LombokPost– Direktur RSUD Kota Mataram dr. Hj Eka Nurhayati tiada henti mengukir prestasi. Setelah meraih berbagai penghargaan regional maupun nasional, pekan lalu Dokter Eka, sapaannya memborong dua penghargaan sekaligus.
Ia mendapatkan penghargaan juara satu dan juara dua dalam ajang Lomba Inovasi Daerah Kota Mataram.
”Alhamdulillah, kami di RSUD Kota Mataram meraih juara 1 dan juara 2 dalam ajang Inovasi Daerah Kota Mataram melalui inovasi Pendekar Serasi dan Maharestu,” jelas Direktur RSUD Kota Mataram dr. Hj Eka Nurhayati kepada Lombok Post.
Inovasi Pendekar Serasi yang dimaksud merupakan akronim dari penanganan dini, emergency, kuratif, rehabilitasi stroke terintegrasi. Sementara program Maharestu merupakan singkatan dari Mataram Harum Rendah Stunting.
Dipaparkan Dokter Eka, sapaannya, inovasi Pendekar Serasi ia hadirkan menyusul banyaknya kasus stroke yang ditemukan di Kota Mataram dan NTB umumnya. “Angka kejadian stroke di Kota Mataram cukup tinggi sejak tahun 2020 sampai 2023 terdapat 266 kasus,” bebernya.
Stroke terjadi secara mendadak, sehingga masyarakat diharapkan mengetahui tanda dan gejala awal stroke yaitu dengan memperhhatikan beberapa hal. Misalnya senyum tidak simetris atau mencong ke satu sisi.
Kemudian tersedak atau sulit menelan air minum secara tiba-tiba. Gerak separuh anggota tubuh melemah secara tiba-tiba, bicara Pelo, kebas atau kesemutan separuh tubuh, rabun atau pandangan salah satu mata kabur terjadi tiba-tiba, dan sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba.
“Jika gejala ini terjadi, maka segera ke RS,” ucap Dokter Eka.
Terlambatnya penanganan terhadap kejadian stroke disebabkan oleh keterlambatan pra rumah sakit. Penyebab pertama keterlambatan karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang faktor risiko dan peringatan gejala stroke sehingga menyepelekan tanda-tanda dini stroke.
“Peran keluarga dalam penanganan awal kejadian stroke sangat membantu dalam mengatasi masalah keterlambatan penanganan stroke,” paparnya.
Maka melalui program Pendekar Serasi, RSUD Kota Mataram melibatkan masyarakat cara penanganan dini stroke terintegrasi dengan melakukan edukasi dan sosialisasi melalui kegiatan posyandu keluarga ke 11 Puskesmas di Kota Mataram.
Sosialisasi ini bekerjasama dengan Kader TP-PKK. Selain itu dilakukan pula sosialisasi tentang tanda dan gejala awal Stroke ke Sekolah Menengah Atas Se Kota Mataram lewat Dinas Pendidikan. Kemudian RSUD Kota mAtaram kita memberikan pelatihan kepada para dokter dan perawat yang ada di NTB.
“Dari sisi penanganan emergency, pasien atau keluarga pasien dengan gejala stroke dapat menekan Emergency Button yang terhubung dengan PSC 119 RSUD Kota Mataram dimana pemohon bantuan tidak perlu melakukan panggilan telepon, melainkan hanya perlu menekan tombol merah di layar ponsel selama tiga detik,” paparnya.
Panggilan yang masuk ke command centre akan direspon operator seketika, dengan menelepon balik sesuai data yang dimasukkan saat memasang aplikasi. Karena didukung teknologi Global Positioning System (GPS), operator akan mengetahui posisi pemohon.
Melalui saluran telepon ini, operator akan mengindentifikasi situasi darurat yang dialami, petugas memandu keluarga pasien dalam penangan dini stroke sembari menunggu petugas datang, disinilah fungsi dari pengetahuan dasar yg diberikan dari sosialisasi sebelumnya melalui Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kader TP-PKK dan Dinas Pendidikan.
Untuk penanganan lebih lanjut, RSUD Kota Mataram juga memberikan pelayanan Rehabilitasi Berbasis Keluarga, Tepat, dan Terukur atau disingkat Si BUTET.
