Dalam laporan keuangan rumah sakit, aset tetap merupakan salah satu bagian yang cukup rumit dalam pengelolaannya. Item aset tetap di dalam rumah sakit bisa mencapai ribuan buah dan memiliki karakteristik yang beragam. Nilai perolehan aset tetap tersebut harus dialokasikan selama umur manfaatnya. Hal ini yang dinamakan dengan depresiasi atau beban penyusutan.
Depresiasi memiliki beberapa metode yang dapat dipilih. Pemilihan ini akan memberikan dampak terhadap laporan keuangan rumah sakit, sehingga perlu dibuat kebijakan akuntansi yang mendasari penggunaan metode depresiasi ini. Metode depresiasi harus diterapkan secara konsisten sepanjang umur manfaat aset. Beberapa metode depresiasi yang diperkenankan dalam PSAK 16 antara lain metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi.
Metode paling praktis dipergunakan adalah metode garis lurus, metode ini mengalokasikan nilai perolehan aset tetap menjadi sama besar selama umur manfaat aset tersebut. Penghitungan depresiasi dengan metode garis lurus adalah mengalokasikan nilai perolehan setelah dikurangi dengan nilai residu dalam jumlah yang sama besar selama umur manfaatnya. Penggunaan metode ini harus menentukan estimasi nilai residu dan umur manfaat dari aset tetap.
Nilai residu biasanya dianggap 0 (nol), karena diasumsikan jika aset tetap telah mencapai umur manfaatnya maka aset tetap tersebut sudah tidak lagi tidak dapat mendukung proses rumah sakit dalam menghasilkan pendapatan. Pada praktiknya walaupun umur manfaat sudah terlampaui, masih banyak aset tetap yang dapat dipergunakan untuk mendukung operasional rumah sakit. Hal inilah yang sebenarnya menyebabkan laporan kinerja sebuah rumah sakit menanggung depresiasi lebih besar dari semestinya pada saat umur manfaat aset masih ada. Sementara itu, ketika umur manfaat aset telah habis, maka laporan kinerja rumah sakit tidak menanggung depresiasi aset tetap tersebut, walaupun aset tetap tersebut masih dipakai.
Penentuan umur manfaat aset tidak diatur di dalam PSAK. Rumah sakit pemerintah mengacu pada kebijakan akuntansi rumah sakit yang biasanya merujuk pada kebijakan akuntansi pemerintah. Sementara itu, rumah sakit swasta menentukan besarnya umur manfaat berdasarkan industri atau rumah sakit lainnya atau terkadang mengacu kepada umur manfaat berdasarkan fiskal pajak. Apabila mengacu pada fiskal pajak, ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya adalah rumah sakit tidak lagi perlu melakukan penyesuaian fiskal pada depresiasi aset tetapnya untuk menentukan besaran pajak badan. Sedangkan kerugiannya antara lain laporan keuangan rumah sakit menjadi tidak dapat dibandingkan dengan rumah sakit lain yang tidak menggunakan pendekatan umur manfaat secara pajak dan kerugian kedua adalah pengelompokan aset tetap pada fiskal pajak tidak mengatur spesifik terhadap aset rumah sakit, sehingga sangat memungkinkan terdapat kesalahan dalam klasifikasi aset tetap.
Namun, kembali kepada kebijakan akuntansi dari masing-masing rumah sakit, pendekatan mana yang akan dipakai akan memiliki konsekuensi ke depannya. Umur manfaat yang pendek tentu akan membebani laporan kinerja rumah sakit selama umur manfaat aset berlangusng, sementara umur manfaat yang panjang akan meringankan beban rumah sakit tetapi perlu juga harus memperhatikan manfaat dari aset tetap tersebut apakah masih benar-benar optimal dalam mendukung operasional rumah sakit.
Pengukuran nilai aset tetap harus mendapat perhatian utama dan penghitungan tepat agar mampu memberi informasi perilaku biaya tetap yg mencerminkan penghitungan biaya per unit secara cermat. Sehingga penerapannya untuk penghitungan tarif layanan diyakini mencerminkan perilaku biaya yg tepat.