manajemenrumahsakit.net :: KBRN, Jember : Minimnya jumlah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang ada di wilayah Jawa Timur, dianggap menjadi salah satu kendala program Bebas Pasungan tahun 2015 yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini oleh pemerintah kabupaten Jember diaplikasikan dalam program
Bangunan RS Tanjungbalai Memprihatinkan
manajemenrumahsakit.net – Tanjungbalai. Kondisi bangunan Rumah Sakit Tanjungbalai berlokasi di Jalan Kartini Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai sangat memprihatinkan. Pasalnya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir tidak lagi terlihat adanya perawatan serta kelanjutan pembangunan rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut.
Pantauan MedanBisnis, Senin (18/8), hampir sebagian besar sisi bangunan RS Tanjungbalai sulit untuk dipakai, dan keadaan itu mengakibatkan Pemko Tanjunbgbalai mengalami kerugian mencapai puluhan miliar, sebab sudah cukup banyak anggaran yang terserap baik bersumber dari APBD kota, provinsi maupun APBN.
Padahal, tujuan pembangunan RS tipe C itu sebagai salah satu langkah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, dikarenakan kondisi RS Tengku Mansyur yang berfungsi sampai saat ini sudah tidak memungkinkan lagi.
Masyarakat memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan RS Tanjungbalai tidak saja dari dalam kota, tetapi sebagin besar dari daerah hinterland seperti kecamatan Tanjungbalai, Sungai Kepayang, Sungai Berombang, Tanjung Leidong, Simpang Empat Asahan dan beberapa daerah lainnya.
Namun, dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, kelanjutan pembangunan RS Tanjungbalai tak lagi terlihat, dikarenakan minimnya anggaran yang diperunrukkan untuk kegiatan tersebut, apalagi diketahui bahwa APBD Tanjungbalai tentunya tidak mampu menutupi anggaran yang dinilai terlalu besar, dikarenakan masih banyak kebutuhan pelayanan pemerintah maupun publik yang harus direalisasikan setiap tahunnya.
Ketua DPRD Tanjungbalai H Romaynoor SE mengatakan, dalam setiap pertemuan atau rapat tertentu kerap mendesak Pemko setempat segera menyelesaikan pembangunan rumah sakit tersebut, dan setidaknya dapat diselesaikan pada tahun anggaran 2015 mendatang.
“Kita prihatin melihat kondisi bangunan RS tersebut, dan tentu saja dengan kondisi yang sekarang menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi pemerintah daerah,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Tanjungbalai Dr H Thamrin Munthe MHum mengakui, pembangunan RS tipe C di jalan Kartini Datuk Bandar itu sampai saat ini belum selesai karena dana yang dibutuhkan untuk kelan jutan pembangunannya mencapai lebih lurang Rp 50 miliar.
“Besarnya biaya yang dibutuhkan tersebut kalau mengandalkan dana DAU Tanjungbalai tentu akan terserap hanya untuk itu saja, sehingga pembangunan lainnya akan terabaikan atau terganggu.,” ujarnya.
Kendati demikian, kata walikota, Pemko Tanjungbalai tetap optimis menyelesaikan pembangunan RS tersebut melalui sumber dana yang berasal dari pemerintah pusat maupun provinsi.
Sampai saat ini, usul kita kepada pemerintah pusat melalui Tugas Perbantuan maupun provinsi melalui Bantuan Daerah Bawahan (BDB) tetap diteruskan, disamping terus melakukan koordinasi langsung demi selesainya pembangunan RS tipe C di jalan Kartini,” katanya. (arsyad yus)
Sumber: medanbisnisdaily.com
RS Salamun Resmikan Sistem Informasi Layanan
manajemenrumahsakit.net :: BANDUNG – Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di ujung Jalan Ciumbuleuit berdiri salah satu rumah sakit terbesar yang dimiliki TNI AU, yaitu Rumah Sakit Dr. Salamun. Tidak hanya melayani pasien dinas TNI, Rumah Sakit Salamun juga sudah lama melayani pasien umum, termasuk pasien yang dijamin dalam program BPJS Kesehatan. Bahkan saat ini rumah sakit bisa melayani sampai 900 pasien perhari, di mana sebagian besarnya adalah pasien dengan jaminan BPJS Kesehatan.