Keluarga maupun caregiver akan diberikan tentang tindakan yang dapat dilakukan pada pasien stroke yang nantinya akan diterapkan. Baik pada pasien selama masa perawatan di Rumah Sakit maupun saat sudah kembali ke rumah.
Sementara untuk Program Maharestu yang merupakan akronim dari Mataram Harum Rendah Stunting, ini merupakan inovasi dengan tujuan untuk mengoptimalkan dan mengkoordinir usaha pencegahan kejadian dan percepatan penurunan kasus stunting di kota Mataram.
Dalam RKPD kota Mataram dikatakan bahwa salah satu penyebab masih tingginya kasus stunting adalah rendahnya literasi gizi masyarakat serta Mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang masih perlu ditingkatkan.
RSUD Kota Mataram selaku pusat rujukan kesehatan utama di Kota Mataram menitikberatkan pada dua hal.
“Pertama adalah penggalakan promosi dan edukasi stunting di Kota Mataran guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan dampak dan pencegahan stunting melalui Digital Penyuluhan Stunting Anytime Anywhere (Disunting AA),” jelas Dokter Eka.
Penyuluhan dilakukan secara digital, dengan memanfaatkan tehnologi QR codes scan yang telah tertaut dengan video edukasi stunting pada akun youtube resmi RSUD Kota Mataram.
Video penyuluhan berisikan konten pencegahan stunting serta pentingnya kecukupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan. Target prioritas yang hendak disasar dari penyuluhan digital ini adalah ibu hamil atau yang berencana hamil, ibu nifas, serta orang tua pasien anak usia dibawah 24 bulan.
Penyuluhan digital telah dilakukan ujicoba dan didapatkan peningkatan pengetahuan yang bermakna dari responden, pre dan post diberikan edukasi dengan penyuluhan digital. “Saat ini Disunting AA telah dilakukkan kepada lebih dari 200 pasien yang berkunjung ke RSUD kota Mataram,” jelasnya.
Kemudian tujuan kedua inovasi ini yakni menciptakan sistem rujukan stunting terpadu yang memungkinkan terciptanya penatalaksanaan stunting yang holistik dan berkelanjutan. Dalam hal ini menjadikan RSUD Kota Mataram sebagai pusat rujukan kasus gizi dikota Mataram.
Sistem rujukan ini mengedapan peran posyandu dan kader TP-PKK selaku garda terdepan skrining status gizi anak, jika ditemukan kasus anak pendek akan dilakukan rujukan melalui FKTP atau puskesmas sesuai wilayahnya dengan pendampingan ahli gizi.
Pada FKTP telah dilakukan sosialisasi tentang alur dan indikasi rujukan stunting. Rujukan Maha restu dibagi menjadi 2 jenis yaitu Emergency dan Non Emergency. Layanan Rujukan Emergency dapat dilakukan dengan Menekan Tombol Emergency Button selama tiga detik yang akan terhubung langsung dengan PSC 119.
Sedangkan rujukan Non Emergency dapat dilakukan melalui aplikasi e-reservasi dengan tujuan Poliklinik Stunting RSUD Kota Mataram untuk dilakukan tindaklanjut oleh dokter spesialis anak.
“Poliklinik stunting merupakan salah satu inovasi RSUD kota Mataram, dimana pelayanan untuk pasien stunting dilakukan terpisah dari poli lain poli anak dan poli gizi, sehingga pasien tidak perlu mengantri lama dan mempercepat proses pelayanan,” paparnya.
Kepala Balitbang Kota Mataram Dr. Mansyur membenarkan jika RSUD Kota Mataram memang berhasil memborong juara dalam Lomba Inovasi Daerah Kota Mataram. “Dua inovasi tersebut memang sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk masyarakat. Jadi dua inovasi RSUD Kota memang menurut tim penilai layak mendapatkan juara,” paparnya.
Inovasi Pendekar Serasi dirasakan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Kota Mataram. Karena dengan inovasi ini, masyarakat bisa mengantisipasi dampak buruk gejala stroke dengan penanganan yang tepat.
Begitu juga inovasi Maharestu, aplikasi ini sangat selaras dengan tekad Pemkot Mataram yang ingin menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di tahun ini. Lebih cepat dari target nasional yang menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. (ton/adv)
Sumber: jawapos.com