian ventilasi terjaga sehingga penularan penyakit khususnya yang lewat “airborne” bisa dikurangi. dan yang ketiga, udara dari luar ruangan juga dapat mempengaruhi kesegaran ruang rawat dan lain-lain.
Tjandra memberikan acungan jempol pada kegiatan riset yang dilakukan di rumah sakit ini dan keprofesionalitasnya. Yaitu, di rumah sakit ini memiliki laboratorium riset khusus yang berbeda dengan laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan rutin pasien di rumah sakit lain.
Sumber: tempo.co
Klaim RS Pasti Dibayar BPJS, Asal Sesuai Prosedur
manajemenrumahsakit.net :: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Embung Fatimah Kota Batam, Kepulauan Riau mengajukan klaim sekitar Rp20 miliar hingga semester I tahun 2014 untuk biaya rawat inap dan rawat jalan pasien pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)Kesehatan.
Fadillah Malarangan, Direktur RSUD Embung Fatimah mengatakan dari Rp20 miliar yang diajukan, baru sekitar Rp18 miliar yang sudah dibayarkan. Sisanya masih dalam tahap verifikasi.
“Untuk mencairkan dana yang diajukan, BPJS Kesehatan akan melakukan verifikasi menggunakan 11 indikator yang sudah ditetapkan.
Pembayaran klaim itu dilakukan tiap bulan, setelah pengajuan biaya pengobatan lolos verifikasi tim dari BPJS Kesehatan,
Pasien Miskin Dapat Perlakuan Istimewa, Di RS Sanglah
manajemenrumahsakit.net :: Kalau di beberapa Rumah Sakit biasanya pasien miskin atau Penerima Bantuan Iuran (PBI) sering terpinggirkan. Di RS Sanglah, Denpasar, pasien PBI malah dapat perlakuan istimewa.
Seperti disampaikan Direktur Umum RSUP Sanglah, Dr Anak Ayu Sri Saraswati M.Kes bahwa khusus untuk perawatan pasien PBI, jika kelas tiga telah penuh maka pasien akan rawat inap di kelas dua dan seterusnya.
“Secara keseluruhan, jumlah tempat tidur di RS kami ada 718. 48 persen di antaranya tempat tidur untuk kelas tiga. Tapi kan pasien JKN bukan cuma pasien kelas tiga. Ada juga kelas 2 dan 1 bahkan VIP. Perlakuan dan mutu pasien tidak ada yang dibedakan. Tapi kalau tempat tidur penuh, khusus PBI kami izinkan mereka dipindahkan sementara ke kelas dua atau satu, sampai ada yang kosong kami pindahkan lagi,” kata Ayu saat ditemui di Media Center BPJS Kesehatan, Jakarta, Kamis (18/9/2014).
Sebelumnya, RS Sanglah, Denpasar mendapatkan penghargaan Hospital Award the Best Role Model RS Vertical 2014 sebagai juara pertama dalam kategori RS Umum terbaik.
Penghargaan ini diberikan berdasarkan hasil penilaian dari tim penilai yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Parameter yang dijadikan kriteria penilaian mencakup sistem pendaftaran, sistem pelayanan terhadap peserta, sistem penagihan klaim dan sistem penanganan keluhan peserta program JKN. (Liputan6.com)
RS Sanglah atasi antrean pasien dengan pembaruan alat
manajemenrumahsakit.net :: Denpasar (ANTARA News) – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Bali mengatasi jumlah antrean pasien yang akan melakukan tindakan operasi di rumah sakit tersebut dengan upaya memperbarui alat kesehatan.
“Untuk mengatasi hal tersebut kami melakukan pembaruan dan penambahan perlatan medik agar menunjang proses pelayanan terutama pada penanganan penyakit kanker,” kata Dirut Medik RSUP Sanglah Denpasar, A.A.N Jaya Kusuma, di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan bahwa alat kesehatan yang akan dilakukan peremajaan tersebut yakni peralatan operasi C-arm, kobalt alat radioterapi, dan ventilator.
Jaya Kusuma mengakui dengan menggunakan alat canggih tersebut dapat mendeteksi penyakit, letak obyek pemeriksaan yang berada terdapat di tubuh dengan mudah.
“Dengan adanya peremajaan tersebut semua pasien yang menjalani operasi dapat segera tertangani,” ujarnya.
Selain itu, dengan melakkan peremajaan alat baru tersebut mempermudah dokter melakukan tindakan operasi tersebut. “Dengan menggunakan C-Arm itu dapat meminimalisir kesalahan dalam memprediksi letak objek, diagnose, dan tindakan medis lainnya,” ujarnya
Ia menambahkan bahwa dengan melakukan peremajaan alat C-arm itu baru dapat beroperasi tahun 2015, serta pembaharuan peralatan alat medis lainnya.
Pihaknya mengharapkan bahwa dengan melakukan pembaharuan alat tersebut mempercepat penangganan medis sehingga pasien tidak terlalu lama antri berobat.
“Kami terus berupaya meningkatkan kuliatas dalam pelanyanan karena RSUP Sanglah merupakan rumah sakit rujukan wilayah Indonesia bagian timur,” ujarnya.
Sumber: antaranews.com
Anggaran JKN akan ditambah
manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA – Anggaran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan kemungkinan akan ditambah, agar rumah sakit swasta tak merugi mengikuti program kesehatan tersebut. Selama ini, rumah sakit swasta banyak yang enggan mengikuti JKN, lantaran tarifnya terlalu rendah.
Anggota Komsi IX DPR RI Imam Suroso mengemukan hal tersebut sesaat sebelum mengikuti Rapat Paripurna DPR, hari ini.
Sistem paket yang ditawarkan BPJS Kesehatan untuk melayani semua pasien ternyata membuat rumah sakit swasta merugi. Rumah sakit swasta elit terutama yang paling banyak menolak ikut serta dalam program JKN tersebut. Pasien kelas menengah ke atas merupakan prioritas mereka, karena sangat menguntungkan.
RS kewalahan melayani pasien anggota JKN
manajemenrumahsakit.net :: JAKARTA. Sejumlah rumah sakit yang bergabung dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional kewalahan melayani pasien yang menjadi peserta program itu. Tingginya minat masyarakat mendaftar sebagai peserta program yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan itu membuat beban layanan rumah sakit meningkat sehingga kualitas layanan menurun.
Kepala Instalasi Hukum, Publikasi, dan Informasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Yudi Firmansyah, Selasa (16/9), di Tangerang, mengatakan, sejak Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diberlakukan, antrean pendaftaran pasien rawat jalan kian panjang.
Pasien rawat jalan yang mengambil nomor antrean di loket BPJS Kesehatan RSUD Tangerang mencapai 600 orang per hari. Mereka biasanya datang mengambil nomor antrean sejak pukul 05.00 dan mengantre hingga tiga jam ke poliklinik. Padahal, RS menargetkan pasien mendapat layanan dalam dua jam.