Dari release yang diterima jabarprov.go.id, Sekretaris RS Dr. Salamun, Letkolkes dr. Rahmat mengatakan, tepat di ulang tahunnya pada tanggal 19 Agustus 2014, Rumah Sakit Salamun Bandung meresmikan penggunaan sistem informasi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit.
Empat Rumah Sakit di Kaltim Siaga Virus Ebola
manajemenrumahsakit.net :: SAMARINDA, BERITAKALTARA.com- Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyiagakan empat rumah sakit untuk mengantisipasi merebaknya Virus Ebola. Keempat rumah sakit disiapkan untuk menangani pasien terduga terinveksi virus yang sudah menyebar di Afrika.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Rini Retno Sukesih mengatakan keempat rumah sakit itu adalah RSUD AW Syahranie Samarinda, RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan, RSUD Abdul Rifai Berau, dan RSUD Tarakan. Pemilihan keempat rumah sakit itu karena daerah tersebut menjadi tempat pendatang asing masuk ke Kaltim.
Hacker Cina Berhasil Meretas Jaringan Keamanan 200 Rumah Sakit Amerika Serikat
manajemenrumahsakit.net :: Hubungan antara Cina dan Amerika Serikat memang tidak terlalu bagus. Kedua negara terkadadang memberikan sikap yang over protective. Bahkan keduanya negara sering saling tuduh telah menjadi korban penyadapan. Tak heran kalau sering terjadi perang di dunia cyber antara kedua negara.
Yang terbaru, hacker dari Cina dikabarkan telah berhasil meretas sistem keamanan 200 rumah sakit di Amerika Serikat. Dan karena aksinya tersebut, total sebanyak 4,5 juta data pasien yang dirawat di jaringan rumah sakit selama lima tahun terakhir berhasil dicuri.
Jaringan rumah sakit Amerika, Community Health System mengungkapkan kalau para hacker tersebut memiliki kemampuan yang sangat tinggi. Mereka menggunakan malware canggih untuk bisa meretas jaringan komputer di rumah sakit. Selanjutnya, mereka pun berhasil mengkopi dan memindahkan data-data identifikasi non medis pasien, seperti nama, alamat, tanggal lahir, nomor telepon serta nomor keamanan sosial.
Meski begitu, Community Health System mengungkapkan kalau tak ada data kartu kredit yang berhasil dicuri oleh para hacker. Tak ada pula data klinis ataupun data medis yang berpindah tangan. Selanjutnya, pihak rumah sakit pun bekerja sama dengan pemerintah federal dan perusahaan keamanan forensik Mandiant untuk mengatasi permasalahan keamanan jaringan tersebut.
Sumber: beritateknologi.com
Pelayanan Membaik, RSUD Ngimbang Lamongan Penuhi Target PAD
manajemenrumahsakit.net :: LAMONGAN – Jika dulu RSUD Ngimbang harus disubsidi agar bisa operasional, kini rumah sakit di Lamongan selatan ini malah berkinerja moncer.
Terbukti sampai dengan akhir Juni lalu, RSUD Ngimbang sudah menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga Rp 2 miliar.
Kinerja itu menurut Dirut RSUD Ngimbang Taufik Hidayat lantaran terutama didukung peningkatan pelayanan kesehatan,tersedianya peralatan kesehatan dan adanya dokter spesialis yang memadai.
Minggu 3 BL Pengembangan Unit Pengiriman Residen 3 sampai 9 Mei 2014
Minggu III: 3 Mei sampai 9 Mei 2014 Pengorganisasian dan Manajemen Unit Pengiriman Residen Penanggung-jawab: DR. dr. Sri Mulatsih, SpA (K) Nara Sumber: dr. Rukmono Siswihanto, SpOG (K)
Agar diperoleh gambaran bagaimana pengorganisasian Unit Pengiriman Residen serta bagaimana operasionalisasi manajemen unit tersebut, peserta perlu diberikan pemahaman dengan contoh langsung yang dilakukan Tim Sister Hospital RSUP dr. Sardjito. Tim ini sedang berproses untuk menjadi Unit Pengiriman Residen.
