Teknologi kesehatan dan lansia, ke depannya menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Saat ini, kesehatan digital telah menjadi komponen penting perawatan kesehatan, dengan munculnya platform kesehatan digital berdasarkan teknologi terbaru. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memfasilitasi pemberian perawatan berkualitas secara efektif dan efisien.
Dunia berada pada populasi menua dengan total proposi 7% dari total penduduk dan diperkirakan akan mencapai 2 milyar pada 2050. Pada tahun tersebut diperkirakan 33 negara akan memiliki lansia lebih dari 10 juta orang, dimana 22 negara merupakan negara berkembang. Demikian pula di Indonesia, proporsi penduduk lansia pada 2020 sebesar 10% dan diperkirakan pada 2045 akan mencapai seperlima dari penduduk dunia. Salah satu tantangan lansia adalah jaminan dan fasilitas kesehatan yang memadai. Lingkungan yang mendukung penting diciptakan agar penduduk lansia dapat beraktivitas dengan baik. Para lansia (hampir 85%) lebih memilih untuk mendapatkan perawatan di rumah daripada di fasilitas kesehatan. Hal tersebut dikaitkan dengan depresi, isolasi sosial, dan ketergantungan lebih besar dalam perawatan diri.
Penerapan Teknologi Rumah Cerdas (Smart Home Technology) untuk perawatan kesehatan jarak jauh telah menggeser paradigma. Namun, evaluasi berbasis bukti, menyeluruh, dan sistematis tetap diperlukan untuk menunjukkan pencapaian hasil teknologi dengan pencapaian hasil perawatan klinis. Kemudahan penggunaan teknologi tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan, dan waktu penggunaan. Orang berusia di atas 65 tahun umumnya menggunakan lebih sedikit teknologi terbaru. Orang yang lebih tua, kurang berpendidikan, kurang makmur, serta para penyandang disabilitas, tampaknya lebih jarang menggunakannya.
Robot bantu telah digunakan untuk menggerakkan kursi roda, kontrol anggota tubuh palsu, dan sistem otomasi rumah. Kesiapan teknologi untuk rumah pintar dan teknologi pemantauan kesehatan rumah terus berkembang. Teknologi rumah pintar untuk lansia perlu secara khusus mencakup keselamatan, kesehatan, aktivitas fisik, keterlibatan sosial, dan waktu luang. Kunci pintar, pencahayaan pintar, aplikasi dan gadget untuk hiburan dan komunikasi, sensor gerak dan peringatan, perangkat berkemampuan audio, pengingat pengobatan dan alat kesehatan berkemampuan teknologi lainnya merupakan pendukung rumah pintar.
Robot untuk rehabilitasi geriatri akan menghasilkan peningkatan kognisi. Meledaknya populasi lansia di negara – negara kaya mengakibatkan peningkatan jumlah penurunan kognitif terkait usia. Robot semakin banyak digunakan dalam rehabilitasi saraf. Perangkat ini dapat membantu gerakan ekstremitas atas atau bawah dan pembelajaran ulang motorik, mengembangkan propriosepsi, fungsi kognitif, dan perhatian. Penekanannya adalah pada repetisi tinggi, terapi interaktif dan personal.
Toilet pintar cenderung memainkan peran yang semakin penting di rumah pintar. Kadar gula dalam urin, berat badan, suhu, dan kadar hormon terdeteksi dan data tersebut dikirim secara otomatis ke komputer dan dokter. Perubahan aliran urin dapat mengindikasikan masalah prostat atau kandung kemih. Tempat duduk toilet yang dikembangkan oleh Rochester Institute of Technology memiliki sensor untuk mengukur tingkat oksigenasi darah, detak jantung, dan tekanan darah. Analisis otomatis dari kotoran manusia dapat bermanfaat mendeteksi penanda berbagai penyakit. Toilet juga dapat mengukur jumlah sel darah putih dan jenis protein dalam urin.
Demikian pula teknologi cermin pintar sekarang digunakan untuk memprediksi dan memantau kesehatan dan penyakit. Kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak cerdas dapat mengidentifikasi perubahan fisik dan penampilan yang halus namun relevan secara klinis. Cermin pintar dapat merekam dan mengevaluasi posisi dan gerakan tubuh untuk mengidentifikasi masalah postur dan gerakan, serta menawarkan umpan balik untuk tindakan korektif. Perangkat ini menyematkan sensor multimodal, yaitu beberapa kamera, deteksi gerakan, laser, mikrofon, speaker, serta perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memastikan komunikasi dengan berbagai sumber data, menghubungkannya ke produk pintar lainnya, dan cloud. Hal ini memungkinkan pengukuran fisiologis non-invasif yang tidak mengganggu, menciptakan kemampuan interaktif berdasarkan pelacakan dan pengenalan gerakan.
Mengintip ke masa depan dengan ekosistem terbuka, standar keamanan yang lebih baik, dan peluncuran 5G bisa menjadi kombinasi unggul untuk mendorong rumah pintar menjadi arus utama. Mempertahankan mobilitas merupakan hal mendasar untuk kehidupan mandiri dan kualitas hidup lansia. Teknologi bantuan dalam perawatan dan rehabilitasi geriatri akan mencakup penggunaan robot dan telehealth. Menjadi lebih bugar, aktif, mobile, aman, terhubung, dan mandiri dengan kualitas hidup prima akan menjadi mantra baru. Menghindari ‘menjadi tua’ bahkan akan dianggap sebagai pilihan. Popularitas rumah pintar bergantung pada pemahaman siapa yang akan menggunakan dan bagaimana hal tersebut akan membantu mereka. Teknologi harus dilihat sebagai alat untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Disarikan dari :
Asian Hospital and Healthcare Management, Issue 51.
Statistik Penduduk Lanjut Usia, BPS, 2020.