Reportase
Kaizen Festival Nasional 2018
Inovasi Teknologi Informasi Melalui Kaizen
untuk Kendali Mutu Kendali Biaya Menyambut Universal Coverage 2019
Bali, Kamis – Jumat, 26 – 27 Juli 2018
PKMK – Bali. Disrupsi atau perubahan fundamental yang saat ini sedang hangat diperbincangkan, bagi sebagian besar kalangan merupakan peluang namun bagi sebagian lain justru menjadi ancaman. Salah satu diantaranya adalah evolusi teknologi dalam bentuk digitalisasi yang mengubah hampir seluruh tatanan kehidupan tidak terkecuali dari sisi kesehatan. Selamat datang di Revolusi Industri 4.0 era digital yang dampaknya 10x lipat dibanding revolusi internet dan hal ini pastinya akan mempengaruhi sosial ekonomi, industri, pemerintahan, dan indidual. Di sisi layanan kesehatan, era 4.0 ini akan lebih memberdayakan manusia namun tetap menghadapi tantangan aging population, biaya kesehatan terus meningkat, resistensi antimikroba, dan penyakit epidemi global. Selain tantangan tersebut, rumah sakit juga menghadapi tantangan digital claim maupun digital patient, apakah siap ?
Saat ini perlu dilakukan transformasi di rumah sakit karena adanya potensi kreativitas pegawainya, digitalisasi di Indonesia, dan kolaborasi dengan pendatang baru. Apakah keterkaitan hal tersebut dengan lean hospital? Untuk membantu pemimpin fokus pada pengelolaan performa organisasi masa kini, memberdayakan pegawai, dan memupuk pemimpin – pemimpin baru. Tujuannya adalah safety, quality, time, cost, dan morale. Melalui proses untuk mencegah penundaan, fokus pada value stream, pull system, layanan yang benar pada tempat dan waktu yang tepat akan memberdayakan sumber daya manusia ke arah hasil yang berkualitas dengan mengidentifikasi akar masalah, mencegah kesalahan pada sumbernya, dan menghindari saling menyalahkan. Hal tersebut membutuhkan perbaikan yang kontinyu dan transformasi budaya.
Mengapa lean hospital? Pasalnya kreativitas pegawai diasah dengan Kaizen (perbaikan yang kontinu), semua menjadi ahli eksperimen, mengukir kemampuan beradaptasi secara cepat, landasan subtansial untuk melakukan sustaining inovation, dan membuat incumbent “stay current” yang kesemuanya itu akan membawa kepada “aset” yang paling berharga. Di era disrupsi ini, incumbent tetap dapat menang dengan memberdayakan seluruh pegawai untuk mampu berpikir kreatif dan mengemukakan ide-ide mereka, menumbuhkan pemimpin – pemimpin di setiap lapisan pegawai untuk memastikan perubahan budaya kerja yang diperlukan bagi perbaikan kontinyu, dan mengadaptasi model bisnis agar tetap sesuai dengan kondisi pasar, permintaan pasien, dan persaingan (Elisabeth Listyani).