Bentuk pelatihan pada minggu ini terdiri dari:
|
Materi:
Minggu II: Pengorganisasian dan Manajemen Unit Pengiriman Residen
Kami mengharapkan Anda dapat mempelajari secara mandiri (self learning) berbagai materi yang telah kami sediakan.
Penugasan
Para peserta menuliskan:– Model pengorganisasian Unit Pengiriman Residen
– Manajemen Unit Pengiriman Residen
– Kendala yang ada dan solusi yang dilakukan.
Jawaban diharapkan dapat diterima oleh sekretariat blended learning melalui e-mail:[email protected] paling lambat tanggal 7 Mei 2014 pukul 24:00 WIB.
Kode untuk memberi nama file:
BL-ManajemenUPR-2014-02-XXX.doc
XXX=initial nama anda. Silahkan piih dan harap diberitahu ke pengelola.
RS RK Charitas Palembang, Kilas Balik Cerita Lama
manajemenrumahsakit.net :: Sebenarnya RS RK Charitas hanya meneruskan rumah sakit yang sudah berdiri sejak 1915. Namun pada 1926, rumah sakit tersebut mengalami kebangkrutan dan akan dijual. Karena itu, Romo Van Oort SCJ bersemangat membeli rumah sakit ini tanpa berpikir panjang.
Ia lalu pulang ke Belanda dan mengungkapkan hal ini. Ia meminta bantuan kepada pimpinan Konggregasi Suster Charitas di Roosendaal, Belanda dan mengatakan bahwa rumah sakit membutuhkan pekerja.
Tepat 9 Juli 1926, lima suster dari Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas Roosendaal berlabuh di Pelabuhan Boom Baru, Palembang. Mereka adalah Sr. M Raymunda Hermans, Sr. M Willhelmina Blesgraaf, Sr. M Caecilia Luyten, Sr. M Alacoque van der Linden, Sr. M Chatarina Koning.
Kelima suster ini menjadi pioneer karya rumah sakit di Palembang.
Sejak 1926 hingga 1938 RS RK Charitas beroperasi di sebuah rumah yang saat ini menjadi biara Frateran Bunda Hati Kudus (BHK). Rumah sakit ini sangat sederhana karena hanya menampung 14 sampai 16 orang. Untuk memperluas pelayanan, para suster juga mengadakan kunjungan rumah (home care). Dalam perjalanan waktu, banyak hal dihadapi oleh suster-suster ini.
Karya para Suster Charitas semakin berkembang. Karena itu, dirasakan perlu untuk membangun rumah sakit baru. Oleh pimpinan Suster Charitas maka lalu dipilih sebidang tanah yang letaknya di ketinggian dan cukup strategis. Tempat ini merupakan gunung kecil yang berada di salah satu sudut Kota Palembang.
Inilah lokasi rumah sakit yang lama. Pada 1937 mulai peletakan batu pertama, kemudian 18 Januari 1938 peresmian pembukaan rumah sakit oleh Mgr .Meckelhot SCJ dengan nama Rumah Sakit RK Charitas.
Pada 1942 terjadi peperangan dan rumah sakit dikuasai oleh Jepang. Selama beberapa tahun Jepang menguasai rumah sakit hingga akhirnya pada 1948 keluar SK dari pemerintah dan rumah sakit dikembalikan ke Suster-suster Charitas.
Hingga saat ini, RS RK Charitas memiliki 1.400 karyawan dan telah banyak membantu masyarakat dalam hal kesehatan. Masyarakat telah menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap RS RK Charitas ini.
Upacara pemberkatan
Sepanjang jalan dari simpang empat RS RK Charitas hingga Gedung Rawat Jalan yang baru berjejer karangan bunga ucapan selamat. Jumat (8/8/2014) lalu, berlangsung upacara pemberkatan dan peresmian Gedung Rawat Jalan RS RK Charitas. Kira-kira pukul 08.00 undangan mulai berdatangan. Setiap undangan yang datang disambut hangat di lobi oleh dokter dan karyawan.
Bertempat di auditorium lantai 8, perayaan Ekaristi berlangsung. Panggung dalam auditorium telah disulap menjadi altar yang megah dengan hiasan bunga-bunga yang indah. Para undangan yang hadir dalam perayaan syukur ini sungguh bergembira dengan hadirnya Gedung Rawat Jalan RS RK Charitas.
