manajemenrumahsakit.net :: Warga Jakarta mengeluhkan buruknya pelayanan yang diterima dari rumah sakit jika menggunakan Badan Penjamin (BPJS). Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (
Edisi Minggu ini: 24 Februari – 2 Maret 2015
Dear Pengunjung Website, Artikel: Customer Value Mindset Menunjang Patient-Centered Care di Rumah Sakit “Patient-Centered Care” merupakan jargon yang selalu digaungkan pada setiap upaya meningkatkan pelayanan RS, khususnya jika RS ingin memenuhi standar akreditasi. Sebenarnya sebagai organisasi yang bergerak dibidang jasa, RS perlu memahami dan menjadikan pelayanan yang berpusat pada pasien sebagai nilai dasar pada setiap aktivitasnya. Hal ini karena pasien merupakan customer yang harus dipenuhi hak-haknya sesuai dengan yang telah diatur dalam UU dan regulasi lain. Mengintegrasikan customer value di RS juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola dan staf RS, khususnya para dokter. Tulisan ini mencoba mendeskripsikan bagaimana seharusnya tenaga kesehatan di RS khususnya dokter dalam mempersepsikan dan memperlakukan pasien sebagai customer. + Artikel Penelitian Ping Zhou, M Kate Bundorf, Jianjun Gu, Xiaoyan He and Di Xue
|
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Kanker Anak dan Kesiapan RS di Indonesia |
Customer Value Mindset Menunjang Patient-Centered Care di Rumah Sakit
Customer Value Mindset Menunjang Patient-Centered Care di Rumah Sakit
dr. Robertus Arian Datusanantyo, MPH*
Pasien Sebagai Customer
Sebelum Apple Computer menciptakan iPod, tidak dikenal alat pemutar musik digital yang praktis sekaligus keren. Dengan strategi pemasaran tertentu, mereka menciptakan pasar sampai titik penting sehingga para customer menjadi alasan utama mereka untuk terus mengembangkan iPod. Orientasi pada keinginan untuk memberikan apa yang menjadi harapan customer adalah urusan terpenting di Apple Computer dan banyak perusahaan dunia lainnya.
Kondisi ini terbalik dengan kondisi rumah sakit kita. Kebutuhan pasien belum menjadi urusan yang benar-benar paling penting. Walau mutu rumah sakit dan keselamatan pasien mulai mengemuka, tetap saja bukan kebutuhan pasien yang menjadi urusan terpenting rumah sakit, melainkan bagaimana menjalankan bisnis rumah sakit dengan aman.
Para dokter sering mengatakan tabu menyebut pasien sebagai customer karena istilah ini menggambarkan hubungan jual-beli yang dianggap kurang pas dengan hubungan dokter-pasien. Padahal customer berbeda dengan pelanggan yang dalam bahasa Indonesia berarti pembeli yang berulang datang kembali. Customer adalah siapa saja yang mempergunakan hasil kerja seseorang atau tim. Customer belum tentu end-user.
Tidak Ada Anggaran, Rekuitmen Dokter Spesialis RSUD Tipe C Tertunda
manajemenrumahsakit.net :: Tarakan
DPRD Sulut Dorong Peningkatan Fasilitas RS Ratumbuisang
manajemenrumahsakit.net :: MANADO
Badan Pengawas Rumah Sakit Harus Dibentuk
manajemenrumahsakit.net :: Medan. Banyak masyarakat kecewa atas pelayanan rumah sakit di Medan, khususnya masyarakat kurang mampu. Ada juga yang merasa sakitnya bertambah karena lambannya penanganan medis
Ketua Komisi E (bidang kesejahteraan sosial) DPRD Sumut Efendi Panjaitan menilai perlunya dibentuk Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) di Medan.
“BPRS mengawasi pelayanan rumah sakit. Ini sebenarnya sangat mendesak mengingat tidak adanya pengawasan, penilaian, dan sanksi yang diberi kepada rumah sakit yang selama ini nakal,” kata Efendi, Minggu (22/2).
BPRS diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Badan Pengawas Rumah Sakit. Pembentukan BPRS di Sumut sangat dimungkinkan mengingat jumlah rumah sakit di Sumut sudah lebih dari 10 rumah sakit.
