World Patient Safety Day
“Bedah Buku Patient Safety: Harga Mati! Kajian, Sejarah, dan Panduan bagi Manajemen Ruamh Sakit dan Tenaga Kesehatan”
Sabtu, 9 Oktober 2021
Webinar Bedah Buku ini dilaksanakan oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pentingnya patient safety. Webinar ini dibuka oleh pengantar dari dr Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes selaku Ketua Umum PERSI. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dr Nico A Lumenta, MM, MH.Kes., FISQua (Penulis/ Ketua IKPRS – PERSI), dibahas oleh Prof dr Adi Utarini, MSc., MPH., PhD. dan Prof Dr dr Herkutanto, SpF, SH, LLM. Webinar ini dimoderatori oleh dr Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA.
dr Nico A Lumenta, MM, MH.Kes., FISQua.
Nico menyampaikan bahwa keselamatan pasien adalah kondisi tanpa bahaya yang dapat dicegah pada pasien, dan pengurangan risiko bahaya yang tidak perlu terkait dengan pelayanan kesehatan, seminimal mungkin yang dapat diterima. Hal ini sejalan dengan visi WHO dalam Global Patient Safety Action Plan 2021-2030 yang berbunyi dunia dimana tidak ada seorangpun dirugikan dalam pelayanan kesehatan dan setiap pasien menerima pelayanan yang aman dan hormat, setiap saat, dimana saja.
Regulatory Framework di Indonesia sudah cukup lengkap, diantaranya UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, PMK Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, Kepmen Nomor HK 01.07/Menkes/503/2020 tentang Komite Nasional Keselamatan Pasien. Sedangkan, enam pemandu Keselamatan Pasien Rumah Sakit diantaranya adalah UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, PMK Nomor 11 Tahun 2017, Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS, Enam Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1, dan Progam WHO Patient Safety.
Menurut Nico, ada 4 pilar strategi keselamatan pasien, antara lain pendekatan sistem, fokus pada budaya, pasien sebagai mitra sejati, dan bias menuju tindakan. Ada 6 tahapan dalam memproses laporan insiden keselamatan pasien, antara lain incident report, report assessed, causal investigation, system insights, action plan dan future hand prevented.
Prof. dr, Adi Utarini, MSc., MPH., PhD
Adi Utarini menyampaikan bahwa fitur buku tersebut eye catching, well-designed, mudah dibawa kemana – mana, penulis yang kredibel dan referensi yang up to date. Ketika membaca buku tersebut, sangat menyenangkan karena bahasa yang mengalir. Patient safety adalah upaya preventif dimana di dalamnya terbagi 3 jenis, yaitu pencegahan primer (promosi kesehatan dan proteksi khusus), sekunder, dan tersier (disabilitas dan rehabilitasi).
Adi Utarini menyampaikan catatan untuk buku ini, yaitu pertama, perlu ditambahkan mengenai peran pasien dan keluarga, karena jika kita tidak berusaha untuk melibatkan dan memperdaya pasien, dikhawatirkan pasien akan menjadi musuh tenaga kesehatan di dalam layanan kesehatan yang ada di rumah sakit. Kedua, dalam buku ini sudah memasukan bab mengenai COVID-19, namun ketika berbicara mengenai COVID-19, kita perlu memperluas spektrum, tidka hanya patient safety, namun juga family safety.
Ke depan, perlu digalakkan bersama mengenai advokasi dan sosialisasi kepada semua pihak dari mulai regulator, founder, provider, user, dan para klinisi. Selain itu, gerakan kolektif pengukuran dan perbaikan mutu, inovasi dan penelitian mengenai patient safety perlu digalakkan, dan menjadi pertanyaan reflektif bersama apakah Indonesia memerlukan strategi nasional – rencana aksi keselamatan pasien dan mutu pelayanan?
Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpF, SH, LLM
Herkutanto menyampaikan bahwa buku tersebut cukup ambisisus karena menjanjikan 3 hal, kajian dan telaah yang mendalam, menguraikan sejarah patient safety, dan panduan bagi operator patient safety secara luas. Penerapan patient safety dalam standar akreditasi semakin meningkatkan kesadaran insan rumah sakit akan pentingnya patient safety suka atau tidak suka. Penulis sudah cukup komprehensif menyampaikan terkait dengan teori, budaya patient safety namun belum secara lengkap mengurai tentang Root Cause Analysis (RCA) patient safety di Indonesia. RCA merupakan hal penting dalam manajemen resiko yang dapat menjadi tools untuk mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Herkutanto menyampaikan masukan untuk buku tersebut antara lain aspek leadership perlu diurakan lebih tajam. Kemudian, buku ini akan lebih user friendly dengan adanya indeks buku agar mempermudah user untuk mencari referensi tertentu. Saran berikutnya mengenai penekanan implementasi no blaming culture dan penerapan budaya keselamatan pasien, serta mispersepsi penerapan RCA yang sebenarnya telah dikoreksi oleh RCA 2. Namun secara umum, buku ini cukup lengkap dan bagus dan dapat menjadi referensi yang kredibel mengenai patient safety di Indonesia.
Untuk mengakses webinar tersebut dapat diakses pada link berikut Video
Reporter: Fajrul FF