Upacara pemberkatan disyukuri dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Palembang Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, bersama Provinsial SCJ Romo Andreas Madya Sriyanto SCJ, Romo YG Marwoto SCJ, Romo Nicolaas Van Steekelenburg SCJ dan Romo Antonius Giman Pr. Para Imam yang lain pun turut ambil bagian dalam perayaan syukur ini.
Dalam kotbahnya, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ mengatakan bahwa dengan adanya fasilitas baru ini semua yang terlibat dalam RS mesti melayani mereka yang tidak berdaya. Semua mesti menyadari bahwa manusia yang sakit adalah manusia yang harus dihargai.
Berobat di Surabaya Tak Kalah Manjur Dibanding RS Luar Negeri
manajemenrumahsakit.net :: BEROBAT ke luar negeri masih menjadi pilihan sebagian warga Surabaya, terutama mereka yang berduit. Namun, perlahan-lahan hal tersebut mulai berkurang. Banyak di antara mereka makin percaya bahwa kemampuan dokter dan rumah sakit di Surabaya tak kalah dibanding yang ada di luar negeri.
Tjoa Bie Giok Anna merupakan salah seorang warga Surabaya yang kerap berobat ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia. Begitu juga keluarga dan rekan-rekannya. Alasan utamanya, banyak orang mengatakan bahwa pengobatan di luar negeri jauh lebih bagus dibanding dalam negeri. Tapi, itu dulu.
Kini Anna semakin cinta berobat di dalam negeri. Tepatnya sejak penyakitmeningiomaatau tumor otak dia derita pada 2013 hingga membuat tangan dan kaki kirinya melemah.
Awalnya, perempuan 51 tahun itu mencoba berobat ke Malaysia dengan harapan sembuh. Lantas, dokter saraf di salah satu rumah sakit di Malaysia memintanya melakukanmagnetic resonance imaging(MRI). Hasilnya mencengangkan. Tumor otak tersebut sudah sebesar kepalan tangan dan harus dioperasi.
Tidak puas dengan hal itu, Anna berniat berobat ke Singapura sekaligus menjalani operasi pengangkatan tumor. Namun, hal tersebut diurungkan. Dia mencoba berobat di Surabaya. Saat itu, rumah sakit yang menjadi jujukan adalah National Hospital dan Anna pun langsung ditangani tim dokter Brain and Spain Center. Awalnya saya lebih percaya berobat ke luar negeri karena pelayanannya terkenal lebih bagus. Tapi, kata hati saya bilang, di Surabaya saja, ujarnya.
Setelah berkonsultasi, Anna merasakan perbedaan pelayanan saat berobat ke luar negeri dan di dalam negeri. Ibu dua anak tersebut menemukan dokter yang profesional dan mampu menjelaskan kepada pasien dengan baik. Hingga akhirnya, Anna dioperasi di Surabaya.
Anna mengungkapkan, cara operasi yang dilakukan di Surabaya tergolong canggih. Saat itu, operasi dilakukan dengan teknikminimally invasivedalam mengambil tumor yang bersarang di kepala. Yakni, dengankeyhole sugery. Yaitu, membuat lubang kecil untuk mengeluarkan tumor secara bertahap. Setelah operasi, saya bisa langsung beraktivitas seperti biasa. Rambut saya tidak gundul, kisahnya. Hingga akhirnya, operasi pengangkatan tumor pada otak Anna berhasil. Dia pun sembuh hingga sekarang.
Dari situlah, Anna menemukan pelayanan yang diinginkan. Yaitu, melayani pasien dengan hati. Dokter-dokter yang bertindak secara profesional tidak hanya didapat saat dirinya berobat di rumah sakit. Tetapi, pascaoperasi pun, Anna tetap merasakan kehangatan pelayanan para dokter. Suster dan dokternya baik. Setelah operasi, saya juga masih sering telepon dan SMS, dan terus direspons baik. Itu yang membuat saya percaya bahwa di Surabaya juga ada rumah sakit yang profesional, ujar pengusaha kuliner ternama di Surabaya tersebut.