Dijelaskan, Pasal 23 Ayat PP 49 disebutkan dibentuk oleh Gubernur apabila jumlah Rumah Sakit di provinsi paling sedikit 10 (sepuluh) rumah sakit. BPRS Provinsi merupakan unit nonstruktural di dinas kesehatan provinsi yang bertanggungjawab, menjalankan tugasnya bersifat independen.
Menurutnya, BPRS ini mengawasi dan menindaklanjuti aduan dan keluhan masyarakat. Selama ini, sudah banyakmasyarakat datang maupun mengirimkan surat ke Komisi E DPRD Sumut terkait dengan pelayanan rumah sakit. Pengguna BPJS juga kerap mengalami perlakuan diskriminatif dari pihak rumah sakit.
“Memang ada konter pengaduan BPJS Kesehatan di setiap rumah sakit. Akan tetapi jika pasien BPJS mengadu, petugas BPJS justru terkesan kalah dengan aturan main rumah sakit,” katanya.
Akhirnya pasien tetap mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pihak rumah sakit jika dibandingkan dengan pasien mandiri yang berobat ke rumah sakit yang sama dengan jenis penyakit yang sama. Hal seperti ini bisa berlangsung cukup lama karena selama ini tidak ada lembaga atau badan yang mengawasi kinerja rumah sakit.
“Dinas Kesehatan yang salah satu tugasnya untuk melakukan pengawasan selama ini kurang maksimal karena sifatnya hanya memberi rekomendasi perbaikan saja,” kata politisi PDIP ini. (edward f bangun)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Rumah Sakit di Sleman Minim Fasilitas NICU dan PICU
manajemenrumahsakit.net :: SLEMAN — Rumah Sakit di Kabupaten Sleman sampai saat ini masih minim ruangan untuk
Maret Ini Lelang Proyek Pembangunan Rumah Sakit Banjarmasin
manajemenrumahsakit.net :: BANJARMASIN – Proses pembangunan rumah sakit milik pemko mulai dipersiapkan, dengan ditandai pelelangan proyek (tender) yang dilaksanakan medio Maret mendatang.
Kepala Dinas Cipta Karya dan Perumahan Kota Banjarmasin Ir H Fanani Syaifudin, minggu depan konsultan manajemen pembangunan rumah sakit akan tandatangan kontrak, kemudian diminta me-review dokumen perencanaan untuk gedung poliklinik.
“Sekitar 10 sampai 15 hari kita beri waktu me-review. Setelah itu lanjut dilelangkan pada pertengahan Maret untuk menentukan kontraktor pelaksana pembangunan fisik rumah sakit,” jelasnya, Jumat (20/2/2015).
Pembangunan rumah sakit yang berlokasi di Jalan RK Ilir, Banjarmasin Selatan, dilaksanakan secara bertahap. Direncanakan tiga tahun anggaran secara multi years (tahun jamak), mulai 2015 hingga 2017, mengingat proyek ini terbilang besar dan fasilitasnya fisiknya cukup banyak.
“Rumah sakit tersebut akan terdiri tiga cluster, yaitu cluster 1 berupa gedung 10 lantai untuk rawat inap.
Cluster 2 adalah gedung rawat jalan 4 lantai. Kemudian Cluster 3 terdiri 2 lantai untuk bangunan IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan lahan parkir, mushola, lahan bisnis serta fasilitas lain,” papar Fanani.
Khusus tahun ini, dengan anggaran Rp28 miliar akan dibangun Cluster 2, gedung empat lantai yang merupakan poliklinik rawat jalan. Setelah strukturnya selesai, maka dengan dana yang masih ada akan dilanjutkan tahap berikutnya.
Sumber: tribunnews.com
Dr Yew Su-Jin: Deteksi Dini Menjadikan Kualitas Hidup Lebih Baik
manajemenrumahsakit.net :: “Penyakit selalu datang tanpa diduga”. “Dasar penyakit mau datang mana bisa dielak”. Ada lagi yang enggan memeriksakan sejak awal keadaan dirinya melalui health screening atau medical check up karena takut ketahuan sakit apa. “Ah, nanti entah apa-apa penyakitnya”.
Benarkah demikian? Tentu saja semua itu stigma yang keliru. Mengetahui keadaan kesehatan tubuh kita lebih awal, sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah kesehatan secara dini.