Sebenarnya, lanjut dia, yang dibutuhkan seorang pasien saat berobat adalah rumah sakit dengan tim yang bisa melayani dengan hati. Hal tersebut dia dapatkan justru di Indonesia dengan sistem kekeluargaan. Dia berharap pelayanan dengan hati tidak hanya diperoleh pada satu rumah sakit, melainkan seluruh rumah sakit di Indonesia. Dengan begitu, pasien bisa percaya dengan berobat di dalam negeri.
Sistem kekeluargaan belum tentu saya dapatkan di luar negeri. Belum tentu juga saat libur saya bisa telepon atau SMS untuk konsultasi. Di Indonesia, saya menemukannya, tambahnya.
Saking puasnya berobat di dalam negeri, kini Anna kerap merekomendasikan teman-temannya dan keluarga yang sebelumnya sering berobat ke luar negeri untuk berobat di dalam negeri, khususnya di Surabaya. Selain mampu menangani penyakit-penyakit kronis, biaya yang dikeluarkan tidak semahal jika berobat ke luar negeri. Pasti biayanya lebih hemat, ujarnya.
Menurut dia, sebagian masyarakat masih menganggap bahwa pelayanan di dalam negeri kurang bagus. Karena itu, mereka takut menjalani operasi besar di dalam negeri. Padahal, hal tersebut tidak semuanya benar. Kebanyakan mereka takut. Tapi, sistem kekeluargaan dan kepandaian dokter menjelaskan kepada pasien sehingga rasa takut itu sirna, paparnya.
Pengalaman berharga juga didapat Askan Halim. Pria 58 tahun itu juga mempunyai pengalaman sendiri berobat di luar negeri dan dalam negeri. Askan pernah menderitahemifacial spasm(HFS) yang mengakibatkan sebagian wajahnya terlihat peyot. Berawal pada 2001, saat itu tanpa disadari sebagian wajahnya mulai dahi, mata, hingga pipi berkedut. Awalnya perubahan di wajahnya tak dihiraukan.
Namun, lama-kelamaan hal tersebut membuatnya malu saat bertemu orang. Baru pada 2006, lelaki asal Surabaya itu menjajal berbagai pengobatan dan aneka diagnosis. Saya sampai ke berbagai negera seperti Malaysia, Singapura, hingga Jepang, kata lelaki yang akrab disapa Koh Chung itu. Dia juga sempat terbang ke Jepang untuk mencoba pengobatan akupunktur.
Namun, atas saran seorang teman, Chung diminta kembali ke tanah air dan menemui seorang dokter bedah saraf yang ahli. Di tangan dr M. Sofyanto SpBS, HFS yang disebabkan terganggunya saraf nomor tujuh itu teratasi.
Dengan hanya luka sepanjang satu sentimeter, wajah peyot tersebut kembali simetris. Senyum Koh Chung pun kembali bersinar. Banyak dokter yang bilang kemungkinan buta bila operasi. Tapi, menurut Sofyanto, risikonya sembuh, terangnya penuh semangat. Sejak itu, warga Dharmahusada tersebut langsung percaya dan membuktikan bahwa risiko itu terbukti. Dia sehat dan kembali beraktivitas tanpa rasa malu.
Ya, beberapa RS di Surabaya kini memiliki kualitas yang mumpuni. Mulai dokter, fasilitas, hingga kualitas pelayanan. Beberapa RS memiliki andalan sendiri-sendiri. Bukan hanya untuk penanganan penyakit-penyakit ringan, tapi juga penyakit berat.
RS Premiere, misalnya, memiliki andalan dalam penanganan penyakit jantung. Mulaibypass, ganti katup, sampai permasalahan aorta. Pada 2013, RS Premiere menjadi rumah sakit swasta terbanyak yang menerima pasien jantung. Totalnya ada 36 kasus. Untuk tahun ini, sampai sekarang ada 14 kasus, ujar dr Hartono Tanto MARS, direktur RS Premiere.
Bukan hanya jantung, ragam penyakit berat lain juga tertangani. Sebut saja berbagai operasi ortopedi, tumor otak, dan stroke. Tumor otak, terlebih di otak kecil, dikategorikan operasi sulit karena menyangkut banyak hal di pusat koordinasi dan keseimbangan tubuh. Sama halnya dengan stroke. Bahkan, penanganan khusus telah disiapkan dalam waktu dekat berupa peluncuranstroke unit, unit penanganan terpadu bagi penderita stroke.
Selain keahlian-keahlian itu, ungkap dr Hartono, salah satu pelayanan penting yang diutamakan RS Premiere adalahintensive care. Selain ICU,intensive caremeliputi HCU (high care unit) dan NICU (neonatal intensive care unit). HCU ditujukan untuk meringankan beban ICU sebagai ruangan tempat pemulihan kondisi pasien pascaoperasi-operasi sulit. Sementara itu, NICU lebih dikhususkan sebagai perawatan intensif bagi bayi-bayi prematur atau berusia di bawah 28 hari.
Keberhasilan operasi bukan hanya di meja operasi. Tapi, lebih dari itu, kita harus punya ICU yang kuat untuk mendukung operasi yang sulit, ujar dr Hartono.
Keberhasilan suatu operasi, ujar dia, tak berhenti setelah operasi berakhir. Penanganan setelah itu justru memegang peranan penting. Karena itulah, mengapaintensive caremendapat perhatian begitu istimewa sebagai penentu kesuksesan tindakan operasi. Pasien-pasien pascaoperasi akan dipindahkan secara bertahap melalui ICU dan HCU sebelum akhirnya dikembalikan ke kamar perawatan.
Kami juga menempatkan dokter-dokter yang tangguh di UGD. UGD merupakan filter pertama sebelum dialihkan ke unit lainnya.Time saving is life saving. Jadi, harus ada penanganan yang tepat saatgolden time, atau tiga jam pertama di UGD, ungkapnya.
RS Bedah Surabaya juga pantas jadi andalan. Selain menampung dokter-dokter hebat yang mampu bersaing dengan rumah sakit luar negeri, rumah sakit ini dilengkapi fasilitas terbaik. Salah satunya, memberikan fasilitastravel health service. Itu merupakan pelayanan antar jemput bagi pasien dari luar kota atau luar negeri dari bandara ke rumah sakit. Kami ingin pasien yang akan berobat juga aman dan nyaman. Jadi, mereka bisa cepat sembuh, kata dr Adityaningrum Purbo,marketing managerRS Bedah.
Selain itu, RS Bedah memberikan fasilitas ambulans bagi pasien yang membutuhkan penanganan khusus. Mereka akan dijemput dari bandara menuju RS dengan ambulans khusus bandara. Sementara itu, bagi keluarga pasien yang ikut menemani, mereka juga bisa mendapatkan layanan terbaik dari RS. Yakni, layanan City Tour of Surabaya.
Keluarga pasien bisa diantar berkeliling Kota Pahlawan sekaligus ke pusat-pusat perbelanjaan sembari mengisi waktu luang dan melepas rasa bosan. Fasilitas tersebut juga ditunjang dengan layanan hotel. Bila ada yang butuh penginapan, kami bisa mengubah kamar pasien jadi hotel berbintang, tambahnya. Layanan itu diberikan secara gratis kepada pasien. Tujuannya, pasien merasa betah dan nyaman.
Rumah sakit lain yang telah mendeklarasikan diri sebagai rumah sakit berkualitas internasional adalah National Hospital. Rumah sakit yang berada di kawasan Surabaya Barat tersebut tidak hanya mendesain bangunan rumah sakit dengan standargreen building,tapi jugapatient safety. Hal tersebut tidak hanya diterapkan dalam bidang medis, tetapi juga nonmedis. Misalnya, pemasangancentral vacuum systemsebagai bagian dari sanitasi di dalam gedung berlantai 10 itu.
Sistem tersebut merupakan salah satu fasilitas pengolahan limbah terpadu yang bertujuan membantu menekan angka infeksi dan persebaran penyakit melalui udara yang dapat membahayakan pasien serta pengunjung rumah sakit. Hyginedi rumah sakit menjadi hal terpenting untuk kesembuhan pasien, kata dr M Sofyanto SpBS, dokter spesialis bedah saraf National Hospital.
Selain itu, penerapanelectronic medical record(EMR) dilakukan sebagai catatan atau kumpulan sistematis informasi kesehatan pasien berbasis elektronik yang terhubung dan terintegrasi dengan sistem informasi dalam jejaring rumah sakit.
Sumber: msn.com