“Seperti banyak dikatakan orang, benar adanya mencegah itu lebih baik dari mengobati, ” tegas Dr. Yew Su-Jin, Medical Officer pada Carl Corrynton Medical Centre (CCMC) Jalan Masjid Negeri Penang baru-baru ini.
Dia menegaskan, deteksi dini kondisi seseorang dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik. “Kesehatan Anda merupakan kekayaan Anda yang terbesar,” imbuh Dr Yew.
Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan di dalam tubuh, sejauh mana organ organ yang ada dalam tubuh berfungsi baik , maka seseorang dianjurkan mengikuti health screening yaitu pemeriksaan kesehatan. “Semakin lengkap health screening semakin baik,” ujarnya.
Biasanya, para pasien yang akan menjalani health screening dianjurkan berpuasa sehari sebelumnya 8-10 jam dari waktu pengambilan darah. “Jika pengambilan darah dilakukan jam 8 pagi keesokan harinya, maka puasa dapat dilakukan mulai pukul 11 malam. Menjelang pengambilan darah banyak minum air putih. “Hanya air putih, tidak boleh minuman lain,” papar Dr Yew Su Jin yang meraih gelar MBBS dai Asian Institute of Medicine, Science and Technology pada tahun 2009.
Selain mengambil sampel darah pasien, dokter juga akan mengambil sampel urine (air seni) untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan darah dan urin terutama untuk mengidentifikasi kemungkinan gangguan metabolik (misalnya diabetes melitus) atau penyakit ginjal. Untuk tujuan ini, dokter perlu mengetahui tingkat glukosa darah dan lipid darah (misalnya trigliserida dan kolesterol).
Dr Yew mengatakan, pada umumnya health screening bertujuan untuk mendeteksi secara dini bila ada masalah kesehatan tersembunyi yang belum menunjukkan gejala, terutama penyakit-penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit liver dan diabetes mellitus. Selain mendeteksi dini penyakit, juga untuk menentukan tingkat kebugaran dan kesehatan umum.
Dalam prosesnya, Dokter Yew terlebih dulu mengadakan semacam interview dengan pasien akan menanyakan kondisi umum pasien. Misalnya apakah pernah sakit dan menjalani operasi.
Apakah merokok, apakah teratur berolahraga, bagaimana pola makan dan seterusnya. Pasien juga ditanya tentang riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit turunan seperti diabetes, jantung atau kanker, penyakit dan operasi yang pernah Anda jalani atau obat-obatan yang diambil. Setelah itu barukah pasien diperiksa.
Seperti umumnya rumah sakit yang menyediakan layanan health screening, RS Carl Corrynton Medical Centre menyiapkan beberapa paket health screening yang terpulang kepada pasien memilih yang mana.Dimulai dari paket standar Sapphire terdiri konsultasi dokter, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan hepatitis B, Anti HIV I dan II, pemeriksaan ginjal, pemeriksaan hati, visual tes, Body Mass Index (BMI), konsultasi diet dan laporan medis.
Sedangkan yang terlengkap selain yang disebut di atas juga ditambah Stool for Occult Blood, penanda kanker untuk pria dan wanita, tes diagnostik meliputi CT Scan Cardiac, tes fungsi paru-paru, perut bagian atas, USG panggul, X Ray dada, tes stress, BMD, tes visual, BMI, konsultasi diet dan medical report.
Dia memaparkan beberapa contoh, untuk nilai kolesterol, total normalnya di bawah 200, LDL di bawah 110, dan HDL di bawah 50gula darah. Untuk fungsi hati dan fungsi ginjal, nilai fungsi ginjal normalnya di bawah 1,5 dan ureum di bawah 50.
Pemeriksaan lainnya gula darah. Batas gula darah yang normal untuk kondisi puasa adalah 100 mg/dL. Adapun sesudah makan atau sewaktu makan, batasnya 140 mg/dL.
Menurut Dr Yew, health screening sebaiknya dilakukan setahun sekali, khususnya bagi yang sudah berusia 40 tahun ke atas.
Dengan melakukan health screening maka kelainan atau gangguan kesehatan dapat segera terdeteksi dan ditangani.
Di akhir pemeriksaan seperti yang dilakukan dr Yew pasien akan mendapat pencerahan, menginformasikan secara detil hasil pemeriksaan dan memberikan saran-saran untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran kepada pasien.(diur)
Sumber: medanbisnisdaily.com